Inspiratif, Bocah 12 Tahun Bangun Sekolah Gratis di Belakang Rumah
Leonardo Nicanor Quinteros (18) membuat sekolah gratis yang dibangun di belakang rumah neneknya, khusus untuk anak-anak kurang mampu di lingkungan tempat tinggalnya.
Menyitat dari San Juan8, Leonardo Nicanor Quinteros yang akrab disapa Nico, membangun sekolah ini saat dirinya masih berusia 12 tahun.
Sekolah kecil bernama “Escuela Patria Unidad” yang dibangun Nico, dihadiri oleh anak-anak dari lingkungan Las Piedritas, San Juan, Argentina.
Nico sendiri memang sangat suka belajar, sehingga dia juga ingin menularkan semangatnya di bidang pendidikan kepada teman-temannya.
Saat itu, Nico melihat beberapa rekan di lingkungannya berjuang untuk mengikuti pelajaran di sekolah. Anak-anak lain juga menghabiskan terlalu banyak waktu untuk bermain di jalanan, sehingga mengabaikan pelajaran mereka.
Melihat hal tersebut, Nico pun memutuskan untuk melakukan sesuatu. Akhirnya, Nico mengatakan kepada neneknya, Ramona, bahwa dia ingin membangun sekolah sendiri. Ia pun meminta neneknya untuk membantunya membangun sekolah tersebut di samping rumahnya.
Mendengar permintaan mulia dari sang cucu, Ramona pun menyanggupinya. Akhirnya, sekolah swasta gratis milik Nico pun dibuka dan menjadi tempat mengemban ilmu bagi hampir 40 siswa.
Sebagai pemilik sekolah, Nico bertindak sebagai guru dan kepala sekolah di tempat tersebut. Nico mengaku bangga karena inisiatifnya bisa membuat perbedaan besar bagi banyak anak yang bersekolah di sana.
(Sekolah Nico. Foto: Sanjuan8.com)
Fasilitas Sekolah Semakin Memadai
Secara tampilan fisik, sekolah Nico memang tidak terlalu menarik untuk dilihat. Sebagian besar bangunan sekolah terbuat dari batu bata, karton, lembaran logam, dan nilon. Ukurannya juga cukup kecil jika dibandingkan dengan kebanyakan sekolah pada umumnya.
Pada awalnya, keluarga Nico membantu mendanai sekolah menggunakan uang pribadi. Namun, para kenalan dan tetangga yang terkesan dengan kerja keras Nico juga turut menyumbang, sehingga sekolah ini menjadi lebih baik setiap harinya.
Sekolah Nico dibagi menjadi beberapa kelas, masing-masing kelas dilengkapi dengan papan tulis dan kapur. Selain itu, sekolah ini juga memiliki buku absensi, alamat, loker, kotak P3K, perpustakaan, dan bahkan bel sekolah untuk mengingatkan waktu istirahat.
Melalui alat pemutar musik buatan sendiri, murid-murid Escuela Patria Unidad berhasil mengimprovisasi sistem suara yang memutar lagu kebangsaan Argentina di awal pelajaran, seperti halnya di sekolah-sekolah pada umumnya.
(Sekolah Nico. Foto: Sanjuan8.com)
Sekolah Dimulai Sore Hari
Komitmen Nico terhadap pendidikan berkualitas, tercermin dalam peran Nico sebagai guru dan kepala sekolah. Nico sendiri, rajin mengajar berbagai mata pelajaran, seperti matematika dan tata bahasa.
Sekolahnya mengajarkan 6 pelajaran tingkat SD dan 1 pelajaran untuk anak-anak TK. Meskipun sekolah ini utamanya ditujukan untuk anak-anak, tetapi ada beberapa orang dewasa yang tidak sempat bersekolah saat muda, juga ikut berpartisipasi.
Namun, yang paling mengesankan adalah dedikasi Nico untuk membantu orang lain. Nico sendiri, tinggal di rumah yang berjarak 20 menit dari rumah neneknya.
Sementara itu, kelas-kelas di sekolah Nico berlangsung pada pukul 14.00-18.00 waktu setempat, setelah Nico pulang sekolah. Namun, setiap harinya tak peduli cuaca hujan atau salju, Nico akan naik sepeda sepulang sekolah ke sekolahnya sendiri untuk mengajar anak-anak.
“Dia tidak pernah bolos sekolah, dia luar biasa. Saya tidak percaya dengan apa yang dia lakukan,” kata Ramona.
Terkadang, ketika murid-muridnya tidak dapat hadir di sekolah pada waktu yang sudah ditentukan, Nico akan mengajar di malam hari untuk memastikan muridnya tidak ketinggalan pelajaran.
“Sekolah ini membantu saya untuk naik kelas, sekarang saya berada di kelas tiga,” kata salah satu murid Nico.
(Sekolah Nico. Foto: Sanjuan8.com)
Kebanggaan Keluarga
Nenek Nico, Ramora, mengaku sangat bangga kepada cucunya yang memiliki hati mulia. Selain mendukung operasional sekolah, Ramora juga kerap menyediakan segelas susu agar anak-anak yang datang bersekolah bisa makan dan minum sesuatu yang hangat.
“Tidak ada yang mengajari Nico, dia melakukannya sendiri dan sekarang dia mengajari anak-anak lain. Lihat betapa bahagianya saya,” ujar Ramora.
Remora melanjutkan, “Dia mengoreksi dengan apa yang dia bisa. Kadang-kadang dia memotong pensil menjadi dua, memberikan sedikit kepada setiap anak, dan menyuruh mereka menulis. Luar biasa, sangat luar biasa apa yang dilakukan Nicanor.”