Iseng Bikin Karya, Film ‘The Atlantis Mussels’ Karya Pemuda Ini Menang Penghargaan Internasional
10 Maret 2025

Film ‘The Atlantis Mussels’ karya Rachmat Kurniawan Idrus (23) dan Azyd Aqsha Madani (23), memenangkan penghargaan Best ShortDoc di Megacities-ShortDoc Film Festival 2024.
Nantinya, film The Atlantis Mussels akan diputar di Semaine du Cinéma Positif ke-9, sebagai bagian dari Festival Film Cannes ke-77 di Prancis.
Rachmat selaku sutradara dan penulis skenario, mengatakan proyek film dokumenter itu awalnya hanya iseng-iseng belaka.
Saat itu, Rachmat dan Azyd menemukan bahwa isu ‘Jakarta Tenggelam’ sangat ramai dibahas di media sosial. Meski demikian, ia bingung karena masyarakat di sekitarnya terlihat biasa-biasa saja di tengah maraknya isu tersebut.
Melihat situasi tersebut, Rachmat dan Azyd kemudian berinisiatif untuk membuat film yang menyoroti adanya fenomena penurunan tanah di Jakarta.
“(Saat itu) kami berselancar di internet dan menemukan fakta bahwa ternyata di Jakarta itu mengalami penurunan tanah. Jadi ada kemungkinan ketika kita menginjakkan tanah, itu kita sudah di bawah permukaan air laut dan air laut itu karena climate change juga setiap tahun selalu meningkat,” ujar Azyd selaku produser film ‘The Atlantis Mussels’ dikutip dalam wawancara bersama detikcom, Senin (10/3).
Azyd menjelaskan, dalam film tersebut mereka menyoroti bagaimana masyarakat yang tinggal di pesisir pantai beradaptasi dengan kenaikan air laut setiap tahunnya.
Mereka pun memutuskan melakukan syuting The Atlantis Mussels di daerah Muara Angke, Jakarta Utara.
Saat melakukan riset di desa setempat, Rachmat dan Azyd kemudian melakukan pendekatan kepada warga setempat, termasuk ketua RW, untuk mendapatkan informasi dan izin pengambilan gambar.
Mereka terkejut dengan fakta bahwa warga telah melakukan pengurukan tanah dengan material setempat selama bertahun-tahun, bahkan hingga mencapai ketebalan 3-4 meter.
Menggunakan Modal Pribadi
Rachmat mengaku, mereka memproduksi film ‘The Atlantis Mussels’ menggunakan modal pribadi.
Alat-alat untuk mengambil gambar seperti kamera, juga didapatkan dengan bermodalkan pinjaman dari teman-teman mereka.
Sisanya, kata Rachmat, mereka menggunakan peralatan seadanya dengan modal seminim mungkin.
Tantangan Pembuatan Film
Tantangan terbesar dalam pembuatan film ini, kata Azyd, adalah saat menyeleksi dan merangkum informasi yang banyak ke dalam durasi empat menit.
Rachmat dan Azyd juga harus memilih angle dan topik yang paling menarik dan relevan untuk ditonjolkan.
“Sebenarnya tantangannya adalah dari banyak informasi yang sudah kita dapat, nih, kita harus nge-press itu jadi 4 menit. Kita tuh bahkan begadang, ya, kita bingung gimana (memotongnya),” kata Azyd.
Diundang ke Festival Film Cannes
Rachmat dan Azyd tidak pernah menyangka film mereka akan mendapatkan apresiasi setinggi ini. Awalnya, mereka hanya iseng membuat film untuk mengisi waktu luang.
“Sebenarnya enggak ada, sih (ekspektasi). Karena dari awal kan karena kita juga gabut, enggak tahu mau ngapain, iseng-iseng,” ungkap Rachmat.
Namun, kerja keras dan dedikasi mereka membuahkan hasil karena “The Atlantis Mussels” berhasil meraih penghargaan Best ShortDoc di Megacities-ShortDoc Film Festival 2024.
Keberhasilan ini memotivasi Rachmat dan Azyd untuk terus berkarya. Mereka berencana membuat film dokumenter pendek tentang isu banjir di Jakarta yang saat ini sedang mereka garap.
“Ada dong (rencana yang lebih besar). Kita sekarang juga sebenarnya ini kan lagi viral nih, banjir-banjir nih. Sebenarnya next film kita mau bikin dokumenter lagi, pendek lagi. Itu tentang banjir,” tutup Rachmat.
“The Atlantis Mussels” adalah bukti bahwa karya yang dibuat dengan ketulusan dan kepedulian, dapat memberikan dampak yang besar.
Film ini tidak hanya mengangkat isu lingkungan, tetapi juga memberikan suara kepada masyarakat yang terpinggirkan.