Pesawat Air Busan Kebakaran Akibat Power bank, Bagaimana Aturannya di Indonesia?
30 Januari 2025

Pesawat Air Busan terbakar di Bandara Internasional Gimhae, Korea Selatan, pada Selasa (28/1). Kebakaran ini diduga kuat disebabkan oleh baterai portable (power bank) milik salah satu penumpang.
Kebakaran ini mengakibatkan 176 orang di dalam pesawat harus dievakuasi. Diketahui, pesawat Airbus A321 milik Air Busan ini seharusnya terbang menuju Hong Kong.
Namun, saat masih di darat dan bersiap lepas landas, tiba-tiba muncul api dari bagian belakang pesawat, sekitar pukul 22.15 waktu setempat.
Kementerian Transportasi Korsel menjelaskan kebakaran hebat itu mulanya menyasar bagian belakang pesawat.
Penyebab Kebakaran
Meskipun investigasi masih berlangsung, tetapi dugaan kuat mengarah pada power bank milik penumpang sebagai penyebab kebakaran.
Power bank tersebut diduga berada di rak penyimpanan atas kabin dan mengalami gangguan yang menyebabkan panas dan akhirnya terbakar.
Dugaan ini dilaporkan oleh media lokal Korea Selatan berdasarkan keterangan sejumlah sumber internal maskapai.
Power bank, atau baterai lithium-ion pada umumnya, dapat menimbulkan bahaya di pesawat karena beberapa alasan.
Pertama, baterai lithium-ion memiliki potensi mengalami thermal runaway, yaitu kondisi di mana panas dalam baterai meningkat secara eksponensial dan dapat menyebabkan kebakaran atau bahkan ledakan.
Kedua, kebakaran yang melibatkan baterai lithium-ion cenderung sulit dipadamkan dengan pemadam api konvensional. Api dapat terus menyala karena reaksi kimia dalam baterai menghasilkan oksigen sendiri.
Ketiga, perubahan tekanan udara di kabin pesawat selama penerbangan dapat mempengaruhi kondisi baterai. Baterai yang rusak atau memiliki kualitas rendah lebih rentan mengalami masalah akibat perubahan tekanan ini.
Keempat, power bank memiliki kepadatan energi yang tinggi, artinya mereka menyimpan banyak energi dalam ruang yang relatif kecil. Jika terjadi masalah, energi yang dilepaskan dapat sangat besar dan berbahaya.
(Kebakaran Air Busan)
Aturan Bawa Power bank di Pesawat
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI telah mengatur ketentuan mengenai membawa power bank di pesawat melalui Surat Edaran (SE) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Nomor SE.015 Tahun 2018 tentang Ketentuan Membawa Pengisi Baterai Portabel (Power bank) dan Baterai Lithium Cadangan pada Pesawat Udara.
Secara umum, powerbank dianggap sebagai baterai lithium cadangan dan memiliki potensi risiko jika tidak ditangani dengan benar.
Pertama, power bank dengan kapasitas di bawah 100 Wh (Watt-hour) diperbolehkan dibawa ke dalam kabin pesawat.
Kedua, power bank berkapasitas 100-160 Wh memerlukan persetujuan dari maskapai sebelum dibawa, dan penumpang hanya diizinkan membawa maksimal 2 unit dengan kapasitas ini.
Ketiga, power bank berkapasitas lebih dari 160 Wh, atau tanpa label kapasitas yang jelas, dilarang dibawa ke dalam pesawat.
Kemudian, setiap penumpang diperbolehkan membawa maksimal 2 unit power bank dengan kapasitas antara 100-160 Wh (dengan persetujuan maskapai).
Power bank wajib disimpan di bagasi kabin dan tidak boleh dimasukkan ke dalam bagasi tercatat (checked baggage).
Penggunaan power bank atau menghubungkannya dengan perangkat elektronik lainnya selama penerbangan dilarang untuk mencegah risiko.
Tips Bawa Power bank dengan Aman
- Beli Power bank Berkualitas: Pilih power bank dari merek terpercaya dan memiliki sertifikasi keamanan.
- Periksa Kondisi Power bank: Pastikan power bank tidak mengalami kerusakan fisik, seperti retak atau penyok.
- Bawa Sesuai Peraturan: Ikuti peraturan maskapai penerbangan mengenai kapasitas dan penyimpanan power bank.
- Simpan dengan Aman: Simpan power bank di dalam tas kabin yang mudah dijangkau.
Dengan memahami risiko dan mengikuti peraturan serta tindakan pencegahan yang tepat, kita dapat meminimalkan potensi bahaya power bank di pesawat.