Kisah Nur Fatia Azzahra, Disabilitas Tunadaksa asal Bangka yang Jadi Calon Polwan
Siswa Sekolah Polisi Wanita (Sepolwan) Nur Fatia Azzahra (22) yang merupakan pejuang disabilitas tunadaksa, dinyatakan lolos dan memenuhi syarat mengikuti pendidikan pembentukan Bintara Polri Jalur Disabilitas Tahun Anggaran 2024.
Menyitat dari situs web Portal Humas Polri, Fatia mendaftarkan diri menjadi anggota Polri Polda Bangka Belitung melalui jalur disabilitas beberapa bulan lalu.
Setelah mengikuti berbagai tahapan seleksi dan dinyatakan lulus dalam sidang akhir penerimaan Polri gelombang II tahun anggaran 2024 pada Jumat (5/7) lalu, Fatia akhirnya selangkah lagi berhasil mewujudkan mimpinya untuk menjadi anggota Polri.
“Setelah dinyatakan lulus mengikuti pendidikan, perasaan bercampur aduk antara gembira, haru, dan bangga karena berhasil melewati tahap-tahap seleksi,” ujar Fatia dalam keterangannya, dikutip Jumat (20/9).
Meskipun masih harus melewati tahapan pendidikan, gadis asal Bangka Belitung ini merasa sangat bersyukur. Mengingat, perjuangan dirinya selama mengikuti tahapan seleksi akhirnya terbayar lunas dan tidak sia-sia.
Apalagi, Ia dapat membuktikan bahwa keterbatasan fisik yang dimiliki seseorang tidak menjadi penghalang untuk mengapai cita-cita.
Fatia sendiri telah menjadi pejuang disabilitas sejak lahir. Menurutnya, nasihat orang tua dan perundungan menjadi hal yang membentuk mentalnya menjadi lebih kuat.
“Waktu SD saya pernah mengalami perundungan karena saya tidak bisa olahraga voli, bully-an verbal. Saya Cuma bisa nangis dan kasih tahu orang tua kalau saya itu kenapa di-bully sama teman. Ayah dan ibu bilang kalau saya itu istimewa, tidak boleh minder dan malu, dan harus membuktikan kalau bisa,” ungkap Fatia
(Nur Fatia Azzahra. Foto: Dok. Polri)
Ingin Meningkatkan Rasa Percaya Diri
Fatia menjelaskan, motivasi terbesarnya mengikuti seleksi Bintara Polri ini adalah untuk meningkatkan rasa percaya diri, serta membuktikan bahwa keterbatasan kondisi fisik bukan menjadi halangan dalam mewujudkan mimpinya.
“Sekarang ini sedang menyiapkan diri jelang keberangkatan pendidikan mulai dari kesiapan fisik, mental maupun lainnya karena tantangan-tantangan baru mungkin akan dihadapi selama pendidikan,” katanya.
Menurut Fatia, ada berbagai tantangan yang dihadapinya untuk mencapai kelulusan menjadi anggota Polri.
Sebagai seorang penyandang disabilitas, kata Fatia, ia harus membuktikan bahwa semua orang mampu dan layak mendapatkan kesempatan yang sama.
Ditambah, dukungan dari orang-orang terdekat sangat membantu dirinya dalam mewujudkan perjalanan perjuangan menjadi bagian dari kepolisian.
“Meski banyak rintangan, saya tidak pernah menyerah dan selalu berusaha memberikan yang terbaik. Dukungan ini sangat berarti, sehingga membuat saya merasa tidak sendirian dan semakin memotivasi diri untuk terus maju. Setiap langkah yang diambil selalu disertai dengan semangat dan keyakinan bahwa Saya mampu mengubah tantangan menjadi peluang,” ungkap Fatia.
(Nur Fatia Azzahra. Foto: Dok. Polri)
Lebih lanjut, Fatia juga menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasihnya kepada kepolisian yang telah memberikan ruang bagi kaum disabilitas untuk seleksi khusus dan berkontribusi dalam berbagai bidang.
Ia berharap, perjuangan dirinya mengikuti pendidikan Polri dapat memberikan suntikan motivasi bagi para pejuang disabilitas lainnya.
“Saya ingin melihat lebih banyak disabilitas yang sukses. Selalu percaya pada diri sendiri, keterbatasan fisik bukanlah akhir dari segalanya, buktikan bahwa disabilitas juga bisa berprestasi,” tutup Fatia.
Sebagai informasi, Polri melalui Biro Pengendalian Personel SSDM Polri merekrut 16 pejuang disabilitas pada penerimaan Bintara Tahun Anggaran 2024 ini. Mereka terdiri atas 3 siswa Bintara perempuan dan 13 laki-laki.
Rekrutmen kelompok disabilitas menjadi anggota organik merupakan kebijakan inklusif Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Ia menilai, pejuang disabilitas juga mampu melakukan pekerjaan kepolisian.