Bukan Bebek Biasa, Waspada Duck Syndrome Ciri Orang Terlihat Tenang Padahal Tertekan

30 Juli 2024
Ilustrasi duck syndrome (Foto: fotostorm via Getty Images Signature)

Pernah melihat seorang teman yang terlihat baik-baik saja dalam menjalani hidup, padahal sebenarnya sedang diterpa banyak beban masalah? Kondisi ini kerap disebut sebagai duck syndrome.

Duck syndrome merupakan istilah yang mengacu pada sebuah perilaku ketika seseorang sebenarnya sedang dirundung banyak masalah, tetapi terlihat baik-baik saja dari luar.

Istilah duck syndrome menganalogikan bebek yang berenang seolah sangat tenang, tetapi kakinya berjuang keras untuk bergerak agar tubuhnya bisa tetap berada di atas air.

Istilah ini pertama kali digunakan oleh Universitas Stanford, Amerika Serikat, dan sering digunakan untuk menggambarkan mahasiswanya yang memberikan kesan tenang, padahal sedang panik berusaha memenuhi tuntutan hidup.

Misalnya harus selalu mendapatkan nilai bagus, lulus tepat waktu, hidup berkecukupan, bekerja di tempat yang baik, dan memenuhi ekspektasi orang tua atau orang lain.

Duck syndrome banyak terjadi pada remaja yang masih menempuh pendidikan, atau orang dewasa muda yang baru memulai kerier di dunia kerja.

Meski belum secara resmi diakui sebagai gangguan mental, tetapi duck syndrome bisa menjadi tahap awal dari munculmya banyak penyakit mental, seperti reaksi terhadap depresi, kecemasan, atau stres.

 

Penyebab dan Gejala Duck Syndrome

Ada beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami duck syndrome. Di antaranya adalah adanya tuntutan akademik, ekspektasi yang terlalu tinggi dari keluarga dan teman, pengaruh media sosial, perfeksionisme, pernah mengalami peristiwa traumatik, sampai self-esteem yang rendah.

gejala duck syndrome tidak jelas dan bisa menyerupai gangguan mental lain, seperti depresi dan gangguan cemas.

Namun, beberapa penderita sindrom ini sering kali akan merasa cemas, gugup, tertekan secara mental, tetapi memaksakan diri untuk tampak baik-baik saja atau bahagia. Selain itu, mereka juga mungkin akan merasa sering susah tidur, pusing, dan susah konsentrasi.

Orang yang menderita duck syndrome juga cenderung suka membandingkan dirinya dengan orang lain dan merasa bahwa hidup orang lain lebih baik dan sempurna darinya.

Orang-orang ini juga memiliki tendensi untuk menganggap bahwa mereka sedang diamati atau diuji oleh orang lain, sehingga harus menunjukkan kemampuannya semaksimal mungkin.

Mereka juga memiliki tendensi untuk menganggap bahwa mereka sedang diamati atau diuji oleh orang lain sehingga harus menunjukkan kemampuannya semaksimal mungkin.

 

Cara Mengatasi Duck Syndrome

Duck syndrome yang dibiarkan begitu saha, bisa berpotensi membuat pengidapnya punya kebiasaan yang tidak sehat, seperti mendorong tubuh untuk bekerja di luar kemampuan, bahkan menyebabkan gangguan kecemasan dan depresi berat.

Oleh karena itu, penderita sindrom ini disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter, psikolog, atau melakukan psikoterapi (terapi bicara).

Jika diagnosisnya berlanjut ke tahap depresi atau gangguan kecemasan, dokter bisa mengobati duck syndrome dengan memberikan obat-obatan.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan mental, serta menyembuhkan duck syndrome.

Melakukan konseling, mengenali kapasitas diri, lebih mencintai diri sendiri, menjalani gaya hidup sehat, meluangkan waktu untuk diri sendiri, mengubah pola pikir menjadi lebih positif, serta menjauhi media sosial untuk beberapa waktu.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: