Lebih dari Sekadar Busana, Mengapa Perayaan Hari Kartini Identik dengan Kebaya?

21 April 2025

Ilustrasi penggunaan kebaya di Hari Kartini.

Perayaan Hari Kartini setiap tanggal 21 April, tidak luput dari kostum kebaya yang selalu digunakan perempuan Indonesia. Apa maknanya? Mengapa Hari Kartini lekat dengan kebaya?

Setiap tahunnya, Indonesia merayakan Hari Kartini untuk mengenang dan menghormati perjuangan Raden Ajeng (R.A.) Kartini Djojoadiningrat dalam memperjuangkan hak-hak perempuan.

Peringatan Hari Kartini di berbagai instansi seperti sekolah sampai perkantoran, umumnya selalu identik dengan busana kebaya.

Lebih dari sekadar busana, kebaya adalah representasi anggun dari sejarah panjang dan kekayaan budaya Indonesia.

Berdasarkan buku “Menyusun Lebih Jauh Kebaya Indonesia” yang disusun Pusat Data dan Analisa Tempo, disebutkan bahwa Denys Lombard dalam bukunya, “Nusa Jawa: Silang Budaya (1996)” menyebutkan bahwa kata kebaya berasal dari bahasa Arab “kaba” yang berarti pakaian.

Istilah in juga disebut punya kaitan dengan “abaya”, yakni tunik panjang khas Timur Tengah yang juga memiliki bukaan di bagian depan seperti kebaya.

Catatan Portugis menyebutkan, bahkan kebaya sudah menjadi pakaian resmi kerajaan-kerajaan di Jawa sejak abad ke-15. Blus ini muncul sebagai kompromi atas penggunaan kemben.

Seiring masuknya Islam ke tanah Jawa, kebaya menjadi pakaian penutup sebagian tubuh. Namun, fungsinya lebih mirip cardigan.

Kartini dan Kebaya

Awalnya, kebaya menjadi busana eksklusif di kalangan Kerajaan Jawa. Namun, seiring waktu, terutama pada masa kolonial Belanda, popularitasnya meluas ke berbagai lapisan masyarakat.

Termasuk wanita Eropa yang turut mengadopsinya dengan sentuhan modifikasi. Pada awal abad ke-20, kebaya telah menjadi pakaian sehari-hari bagi banyak perempuan, khususnya di Jawa.

Kini, kebaya tidak hanya dikenakan dalam acara-acara formal, tetapi juga menjadi busana pilihan dalam berbagai kesempatan, salah satunya dalam perayaan Hari Kartini.

Dikenal atas pandangannya yang maju tentang pendidikan dan emansipasi wanita, Kartini kerap diabadikan dalam foto-fotonya yang selalu berpose sambil mengenakan kebaya.

Penampilannya ini diinterpretasikan sebagai representasi perempuan yang berpengetahuan, elegan, dan berakar pada nilai-nilai budaya.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kebaya kemudian diangkat menjadi lambang peringatan Hari Kartini.

Bukan hanya busana, kebaya pada momen ini menjadi perlambang dari perjuangan, kehalusan budi, serta daya tahan perempuan Indonesia. Penggunaan kebaya di Hari Kartini, dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan perjuangan Kartini.

 

Jenis Kebaya

Masih dari sumber yang sama, ada beberapa jenis kebaya yang dikenal di Indonesia. Menariknya, ada pula kebaya kartini yang merupakan model kebaya yang kerap dipakai oleh R.A. Kartini. Ciri khas kebaya kartini berupa kerah model V serta memiliki lengan yang lebih longgar.

  1. Kutu Baru: Kebaya yang sisi kana dan kiri bukaan blus tidak bertemu. Untuk menutup dada pemakainya, ada sambungan yang sering disebut bef, atau kutu baru. Kutu baru digunakan bersama stagen yang menutupi perut. Bahan yang digunakan untuk kebaya ini beragam, dari katun paris dengan motif kembang, satin, sifon, sampai sutra polos. Selendang, jarik batik, dengan motif tertentu, dan sanggul menjadi pelengkap kutu baru yang dianggap sebagai bentuk paling klasik dari kebaya.
  2. Kebaya Kartini: Kebaya kartini merujuk pada kebaya dengan leher V. berbeda dengan kutu baru, kedua bukaan blus bersatu dan dilekatkan oleh bros. Sebutan ini dipakai karena R.A. Kartini selalu memakai kebaya ini saat dipotret.
  3. Kebaya Bali: Punya bentuk yang mirip dengan kutu baru, tapi menggunakan bahan brokat. Kebaya bali biasanya punya warna-warna yang cerah. Pelengkap lainnya, adalah selendang yang dililitkan di bagian pinggang, dengan gelung rambut menyamping di bagian kiri.
  4. Kebaya Sunda: Kebaya jenis ini memiliki bentuk leher yang cenderung lebih terbuka, dengan belahan leher yang lebih rendah. Bahan yang lazin digunakan adalah brokat berwarna cerah.
  5. Kebaya Noni: Merujuk ke kebaya putih dengan bahan brokat dengan sematan bros di bagian dada. Mirip kebaya kartini, kebaya ini punya bentuk leher V. Bagian bawah blus kebaya ini biasanya bertemu membentuk ujung runcing dan diberi bordir. Kebaya jenis ini dulunya dikenakan oleh wanita-wanita Belanda yang tinggal di Indonesia pada abad ke-19.
  6. Kebaya Nona atau Nyonya: Merujuk ke kebaya yang kerap dipakai oleh keturunan Tionghoa. Oleh karena itu, kerap disebut kebaya encim. Biasanya terbuat dari katun dengan bordir bunga-bunga kecil. Biasanya dipasangkan dengan batik pesisiran berwarna cerah.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: