Jangan Dibuang, Sampah Plastik Ternyata Bisa Diubah Jadi Baju Adat Daerah
Petugas Unit Penanganan Sampah (UPS) Badan Air, Kecamatan Pasar Rebo, Dinas Lingkungan Hidup, Provinsi DKI Jakarta, mengubah sampah plastik menjadi baju adat dari beberapa daerah.
Kreasi dari sampah plastik ini, diberi nama Plastic Fashion Stylish. Adapun penggagas inovasi ini adalah Petugas UPS Badan Air Kecamatan Pasar Rebo Rudi Salam.
Jika dilihat dari jauh, baju adat yang dikenakan oleh petugas tidak terlihat seperti terbuat dari sampah plastik keresek.
Namun, jika ditelisik lebih dekat barulah terlihat bahwa baju adat ini berasal dari sampah plastik keresek.
Bagi sebagian orang, plastik bekas pakai mungkin hanya menjadi wadah untuk membuang sampah, atau bahkan menjadi sampah yang tak ternilai harganya.
Namun, di tangan para petugas, sampah plastik keresek yang banyak mereka temui saat membersihkan aliran sungai, berhasil disulap menjadi baju adat.
(Baju adat dari plastik)
Dibuat untuk Memperingati HUT Jakarta
Rudi menjelaskan, inspirasi membuat baju adat dari limbah plastik ini didasari untuk memeriahkan perayaan ulang tahun DKI Jakarta yang ke-497, serta memperingati Hari Sungai Nasional yang jatuh pada 27 Juli lalu.
Para petugas, kata Rudi, tercetus membuat baju adat karena dapat dipakai dalam berbagai acara. Ada banyak baju adat yang dibuat oleh para petugas, mulai dari daerah Papua, Kalimantan, Sumatra, dan Betawi.
Adapun masing-masing baju adat dibuat dengan menghabiskan 30 kantong plastik keresek dan dikerjakan selama 2 minggu.
Selain plastik, bahan lain yang dibutuhkan untuk membuat baju adat ini juga terbilang mudah ditemukan, seperti gunting, lem tembak, dan selotip.
Menurut Rudi, sampah plastik yang digunakan sebagian berasal dari aliran sungai dan dari sampah yang berserakan di sekitar Kecamatan Pasar Rebo.
“Semua jenis plastik bisa (diubah jadi baju adat), tapi tergantung ukurannya yang kita samakan. Semua ukuran jenis plastik apa pun bisa, termasuk tali rafia pun bisa. Plastik kresek, tali rafia, bekas-bekas pewangi pakaian, bekas detergen itu bisa,” jelas Rudi kepada Halo Indonesia DAAI TV, disitat Rabu (14/8).
Rudi melanjutkan, salah satu tantangan yang dihadapi dalam membuat kreasi unik ini, adalah harus ekstra teliti dan bersabar karena bahan plastik yang digunakan mudah sobek.
“Memang harus benar-benar teliti dan pelan-pelan karena salah sedikit pasti sobek. Risikonya itu, pasti tingkat kesulitan ada, cuma ya kita berusaha pelan-pelan,” lanjut Rudi.
Meski terbuat dari sampah plastik daur ulang, tetapi baju adat ini tampak tidak kalah cantik dengan baju adat pada umumnya yang terbuat dari kain.
Dengan memanfaatkan corak dan warna asli dari plastik, busana adat ini bisa terlihat mewah dan menawan. Susunan lipatan dan penataan yang rapi, berpadu sempurna dengan ragam aksesori yang juga terbuat dari sampah plastik.
“Nah, untuk motif ini kita kepang. Plastik itu kita potong menjadi tiga bagian, terus kita kepang lalu jadi satu motif. Kita buat motif manik-manik ini juga dari plastik. Kita pakai pembolong kertas dan penggunaannya pakai bekas-bekas sabun cuci atau pewangi yang lebih kaku bahannya. Kantung kereseknya ukuran sedang, itu bisa kita sambung tujuh menggunakan selotip atau lem bakar, setelah itu kita setrika, baru kita bentuk pola,” kata Rudi.
(Baju adat dari plastik)
Mendapat Apresiasi
Pengawas UPS Badan Air Kecamatan Pasar Rebo Sarmilih mengapresiasi petugas UPS Badan Air Pasar Rebo yang punya imajinasi tinggi untuk berkreativitas.
Menurut Sarmilih, salah satu bentuk sosialisasi yang dilakukan untuk mengurangi sampah plastik di masyarakat, adalah dalam bentuk pembuatan bahan-bahan dari sampah yang ditangani oleh petugas.
“Mulai dari pemanfaatan sampah kali, sampah waduk, dan sampah dari saluran penghubung (phb) untuk kita sosialisasikan ke warga, dalam bentuk pembuatan baju-baju adat. Sekaligus kita memperkenalkan kepada masyarakat seluruh Jakarta dan sekitarnya, bahwa sampah ini tidak semuanya bisa dibuang. Namun, akan lebih baik kalau bisa diolah dan dengan kreativitas tinggi dan bisa menghasilkan nilai ekonomis juga,” ungkapnya.
Rudi berharap, inovasi baju adat dari sampah plastik ini bisa membuat masyarakat lebih menghargai lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan.
“Kami menginginkan nggak semua sampah plastik dibuang, atau jenis sampah apa pun nggak harus dibuang dan harus kita manfaatkan,” tutup Rudi.