Menciptakan Kesetaraan Bagi Anak Disabilitas di Hari Disabilitas Internasional

13 Desember 2024

Dokter Metta Agustina, Ketua PINTI. (Foto: DAAI Medan)

Dokter Metta Agustina, Ketua Perempuan Perhimpunan Indonesia Tionghoa (PINTI), secara konsisten memperjuangkan kesetaraan dan hak-hak anak disabilitas melalui berbagai aksi sosial dan medis.

Terus mendedikasikan diri untuk anak disabilitas agar terciptanya kesetaraan. Hal inilah yang terus dipegang teguh oleh Dokter Metta Agustina, Ketua PINTI.

Ia telah mendedikasikan dirinya untuk memperjuangkan hak-hak anak-anak disabilitas, bersama sejumlah ibu lainnya.

Bagi Metta, anak-anak dengan disabilitas berhak mendapatkan kesempatan yang sama dalam hidup dan dukungan penuh dari keluarga, masyarakat, serta pemerintah.

Sejak bergabung dengan PINTI pada 2017, ia aktif dalam berbagai aksi sosial dan penanganan medis untuk anak-anak disabilitas.

Metta percaya bahwa selain perawatan medis, penting juga untuk memberdayakan keluarga dan masyarakat agar mereka dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung bagi anak-anak ini.

Melalui semangat dan kasih sayang, Metta berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap anak disabilitas memiliki hak yang sama untuk meraih masa depan yang lebih baik.

 

Tanggung jawab Sebagai Dokter

Kepedulian Dokter Metta Agustina terhadap anak-anak penyandang disabilitas dan berkebutuhan khusus, sejalan dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yang juga diatur dalam PP Nomor 78 Tahun 2021.

UU ini mengamanatkan perlindungan khusus untuk anak berkebutuhan khusus (ABK), memastikan mereka mendapat hak untuk hidup, berinteraksi, dan mengenyam pendidikan tanpa diskriminasi atau kekerasan.

Sebagai seorang dokter, Metta merasa berkewajiban untuk memastikan hak-hak ini terpenuhi, serta melindungi anak-anak disabilitas agar dapat berkembang dalam lingkungan yang aman dan mendukung.

Bagi Metta, setiap anak, terlepas dari kondisinya, berhak mendapat kesempatan yang setara untuk meraih masa depan yang lebih baik.

Ia juga menjelaskan, bahwa hak-hak anak disabilitas harus diberikan secara setara, tanpa ada perbedaan antara anak normal dan anak disabilitas. Menurutnya, upaya untuk memastikan kesetaraan ini, adalah hal yang sangat penting untuk disuarakan.

“Karena saya merasa hak-hak anak disabilitas itu harus diberikan. Antara anak normal dan anak disabilitas itu harus setara. Itu yang coba kita suarakan,” ujar Metta kepada DAAI TV.

Metta juga menjelaskan pentingnya pemahaman bersama mengenai meningkatnya jumlah anak disabilitas, serta peran Indonesia dalam mencapai kemajuan pada 2045.

“Sebenarnya kita ingin tahu, kenapa begitu banyak anak disabilitas. Kita tentunya tahu bahwa pada 2045 Indonesia akan menjadi negara emas. Di sini kita semua mendukung untuk mengurangi angka anak disabilitas. Setelah ini yang ingin kita lanjutkan adalah permasalahannya di mana, entah di sosial, kesehatan, atau lingkungan. Ini adalah tanggung jawab kita semua untuk menyelesaikannya bersama-sama,” tambahnya.

(Dokter dari PINTI sedang melakukan perawatan)

 

Merayakan Hari Disabilitas Internasional

Seperti yang berlangsung pada 1 Desember 2024, di Maha Vihara Vidya Maitreya, Pematang Siantar. Sebuah acara penuh makna digelar untuk merayakan Hari Disabilitas Internasional.

PINTI bersama Yayasan Roda Kebajikan Peduli mengundang 500 anak-anak penyandang disabilitas dan berkebutuhan khusus, serta pendamping mereka, untuk merasakan kebersamaan dan dukungan yang jarang mereka terima.

Selain memberikan layanan kesehatan gratis, acara ini juga mendistribusikan bantuan sosial berupa sembako dan perlengkapan kebutuhan dasar yang tentu saja sangat berarti bagi keluarga-keluarga yang berpartisipasi.

Namun, lebih dari itu, acara ini menjadi wujud nyata kepedulian terhadap anak-anak disabilitas, dengan tujuan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung tumbuh kembang mereka.

Hal ini jugalah yang disebutkan oleh Eva Susanty, salah seorang penerima bantuan dan Ibu dari anak down syndrome. Sosok yang juga merupakan guru di SMKN 1 Pematang Siantar ini, mengaku sangat bersyukur atas kepedulian orang-orang baik ini.

“Semua yang diciptakan tidak ada yang kebetulan, tidak ada yang sia-sia. Kami terpilih menjadi orang yang hebat, diberikan anak dengan down syndrome dan anak berkebutuhan khusus. Seharusnya kita bahagia. Jadi, untuk ibu-ibu dengan anak down syndrome ini. Kita tidak sendirian, ada banyak orang baik yang mendukung dan men-support selalu, seperti hari ini,” tutup Eva.

Satu langkah kecil yang dilakukan orang-orang baik seperti Dokter Metta, akan berdampak besar bagi mereka yang membutuhkan.

Dengan demikian, pembagian bantuan sosial yang dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan dukungan yang signifikan bagi peserta, terutama dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka.

 

Penulis:
Hidayat Sikumbang

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: