Malaikat Tak Bersayap, Pria Ini Hentikan 469 Percobaan Bunuh Diri Selama Lebih dari 21 Tahun
Chen Si (56) dijuluki “Malaikat Nanjing” setelah mencegah 469 orang melompat dari Jembatan Sungai Yangtze di Nanjing, Jiangsu, Tiongkok.
Chen Si merupakan seorang sukarelawan yang kerap berpatroli di Jembatan Sungai Yangtze selama 21 tahun terakhir.
Bukan tanpa alasan, Chen Si melakukan patroli untuk melakukan pencegahan bunuh diri terhadap orang-orang yang putus asa.
Selama berpatroli, Chen akan mengajak orang-orang yang berkeliaran atau berdiri lama di jembatan untuk mengobrol dan mencegah mereka melompat.
Jika penyintas telah telanjur melompat ke sungai, Chen Si akan membantu menyelamatkan mereka dan menarik mereka ke tepi sungai.
Tidak hanya mengajak bicara, Chen juga meraih tangan atau memeluk orang-orang yang berusaha bunuh diri agar mereka tidak melompat dari jembatan.
Menyitat dari South China Morning Post (SCMP), Chen Si selalu mengenakan seragam relawan berwarna merah bertuliskan “Hargai Hidup Setiap Hari” dalam bahasa Mandarin.
Setiap harinya, ia bisa berpatroli sampai 10 kali di jembatan dan telah melakukannya selama lebih dari 2 dekade.
Untuk menuju jembatan, Chen mengendarai skuter elektrik sejauh 20 km dari rumahnya. Tak peduli sedang hujan ataupun panas, Chen tetap datang ke sana untuk menyelamatkan orang.
(Jaket merah yang dipakai Chen Si. Foto: QQ.com)
Pernah Berniat Bunuh Diri
Chen lahir dari keluarga miskin di Suqian, Provinsi Jiangsu. Dia putus sekolah dan pergi ke Nanjing untuk bekerja saat masih remaja.
Untuk waktu yang lama, Chen hidup di garis kemiskinan. Pada saat-saat terburuk, Chen bahkan tidur di bawah jembatan layang.
Akhirnya, pada tahun 1990-an, Chen membuka kios buah dan keadaannya mulai membaik.
Chen mengaku, keinginannya untuk menyelamatkan orang yang hendak bunuh diri, berasal dari pengalamannya sendiri yang pernah mencoba bunuh diri.
“Saya pernah jadi salah satu dari mereka,” ujar Chen dalam keterangannya, disitat Senin (9/9).
Chen menceritakan, kebanyakan orang yang berusaha bunuh diri, adalah pendatang yang putus asa dengan kehidupan di kota.
Mereka malu untuk kembali ke kampung halaman, sehingga memilih untuk bunuh diri. Chen pun pernah mengalami masa sulit saat menjadi penjual sayur.
“Ketika hidup saya menjadi lebih baik, saya ingin membantu orang lain menemukan harapan,” ucap Chen.
(Chen Si menyelamatkan orang yang hendak melompat)
Belajar Membaca Bahasa Tubuh
Pada tahun 2000, Chen melihat seorang gadis yang tampak putus asa berkeliaran di Jembatan Sungai Yangtze.
Khawatir gadis itu dalam masalah, Chen mendekatinya dan mulai mengobrol untuk mencoba membangkitkan semangatnya.
Chen kemudian membelikannya air, makanan, dan tiket pulang karena gadis tersebut mengaku tidak punya uang.
Chen mengatakan, ini adalah pertama kalinya ia berpikir bahwa seseorang akan melakukan bunuh diri dengan melompat dari jembatan.
“Saya menyadari bahwa orang-orang ini bisa diselamatkan,” ungkap Chen.
Setelah kejadian tersebut, Chen bertekad untuk menjadi relawan pencegah bunuh diri. Kemudian dia membaca di surat kabar bahwa Jembatan Sungai Yangtze, adalah tempat yang umum digunakan untuk percobaan bunuh diri setempat.
Menurut laporan New Weekly, sejak September 2003 Chen telah menyelamatkan ratusan orang lagi yang berniat mengakhiri hidupnya.
Chen pun membuat buku harian daring yang mendokumentasikan pertemuannya dengan orang-orang yang putus asa di jembatan.
Alasan mereka melakukan percobaan bunuh diri bermacam-macam. Ada yang putus cinta, ada yang menghabiskan tabungannya, ada juga orang-orang yang bisnisnya gagal.
Chen mengatakan, bahwa dia telah belajar untuk memastikan apakah seseorang merasa sedih lewat bahasa tubuhnya.
“Orang dengan pergulatan batin yang ekstrem tidak memiliki gerakan tubuh yang rileks, tubuh mereka terlihat berat,” ungkap Chen.
Ia melanjutkan, “Saya ingin mengatakan kepada orang-orang ini bahwa selama Anda masih memiliki napas, Anda masih memiliki harapan untuk memulai hidup Anda kembali.”
(Jembatan Sungai Yangtze di Nanjing, Jiangsu, Tiongkok)
Menjadi Harapan bagi Penyintas
Suatu ketika, Chen pernah menyelamatkan seorang wanita yang berniat untuk melompat ke sungai karena suaminya berselingkuh.
Sambil menenangkannya, Chen mengatakan kepada wanita itu, “Jika langit runtuh, saya akan menjadi kakakmu dan menahannya untukmu.”
Di lain waktu, Chen juga mencegah seorang gadis yang telah diterima di universitas, tetapi tidak mampu membayar uang kuliah.
Chen kemudian mengumpulkan lebih dari CNY 10.000 (sekitar Rp22 juta asumsi kurs Rp2.173) dari teman-temannya, untuk membantu gadis tersebut.
“Selama bertahun-tahun, saya menyadari bahwa hanya menarik seseorang kembali dari tepi jurang di jembatan tidak sepenuhnya mengangkat mereka dari kesulitan,” katanya.
Bukan hanya dukungan moral, Chen bahkan telah menggunakan tabungannya untuk menyewa kamar bagi orang-orang yang dia bujuk untuk tidak melompat, serta menanggung semua biaya lainnya secara pribadi.
Dengan gaji bulanan sebesar 3.000 yuan (sekitar Rp6,5 juta), Chen telah menghabiskan lebih dari 130.000 yuan (Rp282 juta) untuk menyewa penginapan bagi orang-orang yang dia selamatkan.
Chen Si menyewa sebuah rumah dengan dua kamar. Setiap orang yang selamat, diundang untuk tinggal setelah mereka mencoba bunuh diri.
Tidak hanya itu, para penyintas juga menerima konseling psikologis gratis dari Chen dan para sukarelawan dari universitasnya.
Meskipun donasi membantu Chen melanjutkan pekerjaannya, tetapi Chen mengatakan bahwa istrinya sering mengeluh karena dia menghabiskan begitu banyak waktu dan uang untuk orang lain.
Dia juga merasa sedih karena tidak bisa menabung cukup banyak uang untuk mendaftarkan putri mereka di kelas lanjutan di sekolah.
Meski demikian, Chen mengaku dia tidak bisa berpaling dari orang-orang yang sedang berjuang di jembatan.
Kisahnya yang mengharukan ini, juga telah dijadikan film dokumenter berjudul Angel of Nanjing.