Panutan! Pemkot Surabaya Berhasil Ubah 1.000 Ton Sampah Jadi Energi Listrik

17 Januari 2025

Ilustrasi pengolahan sampah di Surabaya. (Foto: Humas Pemkot Surabaya)

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berhasil mengolah 1.000 ton sampah per hari jadi energi listrik lewat tempat pemrosesan akhir (TPA) Benowo di Kelurahan Sumberrejo, Kecamatan Pakal, Kota Surabaya, Jawa Timur.

Bukan sekadar tempat pembuangan sampah, kini TPA Benowo juga berfungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) pertama dan terbesar di Indonesia.

TPA Benowo yang telah dibuka sejak tahun 2001 ini, berdiri di lahan seluas 37,4 hektare. TPA ini utamanya difungsikan untuk mengolah sampah dari Kota Surabaya dan sekitarnya.

Sampah yang masuk ke TPA Benowo dikelola melalui beberapa tahap pengolahan. Mulai dari pemilahan, pemadatan, pengomposan, hingga pengolahan gas yang dihasilkan dari proses pengomposan.

Berkat kerja sama dengan Jepang di tahun 2013, TPA Benowo kini memiliki teknologi modern untuk mengubah sampah menjadi listrik, mengikuti jejak Kota Kitakyushu yang terkenal dengan pengelolaan sampahnya yang baik. TPA Benowo Surabaya juga sudah memiliki fasilitas dalam pengelolaan limbah cair dan gas dari sampah.

Bisa dibilang, Kota Surabaya sudah berhasil menerapkan ekonomi sirkular, yaitu konsep yang bertujuan untuk mengatasi masalah sampah dengan cara mengembalikan sampah yang dihasilkan dari konsumsi ke dalam proses produksi.

(TPA Benowo Surabaya. Foto: Bangga Surabaya)

 

Mengolah 1.000 Ton Sampah per Hari

PLTSa TPA Benowo sendiri, telah dikembangkan sejak tahun 2012 oleh Pemkot Surabaya sebelum akhirnya diresmikan pada 2021 sebagai tempat pengolah sampah menjadi energi listrik.

Sampah yang diolah di TPA Benowo terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan pertumbuhan populasi di Kota Surabaya dan sekitarnya.

Sampai saat ini, jumlah sampah yang ditampung TPA Benowo setiap harinya bisa mencapai 1.500 ton. Perkiraan tersebut belum termasuk momen khusus seperti perayaan hari raya dan hari spesial lainnya.

Di TPA Benowo, Pemkot Surabaya menerapkan dua teknologi utama dalam pengelolaan sampah. Sampah organik diolah dengan teknologi fermentasi gas atau pembangkit listrik tenaga gas landfill.

Sementara itu sampah nonorganik diolah menggunakan teknologi termokimia atau pembangkit listrik gasifikasi. Penerapan teknologi ini diklaim cukup efektif mengatasi persoalan sampah di Surabaya.

Pemkot Surabaya telah bekerja sama dengan PT Sumber Organik (SO) untuk mengolah sampah. Melalui teknologi Gasification Power Plant, PLTSa Benowo mampu mengolah 1.000 ton sampah per hari, hingga menghasilkan listrik dengan kapasitas sekitar 12 mw (megawatt). Jika masih ada sisa, maka sampah sampah yang tersisa akan diolah melalui metode lain.

Adapun hasil listrik 12 mw dibagi menjadi 9 mw untuk dijual kepada pihak PLN, 2 mw untuk kebutuhan operasional, serta 1 mw untuk redundant.

Melalui kapasitas 9 mw, PLN dapat mengaliri listrik ke sekitar 5.885 rumah tangga dengan daya 1.300 VA di wilayah Surabaya dan sekitarnya.

(TPA Benowo Surabaya)

 

Proses Pengolahan Sampah

Proses pengolahan sampah menjadi listrik diawali dengan proses penimbangan. Setelah ditimbang, sampah dilanjutkan ke proses pemilahan atau waste pit.

Selanjutnya, sampah diayak menggunakan seperti mesin capit dan dimasukkan ke dalam boiler. Di dalam boiler ini, terdapat proses pembakaran yang mengubah air menjadi uap.

Lalu tahap terakhir, adalah steam turbine generator yang mengubah uap menjadi listrik. Lewat metode Gasification Power Plant, proses pengolahan sampah menjadi listrik menjadi lebih cepat dibanding Landfill Gas Power Plant.

Dengan demikian, jumlah listrik yang dihasilkan mencapai 6 kali lebih banyak dan sampah hampir 2 kali lipat lebih banyak.

Tak hanya memanfaatkan sampah menjadi listrik, cairan sampah atau air lindi juga dimanfaatkan TPA Benowo untuk dikelola menjadi air bersih.

Sementara itu, limbah yang dihasilkan dari proses pembakaran, yaitu bottom ash dan fly ash akan ditampung di tempat yang telah disediakan, serta dalam proses penelitian untuk dimanfaatkan kembali.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyampaikan, sistem pengelolaan sampah menjadi energi listrik di TPA Benowo sudah diakui oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), serta teknologinya sama dengan Singapura.

Sejauh ini, Eri menjelaskan bahwa penerapan pengelolaan sampah menjadi energi listrik di TPA Benowo cukup efektif untuk mengatasi permasalahan sampah di Kota Surabaya. Pasalnya, sistem yang diterapkan tidak menimbulkan sampah kembali, tetapi justru menghasilkan energi listrik.

“Dulu sampah di Surabaya 1.300 ton per hari, waktu saya menjabat wali kota pertama kali meningkat 1.400 ton per hari lalu sekarang menjadi 1.600 ton per hari. Hal ini karena, penduduk Kota Surabaya juga bertambah dari 2,8 juta menjadi 3,2 juta. Pengelolaan sampah ini efektif karena menghasilkan listrik dan zero waste,” ujar Eri dikutip dalam keterangannya, Jumat (17/1).

Eri menambahkan, selama ini Pemkot Surabaya terus berupaya menerapkan Reuse, Reduce, Recycle, dan Replace (4R) dalam pengelolaan sampah.

Hal ini dimulai dari setiap RW yang sudah memiliki bank sampah sebagai salah satu upaya memilah dan mengolah sampah secara terpadu.

“Sekarang di setiap RW sudah ada bank sampahnya untuk memilah dan mengolah. Saya berharap sampah penduduk bisa berkurang, target kami dari 1.600 ton menjadi 1.400 per hari,” tutup Eri.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: