Keren! Peneliti Indonesia Temukan Fosil Kayu 130 Juta Tahun di Antarktika

 

21 Maret 2025

Peneliti muda Indonesia Gerry Utama. (Foto: Situs web UGM)

Peneliti muda Indonesia Gerry Utama (31) bersama tim yang tergabung dalam program Russian Antarctica Expedition (RAE), berhasil menemukan fosil kayu berusia 130 juta tahun.

Menyitat dari situs web Universitas Gadjah Mada, Gerry yang merupakan alumnus Fakultas Geografi UGM ini datang ke Antarktika sebagai bagian dari misi RAE yang berlangsung selama Februari-Juli 2024.

Saat itu, Gerry sedang mengikuti program Magister Paleogeografi di Saint Petersburg State University, Russia.

Keikutsertaannya melakukan ekspedisi ke Antarktika, menjadikan Gerry sebagai orang Indonesia dan ASEAN pertama yang mengikuti program RAE yang sudah berjalan sebanyak 69 kali.

Ia berangkat bersama dengan tim RAE menggunakan kapal riset Akademik Tyroshnikov milik Rusia. Kapal tersebut berlayar selama tiga pekan dan sempat berhenti di Cape Town, Afrika Selatan, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan ke Antarktika.

(Gerry dan timnya yang menemukan fosil kayu)

 

Menemukan Fosil Kayu

Riset yang dilakukan Gerry, berkaitan dengan rekonstruksi atlas baru wilayah Pulau King George untuk pemerintah Rusia.

Gerry melakukannya dengan menyederhanakan variabel-variabel yang ada, menjadi pemetaan geomorfologi yang dapat diimplementasikan dengan karakteristik khusus.

Menariknya, selama riset Gerry dan tim berhasil menemukan sebuah fosil kayu berusia 130 juta tahun lalu.

Temuan ini menjadi indikasi adanya vegetasi pohon-pohon besar di pulau King George yang berada di Zona Antarktika Barat.

“Hal ini bisa membuktikan bahwa dulunya Antarktika pernah ditutupi tanaman hijau seperti bagian bumi lainnya,” ujar Gerry dikutip dalam keterangannya, Jumat (21/3).

 

Tantangan Selama Ekspedisi

Gerry yang saat itu ditugasi di Stasiun Mirny yang merupakan salah satu stasiun pemantauan tertua di Antarktika, harus melakukan mobilisasi setiap hari menggunakan helikopter, sehingga setiap harinya tim peneliti akan kembali ke kapal.

Kondisi Antarktika yang tidak menentu membuat jadwal pekerjaan harus diatur sedemikian rupa. Selain jam mandi yang diatur, setiap harinya jam harus disetel ulang karena waktu di hari tersebut bisa lebih awal atau mundur.

Kondisi ini, menurut Gerry, dapat diperparah dengan kondisi angin kencang yang bisa mencampai 300 km/jam, sehingga tidak jarang ia dan timnya harus bermalam di stasiun.

Keikutsertaan Gerry dalam menjelajah Antarktika, mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai salah satu dari tujuh orang Indonesia yang telah sampai ke Antarktika.

Gerry berharap, pemerintah Indonesia dapat peduli dengan Antarktika yang berada di samudra yang sama dengan Indonesia.

Ia menyebutkan, bahwa semua pihak perlu sadar bahwa saat Antarktika bermasalah, maka dunia, termasuk Indonesia, akan secara tidak langsung terkena dampaknya.

Dengan demikian, Indonesia dapat menyiapkan lembaga riset Antarktika untuk secara langsung hadir dan mengkaji Antarktika.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: