Patut Ditiru! Wanita Ini Buat Sekolah Menenun untuk Lestarikan Tenun Sulawesi Barat
3 Januari 2025
Rezki Amaliah bersama rekannya mendirikan Sekolah Menenun demi melestarikan kerajinan tenun Lipa Saqbe di Desa Mombi, Kecamatan Alu, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Menyitat dari Radar Sulbar via Instagram Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), awalnya Rezki resah melihat profesi menenun yang jarang diminati generasi muda.
Untuk itu, Rezki ingin menciptakan wadah bagi generasi muda yang ingin belajar menenun karena pembelajaran menenun sangat jarang ditemukan di sekolah formal. Selain itu, Rezki juga berkomitmen untuk mempertahankan kebudayaan asli daerahnya.
Akhirnya, Rezki pun mendirikan Sekolah Menenun secara swadaya bersama rekan sesama pemuda Mombi pada tahun 2021.
Sekolah ini pun mendapatkan dukungan masyarakat Mombi yang secara sukarela membantu proses pembangunan ruang kelas belajar dengan memanfaatkan kolong rumah Rezki.
(Proses Produksi Lipa’ Sa’be Sure’ Lopi Sandeq. Foto: instagram.com/sekolahmenenun)
Melestarikan Lipa Saqbe
Kegiatan sekolah menenun berlangsung setiap Sabtu dan Minggu yang didominasi generasi muda. Di Sekolah Menenun para peserta diajarkan pengetahuan dan teknik menenun Lipa Saqbe (kain tenun Mandar).
Pada dasarnya, lipa saqbe Mandar memiliki dua ciri khas dalam corak atau motifnya, yakni sure’ dan bunga.
Sure’ berbentuk garis geometris sederhana yang merupakan motif klasik lipa saqbe Mandar, sedangkan motif bunga merupakan perpanjangan dari motif sure’ dengan penambahan berbagai dekorasi, baik itu unsur flora maupun fauna.
Setelah dua tahun berdiri, pada tahun 2023 sekolah menenun milik Rezki mulai mengembangkan bisnis dengan membentuk kelompok UMKM Warisan Tenun Negeri (Wangi).
UMKM tersebut mempekerjakan 4 orang penenun dan 2 orang penjahit untuk membuat produk kerajinan dari tenun sutra Mandar.
Kelompok tenun Wangi sudah beberapa kali mengikuti pameran di Polman, serta berbagai daerah di Sulawesi Barat hingga tingkat provinsi.
UMKM yang dibentuk Rezki ini mempunyai visi dan misi sosial yang tidak hanya sekadar mencari keuntungan, melainkan bagaimana mereka meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan SDM.
Rezki selalu menambahkan setiap hasil penjualan produk tenun digunakan untuk kegiatan sosial dan pemberdayaan, seperti kegiatan workshop peningkatan kapasitas dan kemampuan penenun, serta pemberian bantuan sembako untuk para penenun.
(Produksi Lipa Sa’be. Foto: Instagram.com/kikiamelia09)
Memberikan Manfaat bagi Masyarakat
Masyarakat, khususnya penenun setempat, memperoleh pendapatan tambahan dan pengalaman baru sebagai tenaga pengajar.
Saat ini, sekolah menenun memiliki lima orang tenaga pengajar yang rutin menyampaikan materi di kelas. Hingga 2024, sebanyak 300 peserta telah mengakses kegiatan di sekolah menenun. Selain itu, terbentuknya UMKM Wangi membuka lapangan pekerjaan untuk generasi muda.
Menemukan metode pembelajaran adalah tantangan tersendiri untuk Rezki dan tim Sekolah Menenun, lantaran pembelajaran menenun merupakan hal baru yang tidak ditemukan dalam pembelajaran di sekolah formal.
Rezki terus melakukan evaluasi dan inovasi utnuk menciptakan metode pembelajaran yang tidak membosankan, tetapi materi tetap tersampaikan dengan maksimal.
Pada peringatan Hari Sumpah Pemuda, Kementerian Pemuda dan Olahraga memberikan predikat Peringkat ke-3 kepada Rezki Amaliah sebagai Pemuda Pelopor Tingkat Nasional 2024 Bidang Pendidikan.
“Saya banyak belajar dari tangan-tangan para penenun yang dari garis urat tangannya nampak ketekunan dan rasa tanggung jawab sebagai seorang ibu dan tanggung jawab sebagai seorang pewaris tradisi,” tutup Rezki.
Great post! Your insights are always so thoughtful and engaging. Keep up the fantastic work!
2g5ctz