Mengenal Nawal Abdina, Guru Viral yang Jadi Instruktur Tari untuk Siswa SLB
Nawal Abdina (28) pengajar penari tunarungu di Sekolah Luar Biasa (SLB) Karya Mulia Surabaya, mengajar tari tradisional untuk siswa tuli agar lebih mandiri.
Belum lama ini, sosok Nawal Abdina atau yang akrab disapa Dina menjadi sorotan warganet karena memandu siswa tunarungu untuk pentas di atas panggung.
Berdasarkan video yang beredar di media sosial, momen hangat itu terjadi saat Dina dan murid tari dalam kelompok Kembang Renjana menjadi salah satu bintang tamu di perayaan ulang tahun Kota Mojokerto ke-106.
Di acara tersebut, kelompok tari Kembang Renjana menampilkan tari Ratoh Jaroe dari Aceh. Terlihat Dina sangat antusias memandu siswinya menari dari bagian depan panggung, sedangkan sang murid menari dengan percaya diri di atas panggung, sambil mengikuti gerakan sang guru.
Para penonton yang hadir di acara tersebut sempat kebingungan dengan apa yang dilakukan Dina saat itu. Barulah setelah acara selesai, diketahui bahwa Dina sedang memandu muridnya yang tuli agar bisa menari sesuai dengan lagu pengiring.
Tidak butuh waktu lama, video tersebut pun mendapat banyak dukungan dari warganet. Dina mengaku terharu, dengan banyaknya dukungan dan doa yang mengalir untuk dirinya dan murid-muridnya.
(Tim tari Kembang Renjana)
Mengajar Tari untuk Anak-anak Tuli
Saat kuliah, Dina menempuh pendidikan di salah satu universitas di Surabaya dengan jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Meski demikian, kecintaannya dalam dunia tari sudah diturunkan dari kedua orang tuanya. Dina mengaku, latar belakang seluruh keluarganya memang berkecimpung di dunia tari, sehingga sejak kecil ia sudah terbiasa menari tradisional.
Selama berkuliah, dina juga sempat menjadi ketua komunitas tari di kampusnya pada masa jabatan 2017-2018.
“Saat masih kecil sebenarnya aku nggak suka menari, tapi mamaku memaksa (belajar menari), dan ternyata rezekiku datang dari menari,” ujar Dina kepada DAAI TV, Jumat (28/6).
Saat memasuki semester akhir perkuliahan, Dina melakukan penelitian untuk tugas akhirnya di SLB Karya Mulia. Kemudian, pihak sekolah yang melihat potensi dalam dirinya pun merekrut Dina untuk menjadi pengajar tari di sekolah tersebut.
Saat pertama kali diminta untuk mengajar tari bagi murid-murid tuli, Dina mengaku sedikit kebingungan.
Selain belum bisa menggunakan bahasa isyarat, Dina juga tidak tahu bagaimana cara mengajarkan tari kepada muridnya. Pasalnya, murid-muridnya tidak bisa mendengar lagu yang digunakan sebagai pengiring tarian.
“Ternyata kuncinya adalah getaran. Jadi misalnya sound system itu, kan, kalau memutar lagu ada ritmenya, ya? Misalnya saya menginstruksikan gerakan pertama, yakni jalan di tempat sebanyak 1×8. Terus mereka pegang sound system-nya sambil merasakan getaran, sambil berhitung delapan kali dari getaran tersebut,” kata Dina.
Menurut Dina, kunci utama untuk menari, adalah dengan hitungan dan hafalan. Setelah sang murid menghafal seluruh gerakan tari, Dina akan mendampingi mereka selama pentas dari depan panggung.
“Pendukung mereka (selama pentas) adalah kode dari pendamping karena kalau nggak dipadu, (muridnya) nggak bisa (menari). Meskipun mereka hafal, tapi mereka, kan, nggak mengerti ritme cepatnya bagian mana, lambatnya bagian mana,” jelas Dina.
(Tim tari Kembang Renjana)
Kelompok Tari Kembang Renjana
Dina menjelaskan, jumlah anggota tim tari inti Kembang Renjana berjumlah 12 orang. Barulah pada saat melakukan kaderisasi, Dina akan menilai kemampuan murid baru untuk mengikuti ritme anggota inti Kembang Renjana.
Meskipun memiliki kekurangan, tetapi Dina mengaku murid-muridnya sangat antusias dalam mempelajari berbagai jenis tarian baru. Menariknya, dalam satu hari sang murid bahkan sudah bisa menghafalkan satu jenis tarian baru.
Selain itu, kata Dina, murid-muridnya lebih suka menghafalkan gerakan tari daripada beristirahat di waktu senggang.
“Terus mereka eksplor sendiri dan mau mengakui kesalahan. Jadi misalnya ada satu anak yang salah gerakan, dia akan meminta maaf kepada temannya dan memberi isyarat untuk mengulangi gerakan tari dari awal. Nah, toleransi teman-temannya ini yang bikin saya salut. Apalagi mereka nggak pakai musik kalau latihan,” ungkap Dina.
Bukan hanya berbakat dalam menari, Dina mengaku bahwa murid-muridnya sangat mandiri dan andal dalam mengatur emosi.
Sebagai contoh, saat akan melakukan pentas, mereka akan menyiapkan pakaian dan selendangnya sendiri. Kemudian, saat sedang menghadapi masalah pun mereka akan mengutarakannya kepada satu sama lain, agar proses latihan tari bersama sang guru tidak terganggu.
“Saat evaluasi, misalnya ada kesalahan gerakan, mereka jujur dan mau mengakui kesalahan, teman-temannya juga menoleransi itu. Kalau saya ada salah gerakan saat mengajar, mereka juga akan mengoreksi,” lanjut Dina.
(Tim tari Kembang Renjana)
Prestasi Tim Tari Kembang Renjana
Selain tampil sebagai bintang tamu di perayaan ulang tahun Kota Mojokerto ke-106, penari Kembang Renjana juga sempat tampil di acara Gala Dinner KTT ke-43 ASEAN 2023.
Salah satu siswanya juga pernah mengikuti Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N). Meskipun kalah, tetapi ia berusaha menebusnya dan berhasil memenangkan lomba lain di tahun berikutnya.
Dina mengaku, dirinya sangat bangga dengan murid-muridnya yang punya semangat dan tanggung jawab yang luar biasa, bahkan mereka mampu melebiki ekspektasi Dina.
“Jadi saya nggak merasa terbebani sama sekali. Apalagi mereka berprestasi banget, buat saya tuh bangga banget,” katanya.
Dina berpesan agar murid-muridnya bisa lebih yakin dengan kemampuan diri sendiri, serta percaya diri.
Selain itu, Dina mengimbau kepada masyarakat yang bertemu dengan teman-teman tuli, untuk menghilangkan stigma negatif terhadap mereka.
“Buat teman-teman yang mungkin ketemu sama teman-teman disabilitas, hilangkan stigma negatif dan rasa mengasihani terhadap mereka karena itu bisa buat mereka minder. Ajak saja bicara karena yang mereka butuh cuman komunikasi aja. Mereka berhak mendapatkan hak yang sama kayak kita, tidak ada bedanya,” ungkap Dina.
Dina juga mengingatkan untuk senantiasa melestarikan budaya lokal, khususnya tari tradisional agar tidak tergerus budaya asing.
“Yakin sama diri sendiri, kemampuan kita sendiri, jangan pernah minder. Percaya diri saja di mana pun kalian berada dan perbanyak teman, perbanyak relasi. Pokoknya jadi diri kita sendiri itu enak, kok, yang penting hidup kamu harus bermanfaat bagi orang lain. Harus bisa bantu orang, harus bisa bikin orang itu bisa nyaman dengan kita,” tutup Dina.