Rayakan Keberagaman, DAAI TV Mengadakan Dialog Lintas Agama
17 Maret 2025

Menyambut bulan Ramadan 1446 H, DAAI TV dan Yayasan Buddha Tzu Chi mengadakan acara Dialog Lintas Iman dengan tema “Merayakan Keberagaman Memperkuat Toleransi”.
Dialog Lintas Iman yang diselenggarakan di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk (PIK), pada Sabtu (15/3), ini menghadirkan beragam narasumber menarik.
Acara ini menghadirkan narasumber Menteri Agama Republik Indonesia Prof. Dr. Nasaruddin Umar, pemuka agama Katolik Romo Aloysius Wahyu E. Suseno, pemuka agama Buddha Bhante Dhirapunno, Motivator Islam Abu Marlo, serta Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Hong Tjhin.
Tidak hanya bintang tamu yang menarik, acara ini juga dihadiri oleh kurang lebih 700 orang peserta dari sekolah, universitas, institusi dan umum.
Dalam sambutannya, Menteri Agama Prof. Nasaruddin Umar menekankan bahwa Indonesia ibarat lukisan yang indah. Beragam warna menyatu dengan harmonis, ibarat keberagaman yang ada di Indonesia. Tidak boleh ada kebencian yang hadir di Indonesia karena semua agama dilandaskan pada cinta.
Prof. Nasaruddin Umar juga mengemukakan, saat ini kementerian agama akan memasukkan kurikulum pengajaran yang berlandaskan cinta kasih untuk sekolah dan pendidikan agama yang bernaung di bawah Kementerian Agama.
Sebagai penutup, Prof. Nasaruddin mengucapkan terima kasih atas inisiasi acara ini karena dengan adanya dialog seperti ini, semakin terbuka ruang diskusi antar iman di Indonesia.
“Perbedaan itu harus dirayakan karena perbedaan itu rahmat Tuhan. Kita harus mensyukuri dan sama-sama menjaga Indonesia,” ujarnya.
(Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Hong Tjhin bersama Menteri Agama Prof. Dr. Nasaruddin Umar)
Menyoroti Pentingnya Toleransi
Selanjutnya, sesi dialog yang dipandu oleh moderator Arto Biantoro juga mengedepankan pengalaman-pengalaman setiap narasumber dalam memperjuangkan toleransi dan membangkitkan kepedulian masing-masing umat, khususnya untuk meningkatkan pemahaman satu sama lain.
Abu Marlo, mengamini pernyataan Menteri Agama, bahwa semua agama berlandaskan pada cinta, tetapi terkadang kefanatikan membuat manusia lupa akan nilai keimanan itu sendiri.
“Ketika kita menyatu dengan welas asihnya Tuhan, maka kemanusiaan itu akan hadir,” katanya.
Sejalan dengan hal itu, Romo Aloysius juga mengungkapkan bahwa apa yang apa yang disatukan Tuhan tidak boleh diceraikan manusia.
Pada kesempatan yang sama, perwakilan agama Buddha, Bhante Dhirapunno, menceritakan pengalamannya saat melakukan perjalanan keliling Indonesia dengan campervan, bahwa masyarakat Indonesia merindukan keharmonisan.
“Sebagai manusia tidak cukup hanya berkembang biak tapi kita juga harus berkembang baik. Ketika kita mau keharmonisan, kita mau kerukunan, kita mau org baik sama, maka kita juga harus mau membantu orang lain,” ungkap Bhante Dhirapunno.
(Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Hong Tjhin menjelaskan peran Tzu Chi dalam menyebarkan cinta kasih)
Peran Tzu Chi Indonesia dalam Menyebarkan Cinta Kasih
Dalam dialog tersebut, hadir juga relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Hong Tjhin. Yayasan Buddha Tzu Chi sendiri, dikenal sebagai yayasan amal yang banyak membantu kehidupan masyarakat kurang mampu ataupun yang tertimpa bencana.
Kiprah Tzu Chi di Indonesia saat ini memasuki tahun ke 31. Tzu Chi mulai banyak berkiprah di Indonesia saat Indonesia dilanda kerusuhan di tahun 1998.
Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi berpesan bahwa kebencian harus dilawan dengan cinta kasih.
Para relawan tzu Chi yang tinggal dan mencari nafkah di Indonesia, juga harus turut berkontribusi positif untuk Indonesia karena di mana bumi dipijak, disitu langit dijunjung.
Menurut Hong Tjhin, apa yang dilakukan Tzu Chi Indonesia adalah aksi nyata dari nilai-nilai kemanusiaan universal yang ada di semua agama.
“Para relawan dan donatur Tzu Chi di Indonesia berasal dari lintas agama, dengan menjunjung tinggi nilai cinta kasih, Tzu Chi menjalankan misi sosialnya di Indonesia tanpa pandang latar belakang agama ataupun etnis,” tutup Hong Tjhin.
Penampilan isyarat tangan dengan lagu “Satu Keluarga” juga turut ditampilkan oleh para Santri dari pesantren Nurul Iman, bersama dengan relawan komite Tzu Chi.
Acara dialog ini juga menghadirkan tarian nusantara Ratu Jaroe dari Aceh dan Senapelan dari Riau oleh Belantara Budaya, penampilan tari Tzu Chi School, serta suara indah Raissa Anggiani dan Debora Patricia.
Setelah dialog, acara ditutup dengan buka bersama lintas iman, dengan menikmati masakan vegetarian.
Acara Dialog Lintas Iman ini juga akan ditayangkan saat perayaan Idulfitri, pukul 19.00 WIB di DAAI TV, serta bisa disaksikan secara streaming di DAAI+ yang bisa diunduh secara gratis di PlayStore atau pun AppStore.
v085cq
cyb5h8