Jago Linguistik, Remaja 19 Tahun Ini Pecahkan Rekor Dunia dengan Kuasai 400 Bahasa Asing
5 Maret 2025

Mahmood Akram (19) remaja asal Chennai, India, mampu membaca, menulis, dan mengetik dalam 400 bahasa dan berbicara dalam 46 bahasa dengan fasih. Apa rahasianya?
Menyitat dari The Better India, ketertarikan Akram pada bahasa dimulai sejak usia 4 tahun dengan bimbingan sang ayah, Shilbee Mozhippriyan, yang juga menguasai 16 bahasa.
Shilbee yang memiliki gelar doktor dalam psikologi kognitif mengungkap, dirinya merasa kesulitan karena tidak menguasai bahasa negara bagian atau negara tertentu, terutama ketika ia harus pindah ke berbagai tempat karena pekerjaannya.
“Saya tidak ingin anak saya kehilangan kesempatan yang berkaitan dengan bahasa. Ketika istri saya mengandung Akram, kami berdiskusi tentang bahasa dengan harapan hal itu akan membantu membangkitkan minat Akram. Tampaknya hal itu berhasil,” ujar Shilbee dikutip dalam keterangannya, Rabu (5/3).
Akram menjelaskan, sejak kecil orang tuanya mulai mengajari Akram alfabet Tamil dan Inggris. Hebatnya, Akram bisa menguasai alfabet Inggris hanya dalam waktu enam hari.
Di sisi lain, Akram mempelajari 299 alfabet Tamil hanya dalam waktu 3 minggu saja, berbeda dengan kebanyakan orang yang membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mempelajari alfabet ini.
Bimbingan dari ayahnya, memperkenalkan Akram pada aksara Tamil kuno seperti Vatteluttu, Grantha, dan Tamizhi, yang dengan cepat dikuasai Akram.
Antara usia 6 hingga 8 tahun, Akram dengan rasa ingin tahunya yang tinggi dalam bidang bahasa telah mendorongnya untuk mempelajari 50 bahasa.
“Pada usia 6 tahun, saya telah melampaui pengetahuan ayah saya dan ingin menjelajahi lebih banyak bahasa sendiri. Dulu, saya harus bergantung pada beberapa buku teks dan Omniglot (ensiklopedia) untuk mempelajari berbagai bahasa,” ungkap Akram.
(Akram bersama ayahnya, Shilbee Mozhippriyan)
Meraih Rekor Dunia
Perjalanan ini membawa Akram pada rekor dunia pertamanya sebagai juru ketik multibahasa termuda di usia 8 tahun.
“Saya mengunggah video di YouTube, mengetik dan membaca dalam berbagai bahasa. Kemudian, sebuah organisasi rekor dunia di Punjab mengundang saya untuk mencoba memecahkan rekor dan saya berhasil menyelesaikannya,” kenang Akram.
Pada usia 10 tahun, Akram meraih rekor dunia keduanya dengan menulis lagu kebangsaan India dalam 20 bahasa dalam waktu satu jam.
Keahliannya terus berlanjut, sampai pada usia 12 tahun Akram bisa membaca, menulis, dan mengetik dalam 400 bahasa. Akram pun meraih rekor dunia ketiganya di Jerman, dengan berkompetisi melawan 70 pakar linguistik.
“Kami harus menerjemahkan satu kalimat ke dalam sebanyak mungkin bahasa dalam waktu tiga menit. Saya memenangkan Penghargaan Talenta Muda Jerman untuk penerjemahan terbanyak. Bahkan para ahli tidak dapat mengimbangi kecepatan saya,” jelas Akram dengan bangga.
Belajar di Sekolah Bahasa
Meningkatnya minat Akram terhadap bahasa, membuat pendidikan konvensionalnya pun sedikit terhambat. Akram sendiri belajar di Chennai hingga kelas 5, tetapi Akram pun menyadari bahwa minat dan bakatnya membutuhkan pendekatan yang berbeda.
Akram mengaku, ia ingin mendaftar ke sekolah yang hanya berfokus pada bahasa, tetapi sayangnya ia tak dapat menemukan sekolah tersebut di India.
Akhirnya, Akram belajar daring di sebuah sekolah di Israel, mempelajari bahasa-bahasa umum seperti Arab, Spanyol, Prancis, dan Ibrani.
Meski sukses, ia mengakui telah menyadari pentingnya ijazah akademis dalam kehidupan sehari-hari, serta kekuatan ijazah yang terkadang lebih penting daripada bakat.
“Ketika saya ingin masuk sekolah reguler, tidak ada seorang pun di India yang menerima saya. Mereka bersikeras agar saya mulai lagi dari kelas enam. Jadi, saya memutuskan untuk belajar melalui Institut Nasional Sekolah Terbuka dan lulus ujian dengan cara itu,” kata Akram.
Ia berpartisipasi dalam pertunjukan bakat, dan mendapat kesempatan untuk menyelesaikan sekolahnya di negara Eropa mana pun.
“Saya memulai sekolah menengah di Danube International School di Wina, Austria, dengan beasiswa. Di kelas saya sendiri, ada 39 negara. Berbincang dengan teman sekelas membantu saya menjadi fasih dalam banyak bahasa,” jelasnya.
Di usianya saat ini, Akram tengah menempuh pendidikan untuk berbagai gelar. Di antaranya Linguistik dari Open University di Milton Keynes, Inggris; Sarjana Seni dalam Sastra Inggris; serta Sarjana Sains Animasi dari Alagappa University, Chennai.
“Karena saya telah mempelajari bahasa, saya tidak perlu mempersiapkan atau mempelajari apa pun untuk gelar linguistik dan sastra saya. Ini memudahkan saya untuk mengelola gelar tersebut. Saya biasanya pergi ke Universitas Alagappa untuk mengikuti ujian dan saat mereka meminta saya untuk menghadiri kelas. Bahasa adalah bakat saya, tetapi animasi adalah minat saya,” tegasnya.
Perjalanan Akram berkembang saat ia menyadari pentingnya berbicara dengan lancar dalam berbabagi bahasa. Akram mengaku, sampai usia 14 tahun, dirinya hanya bisa mengucapkan frasa acak seperti ‘halo’ atau ‘selamat pagi’ dalam kebanyakan bahasa.
Kini, ia fasih dalam 15 bahasa dan terus menguasai bahasa-bahasa lain hingga mendekati tingkat penutur asli.
“Membaca dan menulis itu satu hal, tetapi berbicara dalam suatu bahasa memerlukan pemahaman dialek dan pelafalan,” imbuhnya.
Akram juga menggunakan media sosial dan hiburan untuk tetap terhubung dengan berbagai bahasa yang telah dipelajarinya selama bertahun-tahun.
“Kadang-kadang saya mengubah bahasa media sosial saya ke bahasa Rusia, saya menonton video pendek YouTube dalam bahasa Denmark, dan video Facebook dalam bahasa Arab,” tambah Akram.
Di antara bahasa-bahasa yang dikuasainya, bahasa Tamil tetap menjadi bahasa favoritnya.
“Bahasa Tamil adalah bahasa ibu saya dan memiliki tempat khusus di hati saya. Bahasa Jepang ternyata mudah bagi saya karena tata bahasa dan pelafalannya mirip dengan bahasa Tamil. Di sisi lain, bahasa-bahasa seperti bahasa Ceko, bahasa Finlandia, dan bahasa Vietnam adalah yang tersulit bagi saya untuk dikuasai,” akunya.
(Keluarga Akram melalui Akram Global Language Institute mengajar siswa secara online dan offline)
Mendirikan Institut Bahasa
Pada tahun 2016, Shilbee mendirikan Akram Global Languages Institute di Shenoy Nagar, Chennai.
Shilbee merasa dirinya egois karena hanya mengajarkan bahasa kepada anaknya. Untuk itu, Shilbee juga ingin orang lain merasakan manfaat dari kekuatan bahasa.
Lembaga ini menawarkan kelas daring dan luring kepada siswa dari India dan negara-negara seperti Teluk, Eropa, dan Australia, serta mengajar sedikitnya 150 siswa setiap bulan.
“Kami mengajar siswa berdasarkan kebutuhan mereka; sebagian hanya ingin berbicara dalam bahasa tersebut, sedangkan siswa lain akan belajar untuk lulus ujian yang dipersyaratkan untuk mendapatkan visa dan Green Card,” kata Shilbee.
Awalnya, Shilbee dan istrinya, Aminal Begum, menjadi guru utama di institut tersebut. Setelahnya, Akram ikut bergabung sebagai guru pada usia 14 tahun setelah para pelanggan YouTube-nya mendorongnya.
Ketika metode pengajarannya semakin populer, banyak siswa mulai mengungkapkan apresiasi mereka terhadap pendekatan tersebut.
Popularitasnya meningkat, sampai pada tahun 2024 Akram mengajar di luar negeri, mengadakan lokakarya bahasa di Myanmar, Kamboja, Thailand, dan Indonesia, di sekolah dan perguruan tinggi. Bagi Akram, belajar bahasa bukan hanya tentang komunikasi, tetapi juga tentang koneksi.
“Jika saya berbicara dalam bahasa ibu Anda, Anda akan merespons dengan hati Anda. Namun, jika saya menggunakan bahasa Inggris, Anda akan berbicara dengan otak Anda. Itulah motivasi di balik pembelajaran semua bahasa ini,” katanya.
(Mahmood Akram di salah satu sesi mengajar di sebuah sekolah di Kamboja)
Cara Belajar yang Efektif
Akram menyadari bahwa sulit untuk menjadi ahli, guru, dan pelajar sekaligus. Untuk mengatasinya, Akram membuat jadwal harian yang teratur, serta menggunakan waktu paginya untuk fokus belajar bahasa.
Setiap hari, Akram bangun pukul 5 pagi untuk berlatih bahasa selama 2 jam. Di waktu tersebut, kata Akram, otaknya mendapatkan oksigen paling banyak. Setelah itu, Akram melanjutkan harinya dengan belajar sesuai dengan bidang yang digelutinya di kampus, lalu lanjut mengajar di malam hari.
“Saya belajar bahasa dengan membaca komik dan menonton film. Saya punya lembar Excel tempat saya mengambil satu kosakata tertentu dan melihat apakah saya bisa menuliskannya dalam semua bahasa yang saya ketahui,” jelas Akram.
Akram memuji kedua orang tuanya karena telah mengembangkan bakatnya, serta membuatnya mendapatkan banyak prestasi di usia muda.
“Bakat itu ada dalam diri setiap orang, tetapi orang tua atau guru harus mengenali dan mendukungnya. Jika bukan karena dorongan mereka, saya mungkin sudah berhenti pada 16 bahasa,” akunya.
Akram berharap, karyanya akan menginspirasi orang lain untuk menghargai keberagaman bahasa.
“Saya ingin menjadi profesor bahasa di universitas ternama dan menjadi panutan bagi orang lain. Menguasai suatu bahasa adalah cara ampuh untuk membuat orang lain merasa betah,” tutup Akram.
Hi Daaiplus,
I just stumbled upon something that should not be possible… but it is.
There’s a secret website that’s quietly paying people $49 again and again for doing something so simple, it almost feels illegal.
What is it?
→ Just upload a simple PDF… and you get PAID.
No selling. No social media. No writing. No headaches.
The craziest part? You don’t even need to create these PDFs yourself!
My friend Glynn and his students have been using this method to quietly rake in hundreds per day, while everyone else is busy chasing the latest social media fads.
Now, for a limited time, they’re revealing the exact system that turns PDFs into pure profit.
Click here to watch how it works before it’s gone >> https://pdf-profit-machine.blogspot.com
This is hands-down the easiest online income stream of 2025. Don’t miss it!
To Your Success,
[Grazyna Ackley]