Inovatif! Mahasiswa UGM Ciptakan Sandal Terapi untuk Pemulihan Patah Tulang
Tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menciptakan sandal terapi berbasis Loadcell-Accelerometer untuk membantu pasien patah tulang ekstremitas bawah.
Sandal ini dirancang untuk membantu pasien melakukan latihan penumpuan beban (weight bearing) dan langkah (range of motion) dengan lebih tepat selama proses pemulihan.
Hasil inovasi ini, dikembangkan oleh Maya Aida (Manajemen Informasi Kesehatan), Aditya Kyran Santoso (Elektronika dan Instrumentasi), Nathasya Angelliya (Ilmu Keperawatan), Ignatius Gerald Handono (Elektronika dan Instrumentasi), dan Bitta Nathaniela Purwoko (Manajemen Informasi Kesehatan) dengan mendapat bimbingan dari Dina Fitriana Rosyada, SKM., MKL.
Ketua tim Maya Aida menjelaskan, inovasi ini diciptakan untuk mengatasi kesulitan monitoring ketercapaian latihan beban yang kerap dialami oleh dokter ortopedi dan pasien patah tulang.
Mengangkat Permasalahan Pasien
Terciptanya Sandal Berbasis Loadcell-Accelerometer, berawal dari keluh kesah salah satu pasien patah tulang (fraktur) ekstremitas bawah di RSUP Sardjito Yogyakarta.
“Kami lantas mengangkat permasalahan ini dalam penelitian, sebagai bagian dari program kreativitas,” ujar Maya disitat dalam keterangannya di situs web UGM, Jumat (27/9).
Lebih lanjut, Maya Aida menjelaskan bahwa sandal terapi yang diciptakan, dilengkapi dengan sensor loadcell dan accelerometer yang dapat mengukur dan memberikan umpan balik real-time kepada pengguna, mengenai distribusi beban dan langkah yang benar pada kaki yang fraktur.
Sandal ini juga terintegrasi dengan smartphone sebagai komunikasi software untuk pengaturan saran persentase beban dari dokter ortopedi dan pencatatan, serta monitoring latihan beban yang dilakukan oleh pasien.
“Sandal terapi ini, dapat memudahkan dokter ortopedi dan pasien dalam memantau ketercapaian latihan beban yang telah dilakukan. Umumnya, latihan ini dimulai sejak minggu ke-4 pasca operasi patah tulang ekstremitas bawah, sampai waktu-waktu berikutnya secara bertahap pasien dapat berjalan tanpa menggunakan alat bantu,” terangnya.
(Mahasiswa UGM membuat sandal terapi)
Diajukan Hak Paten
Nathasya Angelliya menambahkan, prototipe saat ini tengah dalam proses pengajuan paten untuk melindungi karya dan mendorong penggunaan lebih luas di dunia medis atau kesehatan.
Kreativitas sandal untuk pasien fraktur kaki ini, menurut Nathasya, bisa mendukung meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
“Penggunaan teknologi sensor load cell dan accelerometer dalam kreativitas ini, membuka peluang untuk pemanfaatan lebih lanjut dalam pengembangan IPTEK di bidang kesehatan”, tambah Nathasya.
Menurut Ignatius Gerald Handono, keberhasilan inovasi ini tidak terlepas dari kerja sama dan dedikasi tim PKM-KC UGM, dalam mengembangkan solusi inovatif yang memadukan teknologi dan kesehatan.
Mereka berharap, sandal terapi ini dapat menjadi alat bantu yang andal bagi para pasien dalam menjalani terapi pasca fraktur ekstremitas bawah.
Dalam proses pengembangan, tim PKM-KC UGM merasa bersyukur karena mendapat bantuan dari dokter ortopedi, yaitu dr. Dananjaya Putramega, Sp. OT (K)., yang sangat berperan memastikan bahwa desain dan fungsi sandal ini sesuai dengan kebutuhan pasien.
“Adanya inovasi ini, diharapkan dapat membantu pasien fraktur ekstremitas bawah dalam memonitoring ketercapaian latihan beban dan langkah selama proses pemulihan. Dengan demikian, pemulihan berlangsung dengan baik sehingga pasien dapat kembali beraktivitas normal dengan lebih cepat dan aman,” tutup Gerald.