Bersaing Sampai Luar Negeri, Batik Tulis Karya Difabel Zone Berhasil Tembus Pasar Dunia

12 September 2024
Perajin batik difabel di Komunitas Difabel Zone. (Foto: Pemkab Bantul)

Komunitas Difabel Zone menjadi wadah bagi para disabilitas atau difabel untuk berkarya lewat batik tulis, hingga produknya bisa menembus pasar internasional.

Komunitas Difabel Zone berlokasi di Dusun Bajang, Kalurahan Wijirejo, Kapanewon Pandak, Kab. Bantul.

Difabel Zone menjadi komunitas yang mengajak para penyandang difabel untuk berdaya, dengan mengerjakan kerajinan batik tulis.

Tak hanya merangkul penyandang disabilitas, Difabel Zone juga membuka lapangan kerja dan melatih kemandirian peyandang difabel.

Menyitat dari situs web Kabupaten Bantul, komunitas ini telah mewadahi setidaknya 50 orang perajin batik difabel.

Dalam kesehariannya, komunitas Difabel Zone bisa memproduksi berbagai kerajinan batik seperti dompet, tempat tisu, tas, sajadah, kain batik, hingga busana.

Harganya pun beragam, mulai dari Rp30 ribu untuk pouch kecil, serta Rp500 ribu sampai Rp1 juta untuk kain batik lembaran berukuran sekitar 2 meter.

Hasil produksi dari rumah Difabel Zone sendiri, dijual secara langsung dan online melalui Instagram @difabelzone.id.

Meski dijual di rumah sederhana, hasil karya dari Difabel Zone telah mencapai pasar internasional seperti Australia, Jepang, dan Jerman.

Hal ini, menandakan bahwa hasil karya penyandang difabel juga berkualitas dan dapat diekspor.

(Pekerja membatik di Difabel Zone)

 

Menggeser Stigma Negatif Difabel

Komunitas yang digagas oleh Lidwina Wuri ini, telah berdiri sejak 2017. Lidwina terinspirasi membangun Difabel Zone, ketika mengajar teman-teman difabel membatik di Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta secara intensif selasa tiga bulan.

Rencananya, mereka akan disalurkan ke usaha-usaha batik. Namun, belum ada solusi bagi mereka jika tidak ada usaha yang menampung.

“Saya pikir, sayang sekali ketika sudah latihan intens selama tiga bulan dengan kemajuan yang luar biasa, teman-teman hanya kembali ke rumah dan tidak bisa produktif,” ujar Lidwina dikutip dari akun media sosial Instagram-nya @difabelzone.id, Kamis (12/9).

Melalui Difabel Zone, Lidwina ingin menggeser stigma terhadap teman-teman difabel. Apalagi, saat ini masih ada stigma yang menghambat kemampuan teman-teman difabel untuk berkarya secara profesional.

Untuk itu, Difabel Zone hadir dengan prinsip inklusi untuk mendukung difabel agar dapat mandiri dan produktif melalui seni membatik.

Lidwina menjadikan Difabel Zone sebagai tempat difabel dan sukarelawan ikut berkontribusi pada aksi peduli lingkungan.

“Kami membuat tas belanja dengan seruan cinta lingkungan, juga pernah berkolaborasi untuk seruan ‘Save Our Forest’ dengan ‘Hutan Itu Indonesia’,” kata Lidwina.

Lidwina berharap, ada semakin banyak orang yang peduli dengan isu difabel. Selain itu, Difabel Zone juga bermimpi untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak, serta menciptakan peluang sebayak mungkin bagi difabel untuk bergabung.

(Produk batik Difabel Zone)

 

Meningkatkan Rasa Percaya Diri

Salah seorang anggota Difabel Zone, Suhartono, menuturkan bahwa di rumah Difabel Zone terdapat delapan penyandang disabilitas yang menginap dan berkarya membatik.

Namun, selain delapan orang tersebut, masih banyak anggota difabel yang mengerjakan hasil kerajinannya di rumahnya masing-masing.

“Kalau yang ada di rumah ini ada delapan orang. Tapi yang bekerja membatik di rumahnya sendiri juga banyak. Mereka mengirimkan hasil kerjanya membatik ke rumah Difabel Zone yang ada di Nglarang, Triharjo, Pandak ini,” bebernya.

Ada pula Mulyani, atau yang akrab disapa Mbak Yani, salah satu anggota Difabel Zone yang mengaku dirinya menjadi lebih percaya diri sejak bergabung dengan komunitas ini.

Pasalnya, Yani bisa mendapat ruang untuk berkarya. Pada mulanya, Yani bersama penyandang disabilitas lainnya mengikuti pelatihan yang diberikan oleh Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum (YAKKUM), sebelum akhirnya mereka tergabung dan berkarya dalam wadah Difabel Zone.

“Dulu awalnya dari Yakkum lalu ditarik kesini (Difabel Zone), senang di sini bisa membatik jadi mandiri,” tutup Mulyani.

Jumlah produksi batik tulis Difabel Zone dalam sebulan masih terbilang minim. Apalagi untuk produksi satu lembar batik tulis bisa memakan waktu lama.

Dalam sebulan, para perajin bisa memproduksi dua lembar batik tulis. Namun, utuk produk dompet dan totebag bisa diproduksi 1 hari 1 lembar karena dibuat secara manual menggunakan tangan (handmade).

(Produk Difabel Zone)

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: