Bukan Sekadar Siulan, Warga Desa di Turki Ini Berkomunikasi Pakai Bahasa Burung
Penduduk Desa Kuşköy di Pegunungan Pontic, Provinsi Giresun, Turki bagian utara, berkomunikasi dengan cara tak biasa, yakni menggunakan siulan. Bagaimana caranya?
Menyitat dari Fethiye Times, suasana desa yang sejuk kerap diiringi dengan siulan yang nyaring dan mendayu-dayu.
Berbeda dari desa lainnya, penduduk di desa Kuşköy berkomunikasi menggunakan kuş dili, atau bahasa burung dari Turki.
Bahasa bersiul adalah metode komunikasi menggunakan siulan untuk mensimulasikan dan mengartikulasikan kata-kata.
Penggunaan bahasa siulan ini, berkembang karena wilayah tempat tinggal penduduk yang berada di pegunungan yang curam dan topografi yang terjal di wilayah tersebut.
Dengan demikian, penduduk setempat yang mayoritas berprofesi sebagai petani harus menemukan alternatif berkomunikasi dalam jarak jauh.
Menariknya, bahasa burung ini sudah terdaftar dalam dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda yang Membutuhkan Perlindungan Mendesak dari UNESCO di tahun 2017.
Bahasa siulan saat ini digunakan oleh sekitar 10.000 orang di timur laut Turki, dan dapat membawa pesan sejauh 5 kilometer. Bahasa ini menerjemahkan bahasa Turki ke dalam siulan, bukan bahasa yang berbeda.
Di Turki, bahasa siulan ini hanya digunakan di wilayah Laut Hitam. Meski demikian, cara komunikasi yang serupa juga digunakan di wilayah tertentu di Prancis, Spanyol, Cina, Meksiko, Kepulauan Canary, Yunani, dan Mozambik.
Salah satu hal yang membedakan bahasa burung di Turki dengan bahasa siulan lainnya, adalah frekuensinya yang sangat tinggi.
Frekuensi maksimum siulan bahasa Turki adalah 4.000 Hz. Oleh karena itu, bentuk yang digunakan di Giresun dapat menempuh jarak yang lebih jauh daripada yang lain di dunia.
(Penduduk Desa Kuşköy. Foto: UNESCO)
Tips Berkomunikasi dengan Siulan
Bahasa ini terdengar berbeda tergantung pada jari-jari yang digunakan untuk bersiul. Sebagai contoh, penggunaan ibu jari untuk bersiul, bisa menghasilkan suara bernada rendah, sedangkan penggunaan jari kelingking untuk bersiul bisa menghasilkan suara bernada tinggi.
Ketika bersiul dengan lidah, suara yang dihasilkan bisa memiliki nada yang (bahkan) lebih tinggi.
Namun, perlu dicatat bahwa suara bernada tinggi tidak dapat menjangkau jarak jauh, tetapi suara bernada rendah bisa.
Jika ingin suara siulan terdengar lebih jauh, solusinya bisa bersiul menggunakan jari-jari yang lebih besar.
Ancaman Ponsel
Masyarakat setempat, menganggap bentuk komunikasi ini sebagai cerminan utama dari identitas budaya mereka yang memperkuat komunikasi interpersonal dan solidaritas.
Meskipun masyarakat sadar akan pentingnya budaya ini, tetapi perkembangan teknologi dan perubahan sosial ekonomi telah menyebabkan penurunan jumlah praktisi, serta daerah di mana bahasa ini digunakan.
Salah satu ancaman utama terhadap praktik ini, adalah penggunaan ponsel. Penyebaran ponsel telah mengurangi kebutuhan akan tradisi bersiul Turki yang telah berlangsung selama 500 tahun.
Meningkatnya penggunaan ponsel, secara tidak langsung menghilangkan kebutuhan akan suara untuk berkomunikasi jarak jauh, sehingga bahasa ini berisiko punah.
Meski demikian, penduduk desa kerap mengadakan festival setiap musim panas untuk mencoba mempertahankannya.
Minat generasi baru terhadap bahasa siulan telah sangat berkurang, serta ada risiko bahwa bahasa ini secara bertahap akan teasing dari lingkungan alaminya.
Terlepas dari ancaman tersebut, sudah banyak komunitas yang secara aktif mempromosikan ilmu kebahasaan ini, baik secara nasional maupun internasional untuk memastikan keberlanjutannya.
Selain itu, bahasa siulan masih ditularkan dari generasi ke generasi dari orang tua ke anak melalui metode formal dan informal.
(Muazzez Kocek)
Penyiul Terbaik di Desa
Melansir dari The New York Times, Muazzez Kocek (51) dianggap sebagai salah satu penyiul terbaik di Kuşköy.
Siulannya bahkan dapat terdengar di ladang teh dan kebun kemiri yang luas di daerah itu, beberapa mil lebih jauh dari suara manusia.
Ibu Kocek mulai belajar bahasa burung pada usia enam tahun, dengan bekerja di ladang bersama ayahnya. Dia bahkan telah mencoba meneruskan tradisi tersebut kepada ketiga putrinya.
Namun, meski ketiga putrinya memahami bahasa tersebut, hanya anak tengahnya, Kader Kocek (14) yang tahu cara berbicara, dan dapat bersiul lagu kebangsaan Turki.
Cara komunikasi ini memukau para peneliti dan ahli linguistik, karena mereka menunjukkan bahwa struktur otak yang memproses bahasa tidaklah tetap seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Ada kepercayaan yang sudah lama dianut bahwa interpretasi bahasa sebagian besar terjadi di otak kiri, dan melodi, ritme, serta nyanyian di otak kanan.
Namun, sebuah penelitian yang dilakukan oleh ahli biopsikologi Onur Güntürkün di Kuşköy, menunjukkan bahwa bahasa siulan diproses di kedua belahan otak.
Melestarikan Budaya Menggunakan Teknologi
Sejak tahun 1997, desa Kuşköy telah menjadi tuan rumah Festival Seni, Budaya dan Bahasa Burung tahunan, di mana masyarakat berkumpul untuk berlatih dan berkompetisi.
Saat ini tidak ada hotel di desa terpencil ini, namun penduduk setempat sedang merenovasi sebuah sekolah tua dengan harapan dapat menjadi tuan rumah bagi lebih banyak wisatawan.
Organ Civelek (37) yang dapat bersiul dalam kalimat lengkap, menjelaskan bahwa mereka sangat bangga dengan kebiasaan linguistik mereka dan ingin membaginya dengan para pengunjung.
Namun, meskipun teknologi berkontribusi terhadap hilangnya bahasa tersebut, teknologi juga digunakan oleh beberapa orang untuk melestarikannya.
Civelek, yang mengajarkan bahasa burung kepada anak-anak selama musim panas, menggunakan aplikasi yang disebut “Islık Dili Sözlüğü” atau kamus bahasa siulan.
Nantinya, Civelek akan bersiul untuk menerjemahkannya ketika pengguna menekan sebuah kata dalam aplikasi.
Bisa dibilang, ini merupakan salah satu upaya untuk melestarikan bahasa tersebut dan membuatnya dapat diakses oleh khalayak yang lebih luas. Ketika aplikasi ini dirilis, aplikasi ini mendapat perhatian luas dari media di Turki dan penciptanya diundang di televisi nasional.
“Anda bisa kehilangan atau merusak ponsel, tapi selama Anda bisa bernapas, Anda bisa bersiul. Itu adalah alat komunikasi yang bisa Anda bawa ke mana saja,” ujar Civelek.