Palupi Mutiasih pendiri FGL. (Foto: ANTARA)

Palupi Mutiasih (28) menginisiasi kelompok Fun Garden of Literacy (FGL) di Pekojan, Jakarta Barat. FGL merupakan pojok baca atau kegiatan taman literasi yang dibuat seramah mungkin untuk anak.

Buku adalah jendela dunia, istilah inilah yang dibawa Palupi saat dirinya mendirikan FGL beberapa tahun lalu.

Palupi menjelaskan, FGL didirikan agar anak-anak giat membaca buku fisik di perpustakaan. Apalagi, belakangan ini banyak dari anak yang mulai apatis terhadap buku akibat pengaruh gawai dan lingkungan sekitarnya.

Mengutip dari Antara, meskipun awalnya banyak warga yang menganggap aneh kegiatan taman baca tersebut, tetapi Palupi pantang menyerah.

Palupi menghabiskan waktu, tenaga, dan uang untuk mencerdaskan anak-anak. Baginya, anak-anak adalah masa depan yang harus dijaga dan dikembangkan.

Adapun kegiatan di FGL, adalah membaca buku, memainkan permainan edukatif, membaca dongeng kreasi, panggung boneka, dan berbagai tematis kreativitas literasi yang sering diadakan di Pekojan dan wilayah lainnya di Jakarta.

(Palupi mendongeng di depan anak-anak)

 

Awal Mula Berdirinya FGL

Kelahiran FGL, berawal dari konsep karya tulis yang dilombakan Palupi ketika dia menjadi mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Negeri Jakarta pada 2016.

Meski konsep ini berhasil menjadi pemenang perlombaan di tingkat fakultas dan universitas, tetapi Palupi merasa tidak puas jika hanya membiarkannya menjadi rencana semata.

Kemudian, Palupi bersama dua sahabatnya menggagas FGL dan menjadikannya sebagai komunitas yang dia mulai di tempat tinggalnya di Pekojan.

Alasan pemilihan lokasi ini cukup sederhana, yakni karena di kawasan padat penduduk itu Palupi melihat belum ada dukungan edukasi yang penting untuk anak-anak.

Menurut pengamatan Palupi, anak-anak yang tinggal di sekitar daerah tersebut masih memiliki minat membaca yang rendah, serta lebih sering menghabiskan waktu dengan perangkat elektronik yang terkadang tidak mendidik.

“Kebanyakan anak-anak masih main gawai dan juga ada pengaruh dari orang-orang, pengaruh positifnya masih sedikit di wilayah Pekojan ini, makanya saya coba di sini,” kata Palupi dilansir dari Antara, Selasa (21/5).

Palupi memulai FGL dari gang-gang sempit yang berada di daerah tersebut. Awalnya, banyak yang menganggap konsep ini aneh karena Palupi dan teman-temannya mendatangi rumah satu-persatu, untuk mengajak anak-anak membaca dan menceritakan dongeng.

Tak hanya itu, hal yang lebih mengherankan bagi orang di sekitar kawasan itu, adalah Palupi dan rekan-rekannya melakukan peningkatan literasi anak tanpa mengharapkan imbalan apa pun.

“Awalnya kita coba untuk mengadakan kegiatan. Pertama, sih, dianggap aneh. Kok ada yang ngajakin anak-anak untuk baca, terus ada dongeng, udah gitu juga akhirnya kan nggak dibayar,” ujar Palupi.

Tidak menyerah, Palupi pun mengajak pemuda sekitar dan berusaha merekrut relawan untuk terus melakukan kegiatan peningkatan literasi tersebut.

Usahanya pun berbuah manis, akhirnya mulai banyak orang tua yang bertanya kepadanya tentang aktivitas yang dilakukan FGL. Ini karena, beberapa anak-anak menceritakan pengalaman mereka ketika pulang dari kegiatan membaca buku, mendongeng, aktivitas permainan edukatif, serta panggung boneka.

Salah satu permainan positif yang dibuat oleh Palupi dan teman-temannya, adalah game tradisional engklek anti korupsi yang merupakan hasil kerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Permainan ini juga sudah diuji coba di beberapa sekolah, seperti SD Laboratorium PGSD UNJ dan SD Menteng Atas 2. Permainan itu bahkan sudah didaftarkan FGL sebagai hak kekayaan intelektual (HKI).

Dimulai dari 3 orang pada 2016, saat ini FGL sudah memiliki puluhan relawan yang akan mengurus berbagai kegiatan yang biasanya diikuti oleh rata-rata 100 anak.

Kegiatan FGL sendiri masih terpusat di Kelurahan Pekojan, diadakan di gang-gang yang hanya bisa dilalui oleh dua motor.

 

Mengadakan Pelatihan

Tidak hanya untuk anak-anak saja, mulai tahun 2019 lalu FGL juga sering mengadakan pelatihan untuk guru-guru PAUD di wilayah Pekojan dan untuk orang tua.

Pelatihan yang diadakan pun beragam. Mulai dari pelatihan bercerita, sampai cara membacakan buku kepada anak. Melalui pelatihan ini, orang tua akhirnya sama-sama menyadari bahwa membacakan buku itu penting bagi anak-anak.

“Saya pernah baca di dalam buku psikologi, ketika kita melakukan kebaikan pada orang lain, sebenarnya kita sedang menabung energi positif untuk diri kita sendiri dan tabungan itu akan pecah sewaktu-waktu saat kita membutuhkan. Saya membuktikan itu sendiri, saat saya terkadang merasa menyerah, saya berpikir setiap energi positif yang saya keluarkan itu saya dapatkan bukan dari orang yang memberikan tapi dari orang lain. Terbukti mungkin dengan FGL ini, saya lebih mudah untuk misalnya mendapatkan beasiswa, melanjutkan ke jenjang S2, dan melakukan hal-hal yang baik. Akhirnya kebaikan itu kembali kepada saya sendiri,” jelas Palupi.

Palupi mengimbau, masa muda sebaiknya dimanfaatkan untuk memberikan kontribusi dan membuat perubahan atau inovasi di masyarakat.

(Anak-anak yang mengikuti kegiatan FGL)

 

Respons Anak-anak

Anak-anak yang mengikuti kegiatan FGL sendiri, awalnya kebingungan karena kebanyakan menganggap kegiatan membaca itu membosankan.

Namun, FGL kemudian memilihkan buku-buku yang sesuai dengan usia anak, yakni usia 5-12 tahun yang banyak menampilkan gambar warna-warni tapi tetap informatif.

Di sisi lain, mengetahui ada kegiatan literasi yang dilakuan di daerahnya, staf di kantor Lurah Pekojan kemudian menghampiri Palupi dan teman-temannya. Mereka pun memberikan informasi, bahwa terdapat pojok membaca yang bisa digunakan di lantai empat kantor tersebut.

“Ini tadinya kita tidak tahu kalau di kantor kelurahan ada pojok membaca, mereka yang datang ke kami bilang kalau ada tempat seperti ini. Sebelumnya warga sekitar bahkan tidak tahu ada yang seperti ini,” ujar Palupi Mutiasih.

Sejak saat itu, beberapa kali acara FGL diadakan di pojok membaca atau halaman parkir kantor Kelurahan Pekojan.

“Setiap kali ada kegiatan sekarang mereka selalu bertanya kapan acara berikutnya. Mereka bahkan bertanya ke rumah (Palupi) untuk memastikan. Sampai seantusias itu responsnya dari anak-anak,” katanya.

 

Harapan Palupi

Sampai saat ini, kegiatan FGL masih berpusat di Pekojan. Namun, Palupi dan teman-temannya sudah menyelenggarakan beberapa kegiatan bersama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta untuk kegiatan literasi, serta memperingati hari anak di beberapa lokasi.

Meski gerakan literasi itu baru dimulai di tingkat akar rumput, dia tidak menampik memiliki rencana untuk menariknya ke ranah nasional. Usahanya sendiri sudah dimulai beberapa saat lalu, tapi keterbatasan kapasitas dan waktu memupuskan rencana itu.

“Itu yang membuat saya berpikir lagi, hakikatnya membangun komunitas itu apakah harus dari besar telebih dahulu, atau bisa dimulai dari yang kecil. Saya sadar itu harus sesuai kapasitas saya dan akhirnya dimulai di Pekojan dan Jakarta. Tapi tidak menutup kemungkinan menginspirasi teman-teman membuat komunitas yang sama untuk wilayah lain di Indonesia,” tutup Palupi.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: