Anti Bau, Mahasiswa UGM Buat Cairan Penetral Bau Sampah
Mahasiswa Fakultas Biologi UGM, Rania Naura Anindhita berhasil membuat cairan penetral bau sampah menggunakan cairan di tumpukan sampah.
Sampah masih menjadi salah satu masalah utama di Indonesia. Air lindi atau leachate adalah larutan dari sampah yang terpapar air dari luar, misal, air hujan.
Air lindi membawa senyawa organik maupun anorganik dari sampah terlarut. Air lindi berwarna pekat, berbau, dan terkena kulit bisa menimbulkan rasa gatal.
Tidak heran jika air lindi juga masih menjadi persoalan lingkungan. Tidak hanya menimbulkan bau tidak sedap, air lindi juga membahayakan lingkungan dan bisa berdampak kesehatan jika tidak diolah dengan benar.
Namun, di tangan Mahasiswa Fakultas Biologi UGM, Rania Naura Anindhita, air lindi berhasil disulap menjadi sesuatu yang bernilai guna. Raina berhasil mengolah air lindi menjadi formula untuk menetralkan bau sampah bernama Eco Lindi.
“Eco Lindi ini dibuat dari air lindi dicampur dengan sisa air tebu (molase), asam sulfat, dan katalis organik dan hasilnya terbukti bisa menghilangkan bau tak sedap sampah,” jelas Rania, dikutip dari situs web Universitas Gadjah Mada, Selasa (4/6).
Terinspirasi dari Duren
Rania menjelaskan, ide membuat Eco Lindi muncul usai ia memakan durian. Buah durian yang punya bau menyengat dan meninggalkan bau di tangan, ternyata bisa hilang dengan durian itu sendiri.
“Ketika kita makan itu (durian) bau, kan? Kemudian, air kalau kita tuangkan ke kulit bagian dalam bisa kita pakai menghilangkan bau (durian di tangan),” terang Rania.
Dari situ dirinya tertarik, dan berfikir apakah air sampah juga bisa dimanfaatkan untuk menghilangkan bau sampah juga.
Ternyata benar saja, air dari sampah atau lindi bisa dijadikan bahan untuk menghilangkan bau dari sampah itu sendiri.
“Artinya kita melakukan sebuah inovasi yang sustain. Dalam artian terus menerus menggunakan bagian dari sampah untuk menyelesaikan sampah,” ungkapnya.
Untuk menghilangkan bau sampah, Rania memanfaatkan air lindi yang diperoleh dari TPA Jabon Sidoarjo. Dia menambah cairan itu dengan katalis dan bahan lain.
Jadilah cairan penetral bau sampah bernama Eco Lindi. Cara kerjanya, Eco Lindi mengubah protein mikroorganisme yang melepas bau menyengat jadi tidak berbau.
Raina melanjutkan, pengembangan Eco Lindi ini hasil dorongan dari sang ayah yang kala itu menjabat sebagai Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo. Ia ditantang ayahnya untuk ikut mencari solusi atas persoalan sampah di TPA, terutama mengatasi bau sampah.
“Proses penetralan bau dan komposting yang biasa dilakukan memerlukan waktu sekitar 6-8 minggu. Saya ditantang Ayah untuk mempersingkat waktu menghilangkan bau. Setelah melalui diskusi dan berbagai kajian akhirnya ketemulah formulasi Eco Lindi ini,” katanya.
(Rania mempraktikkan penggunaan Eco Lindi. Foto Nuswantoro/Mongabay)
Cara Membuat Eco Lindi
Gadis asal Desa Prasung, Kecamatan Buduran, Sidoarjo, ini memaparkan pembuatan Eco Lindi cukup sederhana dan mudah.
Air lindi, molase, asam sulfat dan katalis dicampur dalam satu wadah kedap udara atau tangki. Adapun dalam satu hari Rania bisa memproduksi 10 ribu liter Eco Lindi.
Sementara untuk penggunaannya, cairan hanya perlu disemprotkan ke timbunan sampah. Dalam waktu kurang dari 10 menit Eco Lindi akan bereaksi menetralkan bau sampah.
“Reaksinya sekitar 3-10 menit setelah disemprotkan ke sampah, maka tidak tercium bau lagi,” terangnya.
Eco Lindi telah diujicobakan untuk mengatasi persoalan bau di tempat pembuangan akhir (TPA), lingkungan pasar, dan peternakan.
“Formula ini dapat diaplikasikan di semua limbah yang memproduksi bau. Selain itu juga bisa digunakan sebagai pupuk,” tuturnya.
Rania melanjutkan, Eco Lindi bisa menahan bau sampai 6–10 jam, dengan persentase menurunkan bau 50% ke atas dengan takaran yang pas.
“Jadi bisa disemprotkan sehari itu dua kali,” paparnya.
Inovasi yang dikembangkan Raina ini tidak hanya memberikan alternatif solusi dalam mengatasi persoalan lingkungan. Namun, juga berhasil menyabet penghargaan Trash Control Heroes dari Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor.
Adapun pengembangan Eco Lindi ini sudah dilakukan Rania sejak tahun 2021. Temuan tersebut, juga sudah diaplikasikan di sejumlah TPA maupun TPST, baik di Jawa Timur maupun di Yogyakarta.
Saat ini, Eco Lindi besutan Rania, juga coba dimanfaatkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman. Cairan itu, dimanfaatkan untuk menangani masalah bau sampah di Tempat Penitipan Sampah Sementara (TPSS) Tamanmartani.