Patahkan Stigma Masyarakat, Bidan Rofina Tarigan Sukarela Rawat Anak dengan HIV/AIDS
Ropina Tarigan (Vina Tarigan) (60) merupakan seorang bidan istimewa yang merawat dan membimbing ratusan anak dengan HIV/AIDS (ODHA) akibat bawaan, atau tertular orang tua mereka. Apa motivasi Ropina?
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit.
Sementara itu, Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kondisi saat HIV sudah memasuki tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.
Meski demikian, tidak semua pengidap HIV/AIDS adalah orang dewasa. Tidak sedikit anak-anak yang baru lahir didiagnosis mengidap HIV/AIDS akibat tertular oleh orang tua mereka.
Stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap pasien HIV/AIDS, kerap kali membuat para pejuang merasa terkucilkan. Akibatnya, mereka cenderung menghindar dan mengurangi interaksi dengan sekitarnya.
Untuk menghapus stigma negatif tersebut, Ropina memberikan secercah harapan bagi anak-anak pejuang HIV/AIDS dengan mendirikan Yayasan Vina Smart Era (VSE).
(Ropina merawat ADHA)
Ingin Membantu Anak ODHA
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sejak tahun 2010 hingga 2022, tercatat ada 12.553 anak di bawah 14 tahun yang terinfeksi HIV. Selain itu, pada tahun 2022, diperkirakan ada 1.929 remaja berusia 15–24 tahun yang terinfeksi HIV.
Tingginya kasus infeksi HIV, tidak sejalan dengan perawatan yang diterima oleh para pengidapnya. Tidak sedikit dari mereka yang tidak sadar, bahkan malu untuk mengobati penyakit yang mereka idap.
Kepedulian Ropina berawal saat dirinya bergabung dengan Terapi Rumatan Metadon (PTRM) di daerah Tambora, Jakarta Barat. Rumatan metadon, pada dasarnya mengubah perilaku penggunaan dari jarum suntik menjadi diminum dengan dosis yang diturunkan secara bertahap.
Tujuan didirikannya terapi ini, adalah untuk mengurangi ketergantungan pada opioid atau narkoba jenis opium untuk menormalkan kembali gaya hidup pecandu, serta menahan laju penyebaran HIV/AIDS.
Selama mendampingi orang dewasa yang mengidap HIV/AIDS, Ropina pun banyak belajar mengenai anak-anak yang terinfeksi virus ini dari orang tuanya.
Mulai dari keresahan yang dialami mereka setiap harinya, hingga harus menghadapi diskriminasi oleh masyarakat sekitar, tak terkecuali para tenaga kesehatan (nakes).
Melihat hal ini, salah seorang rekan Ropina pun mengajak dirinya untuk terjun langsung merawat anak-anak pengidap HIV/AIDS yang tertular dari orang tuanya.
Apalagi, mayoritas anak-anak ini berstatus yatim piatu karena ditinggal orang tuanya yang terinfeksi virus HIV/AIDS.
“Saya pikir, ya, saya jalani saja, begitu. Jadi memang itu awalnya karena kepedulian dan ingin membantu,” ujar Ropina dikutip dari tayangan YouTube Mutiara Indonesia DAAI TV, Rabu (16/10).
Mendirikan Yayasan untuk Anak dengan HIV/AIDS (ADHA)
Yayasan Vina Smart Era (VSE) lahir dari kekhawatiran Ropina terhadap kurangnya intervensi dan penyuluhan HIV/AIDS kepada para orang tua.
“(Saat di PTRM), saya temukan banyak anak yang terinfeksi, dari anak-anak ini saya justru menelusuri dari mana asal infeksinya? Jangan-jangan ibunya yang terinfeksi. Akhirnya saya dan beberapa rekan melakukan pemeriksaan mandiri di salah satu lokasi di Tambora. Setelah saya periksa, 2 dari 16 orang ibu positif HIV,” kata Ropina.
Pada tahun 2008, Ropina mendirikan Yayasan VSE yang berfokus pada anak-anak yang terinfeksi HIV/AIDS sejak lahir. Khususnya, bagi mereka yang berada di kelas ekonomi menengah ke bawah.
Berlokasi di Kecamatan Tambora, Yayasan VSE memberikan beberapa layanan untuk para anak. Di antaranya, adalah asrama tempat ADHA tinggal, pra sekolah, perbaikan gizi, bimbingan belajar, program pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak, advokasi dan penyuluhan, kelompok remaja, program beasiswa dan lain-lain.
Di tempat tersebut, para ADHA mendapatkan berbagai program yang bisa membantu mereka bersosialisasi dan melakukan pengobatan dengan lebih teratur.
“Saya berharap dengan adanya yayasan ini, kita bisa memperbaiki gizi anak di sini. Kita bisa memantau ketepatan mereka untuk minum antiretroviral (ARV). Karena saya berpikir pendidikan itu adalah cara kita supaya anak ini bisa berhasil kelak,” ungkap Ropina.
(Ropina merawat ADHA)
Merawat Ratusan ADHA
Sejak didirikan pertama kali, Ropina telah merawat lebih dari 150 ADHA di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Saat ini, dirinya juga masih merawat langsung 10 anak di rumahnya di Tambora, Jakarta Barat.
Setiap hari Vina juga mengunjungi anak-anak lainnya di tempat tinggal mereka, untuk memantau kesehatan dan menyediakan obat-obatan ARV.
Adapun para ADHA tinggal di rumah Ropina sejak hari Minggu malam hingga Jumat sore, setelah mereka pulang sekolah.
“Kenapa? Karena kita tidak mau memutus hubungan keluarga walaupun mereka mengidap AIDS,” ungkap Ropina.
Selama tinggal di rumahnya, Ropina selalu berusaha untuk tidak membahas soal penyakit anak-anaknya agar mereka tidak bersedih.
Dengan demikian, Ropina selalu memperlakukan mereka seperti layaknya anak kandungnya sendiri.
Untuk melawan diskriminasi di masyarakat, Ropina bersama rekan sejawatnya juga kerap melakukan penyuluhan ke berbagai lokasi untuk memberikan pemahaman soal penularan HIV/AIDS.
“HIV tidak membunuh seorang anak, tapi diskriminasi banyak membuat kematian pada anak. Mereka tidak berani ke puskesmas, takut ketemu tetangganya lalu ketahuan. Jadi mereka nggak berani ke rumah sakit atau ke puskesmas. Justru itu yang membuat mereka terpuruk,” jelas Ropina.
Ropina bertekad untuk membuka mata masyarakat agar stigma yang selama ini terbangun bisa runtuh. Baginya, hal itu adalah bentuk dukungan yang paling dibutuhkan saat ini.
“Saya berharap anak-anak ini kelak dapat mengatakan, ‘Nama saya El. Saya seorang sarjana. Saya terinfeksi HIV sejak lahir dari ibu saya. Saya bermanfaat untuk diri saya, saya juga bermanfaat untuk sesama saya.’ Itulah harapan saya,” tutup Ropina.
x1dqgz