Lahir Tanpa Tangan, Gadis Vegetarian Ini Jago Masak Resep Makanan Rumit Pakai Kaki

19 Juli 2024
Emily Rowley pembuat konten memasak. (Foto: Instagram.com/emrrowley)

Emily Rowley (23) lahir tanpa tangan. Meskipun hidup dengan kekurangan, tetapi ia pantang menyerah dan mengeksplorasi minatnya di bidang memasak.

Tak hanya terlahir tanpa tangan, Rowley juga menderita refluks parah, skoliosis, dan mikrogastria, yakni merupakan kondisi langka yang membuat perut kecil.

Walaupun menanggung banyak beban, tetapi Rowley tidak takut mencoba hal baru. Salah satunya dengan belajar memasak.

Menyitat dari situs web PEOPLE, saat mengawali hobinya di bidang memasak, Rowley lebih suka membeli makanan beku dan bahan-bahan yang sudah dipotong-potong untuk memudahkannya saat memasak.

Mahasiswa master di Southern New Hampshire University ini, merasa akan lebih mudah baginya untuk langsung mencampurkan semua bahan masakan beku tersebut ke dalam panci, dibandingkan membuatnya dari awal.

Namun, setelah pindah dari Oceanside, California, ke Florida bersama orang tuanya pada tahun 2021, Rowley memperluas keterampilan kulinernya.

Rowley mulai belajar memotong bawang, mengupas kentang, dan bahkan melipat pangsit dengan menggunakan kakinya.

“Saya ingat makanan rumit pertama yang saya buat adalah sejenis pasta. Saya tidak membuat adonan pasta sendiri, tapi saya membuat sausnya sendiri. Itu membuka dunia baru bagi saya, memasak dengan bahan-bahan segar,” ujar Rowley, disitat Jumat (19/7).

Sejak saat itu, Rowley rutin membagikan perjalanan memasaknya di media sosial. Videonya pun menjadi viral, hingga ia memiliki lebih dari 230.000 pengikut di TikTok dan 240.000 pengikut di Instagram.

“Itulah hasil terbesar dari semua ini, yaitu memiliki platform edukasi di mana orang-orang mendapatkan wawasan tentang bagaimana kehidupan saya yang tidak memiliki lengan,” tambah Rowley.

(Emily Rowley mencoba memasak pakai kaki)

Belajar Resep Masakan Rumit

Rowley yang telah menjadi vegetarian sejak berada di Sekolah Menengah Atas (SMA), kini sudah mulai mempelajari banyak resep masakan yang cukup rumit.

Ia pun bersyukur banyak orang yang kagum atas dukungan yang diberikan oleh orang-orang melalui media sosialnya.

Rowley pernah mencoba membuat muffin bluberi dan roti kayu manis, tetapi beberapa resep favoritnya, adalah crème brûlée dan pasta buatan sendiri.

Awalnya ia merasa terintimidasi oleh resep crème brûlée karena menganggapnya sebagai salah satu makanan penutup yang lebih menantang. Namun, seiring berjalannya waktu, Rowley bisa menguasai resepnya.

“Dalam hal memasak, hal ini (resep) dapat mengintimidasi banyak orang. Saya merasa terintimidasi pada awalnya, dan Anda akan membuat kekacauan dan kesalahan, tetapi jika Anda terus melakukannya, Anda akan terkejut dengan hasilnya,” ungkap Rowley.

(Emily Rowley mencoba memasak pakai kaki)

 

Mencoba Masak Pakai Kaki

Sebagai seorang anak, Rowley mengatakan bahwa dia akan menyangga satu kakinya di atas meja, lalu menggunakan kakinya untuk membantu orang tuanya saat memasak.

“Hal itu datang secara alami kepada saya. Saya tidak memiliki lengan, jadi saya harus mencari cara yang berbeda untuk melakukan berbagai hal. Dimulai dengan mengambil pensil dengan kaki saya, secara bertahap saya mulai menggunakannya untuk sebagian besar tugas rumah,” jelasnya.

Kepindahan Rowley ke Florida, mendorongnya untuk mengeksplorasi cara memasak dengan menggunakan kedua kakinya yang akhirnya bisa mempersingkat waktu persiapan makanannya.

Rowley mengaku, meskipun kemampuannya dalam bidang memasak telah banyak berkembang, tetapi ia tetap sering menghadapi banyak tantangan.

“Orang-orang melihat video saya (di media sosial), tetapi yang tidak mereka sadari adalah bahwa sebuah klip berdurasi 30 detik, bisa menghabiskan waktu pembuatan selama 3-4 jam,” tutur Rowley.

Tidak hanya aktif membagikan resep di media sosial, Rowley juga kerap berbagi kreasi kulinernya dengan orang tuanya.

“Selalu menyenangkan jika ada orang yang mau mencobanya, serta memberi tahu saya apakah rasanya enak atau tidak,” katanya.

 

Tidak Diperlakukan Diskriminatif

Berkaca pada masa kecilnya, Rowley merasa beruntung karena ia tidak diperlakukan secara berbeda, baik di sekolah maupun di keluarganya.

“Saya tidak pernah merasa tidak diterima ketika sekolah memberikan akomodasi untuk saya. Saya memiliki seorang kakak perempuan yang selalu memperlakukan saya seperti saudara lainnya. Orang tua saya tidak pernah mengistimewakannya, atau memperlakukan saya secara berbeda karena kondisi saya. Mereka mendorong saya untuk terus maju dan menantang diri saya sendiri,” aku Rowley.

Meski demikian, kata Rowley, tentunya ada ada hari-hari di mana tugas-tugas kecil sekalipun bisa sangat menantang dan membuatnya frustrasi.

Namun, Rowley selalu bertekad untuk tidak membiarkan kekurangannya membuatnya lemah dan putus asa.

“Saya menerima tantangan, beradaptasi dan menemukan solusi kreatif. Pola pikir tersebut sangat penting dalam hidup saya,” tutup Rowley.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: