Karang Taruna Cibaduyut, Bandung, buat alat pembakaran sampah (insinerator) inovatif. Lewat alat ini, kini warga bisa bakar sampah tanpa asap.
Yosep Barkah Ibrahim, Ketua Karang Taruna RW 08 Cibaduyut, Kecamatan Bojongloa Kidul secara swadaya membangun alat pembakaran sampah atau insinerator.
Mengutip dari Diskominfo Bandung, Yosep memulai riset ini sejak tahun 2005 setelah ada bencana di TPA Leuwigajah. Dirinya berpikir, jika tidak ada solusi yang cepat, maka masyarakat hanya akan membuat gunung sampah di Kota Bandung.
“Saya kasih nama alat ini Jozef. Sejak dua bulan lalu, Jozef telah mengantongi sertifikat lolos uji emisi dari Laboratorium Pengendalian Kualitas Lingkungan (LPKP),” ujar Yosep dikutip dalam keterangannya, Kamis (14/9).
Hasilnya, asap insinerator Jozef berada di bawah batas baku mutu. Meski beberapa kali harus disempurnakan sesuai dengan standar.
“Dari hasil itu, pihak penguji bahkan sudah memastikan insinerator kami ini aman untuk lingkungan. Tidak ada gumpalan asap hitam yang keluar dari proses pembakaran,” katanya.
Meski begitu, sampai saat ini ia terus meriset dan menyempurnakan insinerator Jozef.
Biaya Pembuatan
Awalnya, ia membuat insinerator ukuran kecil dari bahan drum besi. Kemudian, dikembangkan lagi dengan material yang lebih mumpuni.
“Kalau dari bahan-bahan material yang biasa, biaya membuat satu insinerator itu mencapai Rp10 juta-Rp15 juta. Namun, kalau bahannya pakai yang bagus semua seperti semen api, fire brick, dan ceramic fiber itu bisa mencapai Rp50-Rp100 juta,” jelasnya.
Setelah membuat ukuran yang lebih besar, kini ia pun membangun insinerator dengan sistem yang lebih kompleks, yakni sistem filtrasi sampai enam lapis.
Yosep menjelaskan, sistem insineratornya memiliki ruang pembakar sampah padat dan ruang pembakar asap. Kedua ruangan itu akan bereaksi aktif ketika temperatur ideal.
“Pembakaran sampah yang di bawah, cukup dengan temperatur 500-800 derajat celcius sudah bisa digunakan, sedangkan ruang pembakar asap itu harus di atas 800-1.300 derajat celsius,” papar Yosep.
(Insinerator Jozef)
Cara Kerja Insinerator
Secara proses, di ruang bawah tempat pembakaran sampah padat akan mengeluarkan asap. Kemudian asap diolah lagi di ruang 2, sehingga terjadi pembakaran lagi di sana. Oleh karena itu, dibutuhkan material khusus untuk membangun insinerator.
Untuk proses awal, batok kelapa kering dijadikan sebagai bahan bakar permulaannya untuk memanaskan insinerator. Batok kelapa tersebut diperoleh dari pedagang karena sampah kelapa tidak bisa dibuang di bank sampah.
“Insinerator ini bisa mengolah 3 ton sampah per hari. Kita beroperasi setiap malam mulai dari pukul 21.00-00.00 WIB, tapi tergantung banyaknya sampah. Kalau semakin lama, ya bisa sampai pukul 02.00 pagi,” jelasnya.
Saat musim kemarau seperti ini, proses pembakaran akan lebih cepat. Namun, jika musim hujan pemanasan insinerator membutuhkan waktu lebih lama.
Ia menambahkan, dengan kondisi TPA Sarimukti saat ini, warga RW 08 tak merasakan dampak berarti. Sebab, di lingkungannya permasalahan sampah betul-betul sudah teratasi 100% dengan insinerator.
Sampah anorganik pun sudah dipilah warga dan dimasukkan jadi tabungan emas di bank sampah.
“Semua sampah habis di sini. Tidak ada yang dibuang ke TPA, bahkan kami juga sampai cari-cari sampah di luar lingkungan ini untuk kami bantu olah,” ungkapnya.
Efektivitas Insinerator
Ia mengaku, masyarakat sekitar merasa sangat terbantu. Pasalnya, sebelum ada insinerator, sering ada keterlambatan pengangkutan sampah ke TPS. Apalagi kalau TPS dan roda sampah sedang penuh, otomatis sampah di rumah warga juga menumpuk. Jadi ada banyak alat yang berkerumun.
“Di sini ada 400 KK dari 3 RT. Dulu kami buat dua insinerator kecil. Masih dipakai sampai sekarang. Cuma karena insinerator ini ‘makannya’ banyak, jadi difokuskan pembakaran di insinerator utama saja,” tuturnya.
Ia menyebutkan, sudah banyak daerah lain yang memesan insinerator Jozef. Di antaranya Ciparay, Majalaya, Masamba Sulawesi Selatan, Sumedang, Garut, dan Perumahan Kopo Sari Bandung.
Yosep berharap, melalui insinerator Jozef mimpinya untuk membuat Kota Bandung bersih dari sampah bisa terwujud.
Di sisi lain, Camat Bojongloa Kidul Judy Hermawan menambahkan, di Kecamatan Bojongloa Kidul sudah ada enam kawasan bebas sampah (KBS) dengan sistem pengolahan sampah yang berbeda-beda. Salah satunya, di Kelurahan Cibaduyut RW 08 yang menggunakan metode insinerator.
“Ini ide murni dari putra-putra terbaik masyarakat kami. Mereka menciptakan alat insinerator untuk pengolahan sampah dengan sistem pembakaran. Produk ini juga sudah lolos uji emisi, sehingga aman untuk lingkungan dan terus berprogres jadi lebih baik,” tutup Judy.