Ilustrasi makan (Foto: EXTREME-PHOTOGRAPHER via Getty Images Signature)

Pernah mengonsumsi benda yang bukan makanan? Waspada terkena gangguan makan pica, atau keinginan makan terhadap benda atau zat yang nonmakanan atau tidak memiliki nilai gizi.

Melansir dari Cleveland Clinic, pica adalah suatu kondisi kesehatan mental saat seseorang secara kompulsif menelan benda-benda nonmakanan yang tidak mempunyai nilai gizi.

Pica bisa terjadi kepada siapa saja, tetapi paling banyak dialami oleh anak-anak, ibu hamil, dan orang dengan gangguan intelektual.

Meskipun seringkali tidak berbahaya, tapi menelan benda nonmakanan dapat berbahaya bagi tubuh.

 

Pengaruh Pica Terhadap Tubuh

Gangguan makan pica bersifat kompulsif, sehingga orang dengan kondisi ini sangat sulit mengendalikan keinginannya sendiri.

Pica dapat menimbulkan berbagai efek tergantung pada jenis benda yang dimakan seseorang. Jika kecanduan mengonsumsi es, umumnya pica tidak terlalu berbahaya. Namun, jika kecanduan mengonsumsi benda lain, bisa jadi genda tersebut berbahaya atau beracun bagi tubuh.

Misalnya, ketika orang memakan rambut (trichophagia) benda ini dapat tersangkut di saluran pencernaan, sehingga menyebabkan penyumbatan, robekan, atau kerusakan lainnya pada organ.

Parasit yang hidup di dalam tanah. juga dapat menginfeksi orang yang memakan tanah atau tanah liat (geophagia). Orang juga bisa tertular penyakit karena memakan kotoran, terutama kotoran hewan peliharaan yang mungkin mengandung parasit atau kuman lainnya.

Pica juga bisa menyebabkan kondisi atau masalah lain yang memiliki gejala tersendiri. Di antaranya anemia, infeksi cacing gelang, sembelit, ketidakseimbangan elektrolit, aritmia, keracunan, hingga penyumbatan usus halus dan usus besar.

 

Efek Kesehatan Mental

Penderita pica sering kali merasa sungkan atau malu dengan kondisi ini. Oleh karena itu, penderita kondisi ini sering kali tidak mencari pengobatan, atau takut untuk mengungkapkannya keluhannya kepada orang lain.

 

Gejala Pica

Satu-satunya gejala pica, adalah memakan benda nonmakanan yang tidak memiliki nilai gizi secara kompulsif.

Kebanyakan orang dengan kondisi ini, lebih menyukai satu jenis benda nonmakanan yang rutin mereka makan. Pola makan seperti ini bisa dianggap sebagai gangguan makan pica, bila sudah berlangsung minimal satu bulan.

Benda yang Kerap Dikonsumsi

Penderita pica sering mengonsumsi benda-benda nonmakanan seperti abu, bedak bayi, kapur, arang, tanah dan sejenisnya, ampas kopi, cangkang telur, kotoran dan sejenisnya, rambut, tali atau benang, es, pati, cat kering, kertas, kerikil, makanan hewan, sabun mandi, sampai kain.

 

Penyebab Pica

Para ahli belum mengetahui secara pasti mengapa pica bisa terjadi. Namun, ada beberapa faktor tertentu yang meningkatkan risiko terkena penyakit ini.

Di antaranya seperti pengaruh budaya atau keyakinan, stres atau gangguan kecemasan, trauma masa kecil, kekurangan gizi, memiliki kondisi kesehatan mental, memiliki kondisi medis tertentu, kehamilan, dan konsumsi obat-obatan tertentu.

 

Diagnosis Pica

Ada beberapa kriteria yang bisa digunakan untuk mendiagnosis pica, yakni jangka waktu konsumsi minimal satu bulan, kondisi mental yang bisa membedakan antara makanan bergizi dan tidak, tidak memiliki latar belakang sosial atau budaya yang mendorong perilaku tersebut, serta tidak memiliki kondisi medis atau kesehatan mental tertentu.

Untuk meneruskan diagnosis ini, nantinya orang tersebut akan melewati beberapa tahap tes, seperti tes darah, urine, dan feses untuk mencari tanda-tanda infeksi, keracunan, dan ketidakseimbangan elektrolit.

Kemudian, tes pencitraan untuk mencari tanda-tanda penyumbatan atau kerusakan internal akibat pica, sampai tes diagnostik seperti elektrokardiogram (EKG).

 

Obat Pica

Jika pica terjadi pada ibu hamil, biasanya gangguan ini akan hilang dengan sendirinya. Pica yang terjadi pada anak-anak juga biasanya bisa hilang sendiri, dengan pengawasan khusus dari orang tua.

Pica yang terjadi pada anak dengan disabilitas intelektual, memerlukan pengawasan khusus agar tidak berlanjut dalam jangka waktu lama.

Pengobatan utama pica, adalah terapi dengan metode terapi berbeda-beda yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan individu.

Beberapa metode terapi yang mungkin dilakukan, yakni terapi permusuhan ringan, terapi perilaku, dan penguatan diferensial untuk menghindari perilaku pica dengan berfokus pada perilaku dan aktivitas lain.

Hanya ada sedikit obat yang mungkin dapat membantu mengatasi pica. Obat antipsikotik mungkin bisa membantu, tetapi efek samping yang mungkin terjadi biasanya membuat obat ini tidak digunakan secara luas.

Cara Mencegah Pica

Pica terjadi secara tidak terduga, jadi tidak ada cara untuk mencegah perkembangannya. Juga tidak ada cara untuk mengurangi risiko terkena kondisi ini.

Satu-satunya hal yang dapat dilakukan, adalah dengan mengonsumsi makanan seimbang dan tidak kekurangan vitamin atau mineral penting.

Meskipun hal ini bukan merupakan pencegahan atau pengurangan risiko pica, tapi hal ini tetap penting untuk diperhatikan.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: