Rangkaian Perayaan Tri Suci Waisak 2024 diawali dengan penyakralan api dharma dan air berkah. Apa makna kedua elemen ini dalam perayaan Waisak?
Perayaan Tri Suci Waisak, dilakukan untuk memperingati tiga peristiwa penting dalam ajaran Buddha.
Di antaranya kelahiran Pangeran Siddharta, Pangeran Siddharta saat mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha, serta wafatnya Buddha Gautama.
Rangkaian Waisak 2568 BE/2024 di Indonesia sendiri, sudah mulai dilakukan sejak kedatangan bhikkhu thudong dari berbagai negara ke Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pada Senin (20/5).
Kemudian, rangkaian perayaan Waisak dilanjutkan dengan pengambilan Api Dharma oleh umat Buddha dan bhikkhu di Mrapen, Kabupaten Grobongan, serta pengambilan air berkah di Umbul Jumprit, Temanggung.
Mengutip dari situs Kementerian Agama (Kemenag), Api Dharma yang diambil dari sumber api abadi di Mrapen dinyalakan dengan upacara yang khusyuk.
Api Dharma kemudian ditempatkan dalam lentera khusus dan dibawa dengan kendaraan hias menuju Candi Mendut dengan pengawalan yang ketat. Selama perjalanan, umat Buddha bisa memberikan penghormatan.
Usai diterima, Api Dharma diletakkan di depan altar yang berada di Candi Mendut dan dilanjutkan dengan menyalakan lilin pancawarna. Kemudian, dilanjutkan dengan pradaksina, baik di halaman maupun di atas struktur candi.
(Pengambilan Api Dharma. Foto: ANTARA)
Makna Api Dharma
Api Dharma yang disemayamkan di Candi Mendut, menjadi pengingat sekaligus simbol untuk penerangan dharma bagi makhluk-makhluk yang diliputi oleh kegelapan batin mereka.
Api Dharma dipercaya untuk menghapuskan keadaan suram menjadi terang, memberikan semangat, dan menembus ketidaktahuan dalam kehidupan. Melalui penerangan dari api, akan menjadikan dunia ini terayomi oleh tuntunan Dharma yang mampu melepaskan manusia dari belenggu penderitaan.
Api Dharma juga diyakini sebagai lambang semangat yang merupakan sarana peribadatan, serta ritual umat Buddha yang senantiasa melahirkan pencerahan dan penyadaran dalam kehidupan.
Buddha mengajarkan umat untuk bijaksana melihat dosa yang bisa menyebabkan mereka susah, menderita, berpikiran buruk kepada orang lain, dan berusaha menghancurkan orang lain.
Termasuk berupaya menjadikan kebersamaan dan kerukunan hidup beragama yang dilandasi cinta kasih, serta welas asih.
(Pengambilan Air Berkah. Foto: Kementerian Agama)
Makna Air Berkah
Setelah mengambil Api Dharma, umat Buddha juga mengambil Air Berkah diambil dari sumber mata air Umbul Jumprit di Temanggung dengan menggunakan wadah khusus.
Setelah dilakukan puja dan doa, selanjutnya Air Berkah kemudian ditempatkan dalam bejana dan dibawa menuju Candi Mendut untuk disemayamkan. Sama seperti Api Dharma, perjalanan ini juga diiringi dengan penghormatan dari umat.
Bagi umat Buddha, air bukan hanya simbul kerendahan hati, tapi juga simbul kebeningan dan kejernihan hati.
Selain itu, air merupakan sumber kehidupan. Di mana ada air, di situlah ada kehidupan, sehingga air dan api menjadi simbol yang digunakan dalam kegiatan Waisak.
Terlebih, air memiliki sifat yang bersih dan murni yang merefleksikan batin atau hati yang senantiasa bersih dan suci. Seperti air, melalui batin yang bersih dan suci, umat Buddha percaya hidup mereka juga akan menjadi lebih bahagia.
Di dalam perayaan Waisak, Air Berkah menjadi simbol dari ketenangan dan kemurnian kehidupan. Umat Buddha percaya, mereka tidak bisa tenang jika ada kekotoran batin.
Makna dari pengambilan Air Berkah, adalah untuk membersihkan jiwa manusia yang diliputi sifat serakah, kesombongan dan egois. Selain itu, air juga melambangkan kesejukan, kesuburan, energi yang positif, tauladan, sifat rendah hati dan penuh damai.
Untuk itu, tradisi pengambilan air berkah akan tetap dilestarikan dan maknanya bukan sekadar ritual. Melainkan secara esensial dari air yang perlu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.