Digitalisasi Perbankan dan Kontribusinya Sebagai Katalisator Ekonomi Hijau Indonesia
12 Januari 2025
Bank Mandiri menegaskan komitmennya dalam menerapkan program Environmental, Social, and Governance (ESG) melalui digitalisasi layanan keuangan demi mewujudkan visi sebagai Sustainability Champion.
Perubahan iklim yang semakin ekstrem, mendorong berbagai sektor industri menggalakkan praktik keberlanjutan (sustainability). Praktik ini muncul sebagai respons terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia terhadap lingkungan dan masyarakat.
Tahun 2024 menjadi saksi bisu atas dampak perubahan iklim ekstrem. Di tahun lalu, pertama kalinya dalam sepanjang tahun suhu udara lebih tinggi 1,5 derajat celsius dibandingkan dengan pra-Revolusi Industri tahun 1850-1900.
Demi membangun masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan, pada tahun 2015 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga telah menetapkan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
SDGs sendiri mencakup berbagai isu, seperti pengentasan kemiskinan, kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, air bersih, energi bersih, mengurangi kesenjangan, dan aksi iklim yang ditargetkan tercapai pada tahun 2030 mendatang.
Adapun salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam mencapai SDGs, adalah sektor perbankan, termasuk inovasi digitalisasinya. Digitalisasi perbankan menjadi salah satu katalisator utama dalam mendorong pencapaian SDGs di Indonesia.
Salah satu perbankan yang menunjukkan komitmennya terhadap praktik keberlanjutan demi mencapai SDGs, adalah Bank Mandiri. Sampai saat ini, perseroan terus berfokus pada transformasi digitalisasi layanan perbankan, demi mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi.
Fokus Bank Mandiri terhadap digitalisasi akses layanan keuangan, merupakan upaya untuk mewujudkan visi Bank Mandiri sebagai Indonesia’s Sustainability Champion. Di dalam kerangka ESG Bank Mandiri, terdapat tiga pilar utama strategi keberlanjutan, yakni Sustainable Banking, Sustainable Operation, dan Sustainability Beyond Banking.
Sampai September 2024, Bank Mandiri bahkan telah mengelola sustainable portfolio sesuai Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB) dalam POJK 51/2017 sebesar Rp285 triliun, meningkat 12,8% secara tahunan (year-on-year/yoy). Dengan portofolio hijau mencapai Rp142 triliun (tumbuh 16,4%) dan portofolio sosial sebesar Rp143 triliun (tumbuh 9,4%).
Kemudahan Transaksi Lewat Produk Digital
Belakangan ini, digitalisasi produk dan layanan keuangan menjadi tuntutan utama bagi industri perbankan untuk memberikan kemudahan sesuai dengan perkembangan zaman.
Hal ini sesuai dengan pasar generasi Z yang merupakan digital native, sekaligus membuat ekosistem perbankan semakin efektif dan efisien. Untuk itu, Bank Mandiri terus berupaya menyediakan akses, produk, dan layanan keuangan yang bisa diperoleh dan dijangkau masyarakat luas sesuai dengan prinsip berkelanjutan.
Untuk menunjang hal tersebut, Bank Mandiri memiliki tiga pilar dalam digital banking yang bisa diakses nasabah. Di antaranya digitalisasi internal proses, modernisasi e-channel, serta leverage digital ecosystem. Ketiga pilar juga ini tetap berada dalam balutan risk management dan privacy & security yang baik.
Komitmen nyata Bank Mandiri untuk mengakomodasi kebutuhan di era serba cepat ini, juga tercermin dari peluncuran Livin’ by Mandiri sebagai penyempurnaan dari aplikasi Mandiri Online. Melalui aplikasi ini, kini layanan perbankan tak lagi terbatas pada fisik kantor bank, tetapi bisa diakses kapan dan di mana saja oleh nasabah melalui platform digital.
Aplikasi ini memanfaatkan pendekatan AI untuk memberikan kemudahan akses ke layanan perbankan (access to finance), serta menciptakan sentuhan personal yang unik dan modern untuk mengakses layanan keuangan yang lengkap.
Kehadiran Livin’ by Mandiri semakin mengakomodasi tuntutan transaksi digital yang semakin masif. Hal ini, terlihat dari data transaksi digital banking yang menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), pada November 2024 volume transaksi digital banking tercatat sebanyak 2,04 miliar transaksi, atau tumbuh sebesar 40,1% (yoy), sedangkan volume transaksi Uang Elektronik (UE) tumbuh 33,4% (yoy) mencapai 1,44 miliar transaksi.
Volume transaksi QRIS juga terus tumbuh pesat sebesar 186% (yoy) mencapai 689,07 juta transaksi, dengan jumlah pengguna dan merchant masing-masing mencapai 55,02 juta dan 35,1 juta pada November 2024.
Kemudahan akses Livin’ by Mandiri ini dirasakan langsung oleh Rizky Bayu (31) yang telah menjadi nasabah sejak tahun 2022. Ia mengaku, aplikasi ini bisa mengakomodasi kebutuhannya dalam bertransaksi sehari-hari. Mulai dari mengirim dan menerima uang, berbelanja, bahkan hingga membeli produk investasi reksa dana dan deposito.
“Kini investasi bisa dilakukan dengan mudah melalui satu aplikasi, sehingga tidak butuh aplikasi lain. Aplikasi yang seamless sangat membantu untuk menyimpan uang dan berinvestasi. Jadi lebih senang menabung dari aplikasi,” kata Bayu kepada DAAI TV, Kamis (9/1).
Dampak Digitalisasi Terhadap Keberlanjutan
Digitalisasi perbankan memiliki peran vital dalam mendorong penerapan prinsip-prinsip ekonomi sirkular (circular economy).
Melalui kemudahan transaksi melalui genggaman, perbankan turut mengurangi penggunaan kertas melalui digitalisasi layanan perbankan, seperti e-statement dan e-banking. Transaksi yang dilakukan secara daring, juga meningkatkan efisiensi operasional bank, sehingga mengurangi konsumsi energi dan limbah.
Demi meredam jejak karbon, pada 2023 Bank Mandiri menerbitkan produk ramah lingkungan (eco-friendly products) berupa kartu debit dan kartu prabayar e-money dari bahan plastik PVC daur ulang.
Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK), 192 Kabupaten/kota se-Indonesia menghasilkan 18,3 juta ton sampah pada tahun 2024 dan ada 41,32% sampah yang tidak terkelola, termasuk sampah plastik.
Secara global, menurut laporan ABI Research Kuartal I- 2022, jumlah kartu bank yang diterbitkan mencapai 35,5 miliar kartu.
Maka dari itu, Bank Mandiri memelopori pemakaian PVC daur ulang (rPVC) di Indonesia untuk mendukung ekonomi sirkular dan meredam emisi karbon. Dengan jumlah kartu debit dan e-money aktif sekitar 15 juta kartu, maka potensi pengurangan karbon dari pemakaian PVC daur ulang oleh Bank Mandiri mencapai 2.252 ton CO2.
Kemudian, untuk mengurangi sampah plastik dan emisi karbon (carbon emmisions), perbankan juga meluncurkan kartu kredit tanpa kartu fisik (cardless credit card) Livin’ Everyday.
Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar menjelaskan, pada tahun pertama pemasaran kartu ini, pihaknya memperkirakan potensi pengurangan emisi karbon hingga 3 ton CO2-eq/tahun. Pasalnya, Livin’ Everyday merupakan kartu kredit virtual, sehingga pengguna baru tidak akan dicetakkan ataupun dikirimi kartu kredit dalam wujud fisik.
Tak hanya bagi nasabah, bank digital dapat lebih mudah mengidentifikasi dan membiayai proyek-proyek yang berkelanjutan, seperti energi terbarukan dan pengelolaan limbah.
Bank Mandiri mengembangkan produk keuangan dalam bentuk sustainable/green/social bonds, yaitu instrumen keuangan yang bersifat utang. Hasil obligasi ini akan disalurkan untuk membiayai atau membiayai kembali proyek-proyek yang berwawasan lingkungan (green), proyek pengembangan sosial (social), atau kombinasi keduanya (sustainable).
Di sisi lain, sampai Juni 2024 Bank Mandiri juga menyalurkan pinjaman kredit untuk pengelolaan sumber daya alam (SDA) hayati dan penggunaan lahan berkelanjutan mencapai Rp108,7 triliun atau tumbuh 13,6% yoy.
Ditambah lagi, dukungan Bank Mandiri untuk pembiayaan kategori energi terbarukan mencapai Rp10,1 triliun yang juga tumbuh sebesar 13,6% yoy.
Pada segmen ritel, Bank Mandiri telah menyalurkan pembiayaan berkelanjutan kepada UMKM, Kendaraan Berbasis Listrik, maupun KPR Hijau dengan total pembiayaan Rp127 triliun.
Bank Mandiri juga turut memperluas jangkauan kepada masyarakat yang kurang terlayani (underserved communities), dengan menyediakan access to finance melalui berbagai media digital, seperti aplikasi Livin’ Merchant. Sampai dengan Juni 2024, Livin’ Merchant telah digunakan oleh 2 juta pelaku UMKM yang mana 60% pengguna tersebar pada area nonurban di seluruh Indonesia.
Corporate Secretary Bank Mandiri Teuku Ali Usman mengatakan, pemanfaatan aplikasi digital dapat berperan mengurangi kesenjangan ekonomi melalui perluasan akses layanan.
“Penggunaan luas aplikasi kami di wilayah pedesaan memungkinkan Bank Mandiri untuk menjangkau masyarakat yang underserved dan unbanked, atau masyarakat yang belum mendapatkan layanan keuangan dan perbankan,” jelas Ali.
Ali melanjutkan, akses pada perbankan memungkinkan nasabah untuk mendapatkan akses kepada fasilitas pinjaman. Hingga paruh pertama 2024, sebanyak Rp139 triliun dari pendanaan berkelanjutan Bank Mandiri telah mengalir ke lebih dari 3,06 juta nasabah. Tidak sedikit dari dana yang disalurkan dalam bentuk seperti untuk kredit usaha rakyat (KUR) atau kredit usaha mikro (KUM).
“Sebanyak 62% dari social portfolio Bank Mandiri hingga Juni disalurkan untuk pinjaman KUR dan KUM,” kata Ali.
Bukan hanya dari sisi transaksi, Bank Mandiri turut memberikan dampak sosial (social impact) bagi masyarakat sekitar. Di tahun 2024, Bank Mandiri telah memberikan dampak sosial terhadap masyarakat melalui corporate social responsibility (CSR) dan program-program yang berfokus pada isu keberlanjutan.
Mulai dari aksi bersih di Gelora Bung Karno, memberikan bantuan air bersih untuk 3.719 keluarga, menghadirkan Kampung Mandiri Tangguh, sampai menjalankan Program Mandiri Pilah Sampah.
Melalui berbagai inisiatif ini, Bank Mandiri mendukung pencapaian target emisi karbon netral atau Net Zero Emissions (NZE) Indonesia pada tahun 2060 atau lebih cepat.
Ke depannya, Bank Mandiri senantiasa berupaya untuk mengidentifikasi peluang-peluang produk dan layanan baru agar manfaat layanan keuangan yang inklusif dan sesuai dengan prinsip berkelanjutan dapat dirasakan oleh lebih banyak lapisan masyarakat.
ze3ki1