Atasi Krisis Energi, Dosen Indonesia Buat Bahan Bakar Pesawat dari Minyak Jelantah
Dosen Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro (UNDIP), Anggun Puspitarini Siswanto bersama timnya saat ini tengah mengembangkan bahan bakar pesawat terbang dari minyak jelantah.
Anggun menjelaskan, penelitiannya ini didorong atas keprihatinannya terhadap krisis energi bahan bakar fosil yang ketersediaannya sangat terbatas, serta menyebabkan pemanasan global.
Oleh karena itu, Anggun bersama timnya berupaya untuk mengembangkan bahan bakar alternatif yang dapat diperbaharui di sektor penerbangan berupa bioavtur.
Adapun tim yang digaet Anggun terdiri atas beberapa peneliti, pengelola Mini Plant Biodiesel Sekolah Vokasi UNDIP, serta beberapa mahasiswa Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Anggun mengatakan, pembuatan bioavtur ini dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan bahan bakar alternatif yang dapat diperbaharui, serta mereduksi emisi gas pemanasan global sekitar 15% di sektor penerbangan.
“Negara-negara Eropa bahkan telah mentargetkan pencampuran bioavtur sekitar 20%. Salah satu bahan baku untuk produksi bioavtur yang sangat prospektif, di antaranya minyak goreng bekas (jelantah) karena merupakan limbah atau buangan minyak pangan, serta mudah dikonversi menjadi bahan bakar bioavtur,” ungkap Anggun disitat dari situs web UNDIP, Jumat (21/6).
(Ilustrasi avtur)
Proses Minyak Jelantah Jadi Bioavtur
Anggun memaparkan, kebaruan riset ini adalah dengan menerapkan teknologi Fine Bubble Technology (FBT) dalam memotong produk metil ester rantai sedang.
Anggun melanjutkan, konversi metil ester berbasis minyak goreng bekas menjadi bioavtur melalui proses ozonolisis nano gelembung, sangat berpotensi untuk dikembangkan.
“Keunggulan utama dari inovasi ini, adalah tidak menghasilkan banyak polusi, meningkatkan konversi, dan memiliki selektivitas yang tinggi. Hasil proses ozonolisis, adalah terbentuknya senyawa ozonida dan aldehida atau keton pada gugus alkena asam lemak tak jenuh yang terpotong produk metil ester rantai sedang,” terang Anggun.
Reaksi ozonolisis dengan nano gelembung membuat ukuran gelembung semakin kecil, sehingga efisiensi transfer massa semakin besar, kecepatan partikel melambat, waktu operasi semakin cepat, dan mereduksi pasokan energi dalam reaktor. Pembentukan gelembung merupakan proses statis, atau disertai proses dinamika coalescence dan break u.
“Keseluruhan proses pembentukan gelembung, pertumbuhan gelembung, dan coalescence disebut dengan istilah kavitasi. Coalescence dikenal dengan istilah bergabungnya gelembung-gelembung halus menjadi gelembung yang lebih besar, kemudian diikuti dengan pecahnya gelembung tersebut dan terbentuknya gelembung ultrafine. Pembentukan gelembung ini, dapat dilakukan dengan kavitasi hidrodinamik dan kavitasi partikel, sonikasi, kavitasi elektrokimia, dan agitasi mekanik,” tambahnya.
Bisa Jadi Katalis Perkembangan Energi Terbarukan
Anggun berharap, temuan dan aplikasi teknologi ini bisa menjadi terobosan penyelesaian berbagai masalah. Seperti hujan asam dan pemanasan global, serta mengurangi impor minyak mentah sebagai sumber bahan bakar minyak (BBM).
“Selain itu, hasil riset diharapkan dapat mendorong tumbuhnya investasi terhadap industri-industri baru, baik industri produksi maupun industri biofuel bioavtur sebagai pengganti bahan bakar fosil. Hasil riset ini juga diharapkan dapat memberikan nilai tambah pada minyak goreng bekas, menjaga stabilitas harga, dan memacu perkembangan industri energi terbarukan di Indonesia,” jelas Anggun.
Riset yang dilaksanakan secara sinergis antarlembaga ini, diharapkan mampu merintis produksi dan komersialisasi bioavtur kompetitif berbasis minyak goreng bekas, melalui well-proven technology dengan royalty sharing di bidang teknologi.
“Pada dasarnya akan menjadi acuan pemerintah daerah untuk menyusun kebijakan makro, dalam meningkatkan dan mengembangkan perekonomian pemerintah daerah setempat. Selain itu, akan memberikan dampak pada kemandirian bangsa dalam perluasan lapangan kerja, sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan,” tutup Anggun.
(Anggun Puspitarini Siswanto)
Prestasi Anggun
Di sisi lain, Anggun ini telah memiliki 11 paten dan h-index scopus 6 melalui inovasinya dengan mengembangkan riset kolaborasi bersama industri.
Risetnya yang mengusung tema penelitian “Produksi Bioavtur Berbasis Metil Ester Minyak Goreng Bekas Melalui Pengembangaan Reaktor Ozonolisis Nano Gelembung”, juga berhasil mendapatkan pendanaan LPDP melalui Program Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) dari BRIN (2023-2025).
Tak tanggung-tanggung, dalam 1 semester ini Anggun pun telah berhasil mengantongi 2 Paten Granted, yakni no IDS000007969 dan no IDS000007413.
Di tengah kesibukannya sebagai dosen, Anggun juga aktif sebagai reviewer di berbagai bidang. Selain itu, ia pernah memperoleh gelar kehormatan sebagai Visiting Associate Professor dari National Institute of Technology, Akashi College, Jepang (2018-2019), serta sebagai Guest Lecture di HSE University St Petersburg Rusia bulan Mei 2024.