Prosesi Kirab Waisak 2024. (Foto: Naila Nihayah/Radar Jogja

Rombongan bhikkhu dan umat Buddha melakukan kirab Waisak, dalam rangka perayaan Tri Suci Waisak 2568 BE/2024 yang dilakukan dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

Kirab perayaan Tri Suci Waisak 2024 dimulai dari Candi Mendut dan berakhir di Candi Borobudur dengan menempuh jarak sekitar 3 km.

Setelah melakukan upacara pagi di Candi Mendut, Api Dharma dan Air Berkah dibawa dalam prosesi jalan kaki yang dipimpin oleh para biksu dan diikuti oleh umat Buddha. Prosesi ini melambangkan perjalanan spiritual menuju pencerahan.

Kirab Waisak ini dimeriahkan dengan drumband, mobil hias, pembawa bendera, Api Dharma, Air Berkah, sarana puja berupa hasil bumi, para bhikkhu, disusul umat Buddha yang membawa bunga sedap malam, hingga barisan kesenian.

Umat Buddha memberikan penghormatan sepanjang rute dengan menaburkan bunga, membakar dupa, dan menyanyikan puji-pujian.

Sejumlah bhikkhu naik ke beberapa mobil hias sembari memercikkan air suci ke arah umat dan warga yang menyaksikan di sepanjang jalan.

Masyarakat setempat pun terlihat antusias mengikuti prosesi Kirab Waisak ini. Mereka bahkan memadati jalan di sepanjang rute kirab sejak siang hari.

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Supriyadi menjelaskan, kirab Waisak dilakukan oleh umat dengan penuh ketenangan yang dapat diartikan sebagai meditasi berjalan.

Supriyadi melanjutkan, pawai atau arak-arakan ini bukan hanya sekadar melelahkan fisik, tapi dapat meneguhkan batin umat dalam menjalankan ajaran Buddha.

“Ini adalah suatu tahapan yang dilalui oleh setiap orang yang mengikuti ritual dalam prosesi perayaan Tri Suci Waisak 2568 BE. Umat Buddha harus mempersiapkan diri dengan menentukan dan menetapkan batinnya, dengan penuh kesadaran bahwa setiap langkah dalam kehidupan harus dipersiapkan dengan baik,” ujar Supriyadi dikutip dari Tribun Jogja, Kamis (23/5).

Setelah sampai Candi Borobudur, kata Supriyadi, Air Berkah, Api Dharma, dan sarana puja tersebut disemayamkan di altar sebagai persembahan

(Kirab Waisak 2024. Foto: Yuwantoro Winduajie/Tribun Jogja)

 

Apa Itu Kirab Waisak?

Kirab Waisak adalah prosesi keagamaan dalam agama Buddha untuk memperingati hari lahir, pencerahan, dan kematian Sang Buddha Gautama.

Kirab Waisak dilakukan dengan kegiatan berjalan yang dilakukan secara bersama-sama. Kegiatan berjalan bersama ini juga dikenal sebagai meditasi berjalan.

Tujuan dari meditasi berjalan ini, adalah untuk mendapatkan perasaan rendah hati, sehingga pikiran lebih tenang. Jadi Kirab Waisak akan dilakukan secara hening alias tanpa berbicara.

Kirab Waisak umumnya melibatkan para bhikkhu dan umat Buddha yang membawa dupa, bunga, dan patung-patung Buddha dalam prosesi yang diiringi oleh musik dan nyanyian keagamaan. Kirab Waisak diikuti oleh umat Buddha dari berbagai kelompok dan komunitas.

Kirab Waisak juga akan diakhiri dengan ritual sembahyang pradaksina, dengan cara mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali, bergerak searah jarum jam dari timur ke barat.

(Kirab Waisak 2024. Foto: Medcom.id/Kautsar Bob)

 

Makna Kirab Waisak

Kirab Waisak memiliki beragam makna bagi umat Buddha, di antaranya sebagai berikut.

  1. Mengenang Sang Buddha

Kirab Waisak adalah momen untuk merenungkan kehidupan dan ajaran Sang Buddha Gautama yang meliputi kelahirannya, pencerahannya di bawah pohon Bodhi, dan wafatnya saat mencapai parinirvana.

Ini adalah momen untuk menghormati dan memperingati peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan Sang Buddha.

 

  1. Menyebarkan Kebahagiaan dan Kebaikan

Waisak juga merupakan waktu untuk mengingat pesan perdamaian, kasih sayang, dan kebaikan yang diajarkan oleh Sang Buddha.

Kirab Waisak menjadi perwujudan dari semangat berbagi kebahagiaan dan kebaikan kepada orang lain.

 

  1. Pelestarian Budaya

Kirab Waisak juga merupakan bagian dari upaya untuk melestarikan dan merayakan warisan budaya Buddha.

Melalui Kirab Waisak, umat Buddha dapat memperkuat identitas agama dan budaya mereka, serta menyatukan komunitas Buddha dalam perayaan bersama.

 

  1. Pemurnian Spiritual

Bagi banyak umat Buddha, mengikuti Kirab Waisak adalah cara untuk membersihkan diri secara spiritual, memperkuat koneksi dengan Sang Buddha, dan meningkatkan pemahaman akan ajaran-ajaran agama Buddha.

 

  1. Menginspirasi Kehidupan Bertanggung Jawab

Kirab Waisak juga dapat menjadi sumber inspirasi bagi umat Buddha untuk menjalani kehidupan yang bertanggung jawab, berdasarkan nilai-nilai seperti kebijaksanaan, kebaikan, dan welas asih yang diajarkan oleh Sang Buddha.

Secara keseluruhan, kirab Waisak memiliki makna mendalam bagi umat Buddha yang mencakup aspek keagamaan, budaya, dan spiritual dalam merayakan kehidupan dan ajaran Sang Buddha.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: