Mbah Sariban 40 Tahun Bersihkan Kota Bandung Tanpa Upah: Saya Gak Cari Penghargaan
Mbah Sariban (81) menghabiskan masa pensiunnya dengan membersihkan jalanan di Kota Bandung selama 40 tahun terakhir. Apa alasannya?
Mbah Sariban merupakan sosok pejuang lingkungan yang telah dikenal di Kota Bandung karena dedikasinya dalam membersihkan sampah dan menjaga kebersihan jalanan.
Menyitat dari situs web Bandung.go.id, Mbah Sariban yang berasal dari Magetan, Jawa Timur, telah lama menjadi bagian dari komunitas Bandung dengan kontribusi luar biasanya dalam memelihara lingkungan.
Sejak 40 tahun lalu, Mbah Sariban rutin menyusuri rute Ciputra, Gedung Sate, Gasibu, sampai Dago mulai pagi hingga sore untuk membersikan sampah di jalanan.
“Awalnya Kota Bandung tahun 1983 itu kotor. Tidak terbentuknya saluran air, (membuat sampah) meluap ke jalan-jalan. Kalau ada sampah-sampah ini kurang peduli masyarakatnya, ya saya turun langsung, saya itu terpanggil,” ujar Mbah Sariban dari tayangan YouTube Al-Jazeera, disitat Kamis (6/6).
(Mbah Sariban)
Suka Kebersihan Sejak Kecil
Sebagai seorang petani di Magetan, Mbah Sariban telah mengembangkan kecintaannya terhadap alam dan kebersihan sejak usia dini.
Ketika merantau ke Bandung pada tahun 1963 setelah menyelesaikan pendidikan di Jawa Timur, beliau memilih untuk bekerja sebagai petugas kebersihan di RS Mata Cicendo.
Meskipun telah pensiun sebagai PNS, semangat Mbah Sariban untuk menjaga kebersihan dan merawat lingkungan tetap berkobar.
Setiap hari, beliau menyusuri wilayah-wilayah tertentu di Kota Bandung seperti Cikutra dan Gedung Sate untuk membersihkan sampah dengan tekun dan penuh semangat.
(Mbah Sariban dan sepedanya)
Bermodal Sepeda Tua
Meski usianya tidak lagi muda, Mbah Sariban tak kenal lelah untuk mengubah kebiasaan masyarakat sekitar agar lebih peduli dengan lingkungan.
Bermodalkan seragam kuning, topi caping bertuliskan “Dilarang Buang Sampah Sembarangan”, sepeda ontel tua sebagai alat transportasi, serta alat-alat kebersihan, Mbah Sariban menjalani rutinitasnya membersihkan sampah mulai pukul 07.30 WIB.
Beliau lebih memilih untuk menuntun sepedanya agar bisa sekaligus berolahraga dan menjaga kesehatan tubuhnya.
“Sepeda ini peninggalan dari penjajah Belanda yang dibawa ke Indonesia. Jadi itu Merci-nya (kendaraan mewah saat) zaman Belanda,” kata Mbah Saruban.
(Mbah Sariban membersihkan jalan)
Jadi Inspirasi Masyarakat
Mbah Sariban bukan hanya sekadar menjalankan tugasnya sendiri, tetapi juga mampu membawa inspirasi dan dukungan dari warga sekitar.
Dalam perjalanannya membersihkan sampah, beliau kerap berinteraksi dengan pedagang, tukang sampah, dan warga lain yang ditemui di jalan.
Terkadang, mereka pun turut membantu Mbah Sariban dalam mengumpulkan sampah dan menjaga kebersihan lingkungan.
Selain membersihkan sampah di tepi jalan, Mbah Sariban juga peduli terhadap saluran air yang sering terdapat sampah.
Sampah yang beliau kumpulkan, kemudian dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di sebelah Makam Pahlawan Cikutra.
Aksi Mbah Sariban yang memberikan dampak positif dalam menjaga kebersihan dan kesadaran lingkungan di Kota Bandung, juga diapresiasi banyak pihak.
Buktinya, Mbah Sariban telah mengantongi berbagai penghargaan dari institusi pemerintahan dan swasta yang mengapresiasi tindakannya dalam menjaga lingkungan.
“Kalau masyarakat diberi peghargaan dari pemerintah, dari pejabat yang lain pasti bangga sebetulnya. (Namun) saya prihatinnya begini. Meskipun saya dapat penghargaan yang segitu banyak, saya belum puas karena masyarakat masih ada yang belum peduli lingkungan, masih ada yang buang sampah sembarangan. Jadi saya kerja bukan mencari penghargaan, tapi mencari perubahan,” jelas Mbah Sariban.
Melalui kesederhanaan dan ketulusan dalam menjalankan tugasnya, Mbah Sariban telah menjadi teladan bagi banyak orang untuk berkontribusi dalam menjaga kebersihan lingkungan.
“Ingat-ingat hari ini sampai nanti, tahan tidak membuang sampah sembarangan. Kebersihan sebagian dari iman,” tutup Mbah Sariban.