Refleksi 17 Tahun DAAI TV: Batu Pelindung Jiwa Kebijaksanaan di Era Sosial Media dan Kecerdasan Buatan

28 Agustus 2024
Ilustrasi karyawan DAAI TV. (Foto: DAAI TV)

Peran DAAI TV sebagai Batu Pelindung Jiwa Kebijaksanaan (Guarding Stone of Wisdom) semakin penting, tetapi makin berat di era sosial media dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Mengapa?

Bermula ketika saya bersama beberapa rekan DAAI TV berkunjung  ke kantor  pusat  DAAI TV di Taipei, ibu kota Taiwan, Juli 2012. 

Saat memasuki lobi gedung berlantai 12, mata saya menangkap sebuah tulisan berwarna emas dalam aksara Mandarin dan Inggris. 

Kata-katanya membuat saya tertanya-tanya. Kalimatnya: “Guarding Stone of Wisdom” (Batu Pelindung Jiwa Kebijaksanaan). 

Saya membatin, apa iya, media seperti DAAI TV bisa menjadi Batu Pelindung Jiwa Kebijaksanaan? Bukankah fungsi utama penyiaran adalah media informasi, pendidikan, hiburan, kontrol, dan perekat sosial? Mengapa kebijaksanaan perlu dilindungi? Dan pertanya-pertanyaan lain di kepala saya yang mendorong saya untuk  mencari  jawabannya.

 

Mengapa Ada DAAI TV Indonesia

Pada sebuah kesempatan sharing, saya mendengar cerita sejarah lahirnya DAAI TV di Indonesia. Awalnya, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia  mau mendirikan Tzu Chi Hospital. Para pimpinan Yayasan Tzu Chi Indonesia lantas meminta restu kepada Pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi, Master Cheng Yen di Hualien, Taiwan Timur.  

Master menyambut baik, tetapi satu pesan Master kala itu, agar mendirikan DAAI TV terlebih dahulu, baru kemudian mendirikan Tzu Chi Hospital. 

Alasannya, di Indonesia sudah banyak rumah sakit, tetapi media seperti DAAI TV belum ada. Rumah sakit dan media juga sama-sama penting bagi masyarakat. Jika Tzu Chi Hospital mengobati raga, sakit fisik, maka media DAAI TV mengobati penyakit non fisik, menenangkan batin. 

Tahun 2005, DAAI TV melakukan siaran uji coba, lalu tanggal  25 Agustus 2007 DAAI TV  resmi mengudara di Tanah Air .  

DAAI TV adalah bagian dari misi budaya humanis Yayasan Buddha Tzu Chi,  selain  misi sosial kemanusiaan, misi kesehatan, dan  misi pendidikan. 

Tugas utama DAAI TV, adalah menumbuhkan dan mewariskan nilai kebijaksanaan. Melalui DAAI TV, nilai-nilai kebajikan diwariskan agar masyarakat tahu bahwa di dunia ini masih banyak kebaikan dan cinta kasih, untuk menginspirasi masyarakat agar terus berbuat kebaikan bagi sesama supaya masyarakat hidup aman, damai, harmonis, tenteram, sejahtera, dan dunia bebas bencana. 

Karena Master Cheng Yen percaya melalui media, kebaikan dan cinta kasih bisa disebarluaskan dan diwariskan ke masyarakat.

Media yang menunjukkan kebaikan sifat manusia merupakan pendidikan terbaik dalam masyarakat,” pesan Master.

Setali tiga uang, penulis, pakar data dan pemenang Hadiah Pulitzer, Walt Hickey dalam bukunya “You Are What You Watch” menjelaskan bahwa media, baik televisi maupun media sosial, memiliki peran yang sangat penting bagi masyarakat karena dapat memengaruhi otak manusia. 

Kebiasaan menonton, jelas Walt Hickey,  dapat mengubah biologi, kemampuan kognitif, keyakinan, cara kita memandang diri sendiri, memengaruhi pemikiran, preferensi politik dan cara suatu negara memperoleh kekuasaan.

Master juga selalu mengingatkan, bahwa bencana dan kerusakan yang terjadi di muka bumi utamanya disebabkan oleh hati dan pikiran manusia yang dipenuhi  sifat ketamakan, keserakahan, dan kemelekatan. 

Maka cara terbaik untuk mencegah bencana dan menyelamatkan kehidupan, saran Master, mulai dengan mengubah hati dan pikiran manusia. Salah satu cara paling efektif dan  efisien untuk memengaruhi dan mengubah hati, pikiran, dan perasaan manusia, adalah melalui media. Itulah alasan utama mengapa DAAI TV ada di Indonesia.

 

 Tantangan DAAI TV di Era Sosial Media dan Kecerdasan Buatan

Tahun ini, DAAI TV Indonesia berusia 17 tahun. Masih muda, tetapi tantangan yang dihadapi sekarang terutama di masa depan semakin berat. 

Di luaran sana, ratusan media menyerah dan gulung tikar, termasuk media besar seperti Suara Pembaruan, Republika, Gatra, dll. Kalah melawan algoritma sosial media. 

Belum usai, karena saat ini media konvensional termasuk DAAI TV harus berhadapan dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang jauh lebih cerdas dan kuat.

Yuval Noah Harari, sejarawan, filsuf dan seorang futuristik, dalam bukunya “Homo Deus: Masa Depan Umat Manusia” mewanti-wanti bahaya kemajuan teknologi terutama media sosial dan kecerdasan buatan bagi masa depan umat manusia, jika tidak digunakan dengan bijak. 

Sosial media, kata pria Israel ini, berusaha merebut perhatian (attention) kita dengan menyajikan berbagai konten menarik nan menghibur, lalu membuat kita ketergantungan. 

Lalu dengan bersatunya dua kekuatan besar, yakni biologi dan teknologi (bioteknologi), didukung asupan big data dan komputerisasi super pintar, platform media sosial seperti Google, Facebook, Instagram, dan Amazon bisa memahami secara tepat apa yang kita rasakan dan mengapa kita merasakan itu. Sosial media memahami kita lebih baik daripada teman, sanak keluarga, bahkan pasangan kita. 

Media sosial tidak saja membuat kita semakin konsumtif, tetapi juga mengacaukan sistem demokrasi  negara, menganggu mental, serta spiritual para penggunannya.

Jika media sosial berusaha merebut perhatian kita, lanjut Yuval Noah Harari, maka kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) berusaha menjalin keintiman (intimacy) dengan kita. (Keintiman: kedekatan personal satu sama lain, yang mana kita bisa saling berbagi pikiran dan perasaan secara jujur, terbuka dan otentik)

Dengan menjalin keintiman, AI bisa dengan lebih leluasa memengaruhi pikiran, perasaan, opini dan perilaku kita, jauh lebih dahsyat dari cara kerja algoritma sosial media.

AI serupa manusia, sama-sama memiliki kecerdasan (intelligence). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mengartikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah. 

Daya reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik secara fisik maupun mental, terhadap pengalaman baru, membuat pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk dipakai apabila dihadapkan pada fakta atau kondisi baru. AI memiliki kemampaun untuk berpikir dan bertindak layaknya manusia. 

Namun, hal utama yang membedakan manusia dengan AI, adalah dalam hal kesadaran (consciousness). Selain memiliki kecerdasan, manusia juga memiliki kesadaran, sedangkan AI hanya  memiliki  kecerdasan,  tidak memiliki kesadaran. 

Kesadaran (consciousness) dari bahasa Prancis (conscience) umumnya berarti “hati nurani” dapat diartikan sebagai: tahu, mengerti, ingat, paham, terbuka hati dan pikiran untuk berbuat sesuai dengan hati nurani.

Salah satu tantangan utama DAAI TV di era sosial media dan kecerdasan buatan, adalah selain menayangkan program-program yang bisa menambah kecerdasan (intelligence) bagi pemirsa, tetapi yang jauh lebih penting adalah mengangkat kisah-kisah kemanusiaan untuk menumbuhkan kesadaran (consciousness) pada masyarakat. Kesadaran adalah benih dari kebijaksanaan.

 

 DAAI TV sebagai Batu Pelindung Jiwa kebijaksanaan

KBBI mengartikan kebijaksanaan sebagai kemampuan menggunakan pikiran (pengalaman dan pengetahuan), kemampuan bertindak ketika menghadapi kesulitan. Kebijaksanaan tidak sama dengan pengetahuan. 

Penulis dan traveler filsuf Eric Weiner, dalam bukunya “The Socrates Express” menjelaskan, pengetahuan mengetahui, kebijaksanaan memahami. Lebih banyak pengetahuan tidak berarti lebih bijaksana dan malah bisa membuat kita kurang bijaksana. 

Kita bisa terlalu banyak mengetahui dan kita bisa keliru mengetahui,” tulisnya.

Selain itu, dalam ceramahnya yang ditayangkan DAAI TV, Master Cheng Yen juga mengingatkan kita agar lebih bijak dalam menggunakan kecerdasan dan pengetahuan. 

Sering kali ilmu pengetahuan hanya dijadikan sarana untuk mengejar kepentingan dan keuntungan, sedangkan kebijaksanaan adalah dasar moral etika. Apabila moralitas kebijaksanaan digantikan dengan ilmu pengetahuan, maka masyarakat ini akan mengidap penyakit kurang kasih sayang,” pesan Master.

Kebijaksanaan itu, jelas Eric Weiner, adalah keterampilan dan seperti keterampilan,  maka  kebijaksanaan bisa dilatih dan dipelajari dengan berbagai cara. 

Media adalah salah satu sarana yang efektif dan efisien untuk mempelajari dan mengajarkan kebijaksanaan kepada masyarakat, dari generasi ke generasi.  

DAAI TV hadir sebagai sarana untuk mengajarkan dan menumbuhkan jiwa  kebijaksanaan di masyarakat.

Tayangan dan konten DAAI selain menyajikan informasi, pengetahuan, dan hiburan juga mewariskan nilai-nilai kebijaksanaan manusia. 

Mencatat dan menyampaikan hal-hal baik dan positif yang dilakukan masyarakat, menginspirasi pemirsa untuk berbuat baik, menumbuhkan rasa bersyukur, menghormati dan saling mengasihi antarsesama.

Bukan tanpa alasan jika hal-hal baik perlu dicatat dan dihargai. Riset yang dilakukan oleh Stephen Jay Gould, Ahli Planologi dari Harvard University menjelaskan,  “Kebaikan yang dicatat dan dihargai akan menghasilkan kebaikan lain yang akan berlipat ganda. Tugas kita yang menyerupai tanggung jawab suci mencatat dan menghormati alangkah berbobotnya kebaikan-kebaikan kecil yang tak terhitung ini. Kebaikan yang dihormati akan berlipat ganda.”

Kebaikan akan berlipat  ganda, ini  sudah dirasakan oleh DAAI TV. Selama 17 tahun, DAAI TV sudah menginpirasi sekian banyak orang untuk berbuat kebaikan setelah  menyaksikan tayangan DAAI TV. 

Satu contoh, kebaikan yang dilakukan oleh Sahari, seorang ibu guru honorer, yang  harus menempuh perjalanan sejauh 40 kilometer, naik motor berlanjut berjalan kaki,  naik dan turun bukit, selama hampir 2 jam. Ini dilakukan demi mendidik anak-anak di SDN 60 Bung, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan. 

Mengajar selama hampir 14 tahun, dengan gaji Rp100 ribu per bulan, tak menyurutkan cinta dan pengabdian Ibu 58 tahun ini pada anak-anak dan dunia pendidikan. 

Ketika kisahnya diangkat DAAI TV dalam program Mimpi Jadi Nyata, Bu Guru Sahari sedang memperjuangkan mimpinya agar anak didiknya bisa memiliki sepatu dan seragam sekolah yang layak pakai. 

Mimpinya terwujud, perjuangan Bu Sahari yang ditayangkan DAAI TV viral, ditonton puluhan juta orang di sosial media, dengan ribuan komentar positif, lalu mengerakan hati banyak orang untuk membantu. Termasuk donatur yang memberinya hadiah ibadah umrah ke Tanah Suci.

Sebutir benih dapat menghasilkan benih yang tidak terhingga, sebersit niat baik dapat menyebarkan kebaikan yang tidak terhingga,” Kata Perenungan Master Cheng Yen

(Karyawan DAAI mencukur rambut di Panti Werda Budi Mulia dalam rangkaian acara baksos)

 

Menemukan  Jawaban

Akhirnya, setelah 12 tahun berlalu, saat pertama kali saya membaca kalimat  “Guarding Stone of Wisdom”  di lobi gedung DAAI Taiwan,  dan  bertepatan dengan hari ulang tahun ke-17 DAAI TV Indonesia,  saya sedikit mulai memahami  mengapa  DAAI TV menjadi Batu Pelindung Jiwa Kebijaksaan. Bukan  hanya  sekedar menjadi media untuk menyampaikan informasi, pengetahuan, pendidikan, dan hiburan. 

Justru di era sosial media dan AI, era pascakebenaran, banjir informasi, hoaks, dan flexing, peran DAAI TV sebagai Batu Pelindung Jiwa Kebijaksanaan makin berat namun juga makin penting. Karena seperti pesan Master, “Kebijaksanaan bukan pengetahuan yang akan melindungi bumi dan manusia sepanjang masa.”

Salah satu tugas penting DAAI sebagai Batu Pelindung Jiwa Kebijaksanaan, adalah mencatat, menyebarkan, dan mewariskan kebaikan-kebaikan kecil di masyarakat  melalui berbagai platform seperti DAAI TV, DAAI+, YouTube DAAI TV Indonesia, Instagram DAAI TV Indonesia Facebook DAAI TV Indonesia, TikTok DAAI TV Indonesia, dan X DAAI TV Indonesia. 

Kebaikan-kebaikan kecil yang dicatat dan disebarkan oleh DAAI TV, diharapkan bisa menginspirasi lebih banyak orang untuk berbuat kebaikan. 

Karena berbagai penelitian menyebutkan, bahwa kebaikan itu menular. Menyaksikan tindakan moral yang indah, memicu respons besar dalam fisik dan emosi manusia. Mengamati sebuah tindakan kebaikan, mendorong kita untuk bertindak lebih baik lagi.

Agar DAAI TV kuat menjadi Batu Pelindung Jiwa Kebijaksanaan di tengah persaingan yang semakin ketat, DAAI butuh dukungan pemirsa dan para  relawan dengan bergabung menjadi Sahabat DAAI. Sebuah komunitas yang mendukung DAAI TV menyebarkan kebaikan agar masyarakat hidup aman, damai, dan harmonis. Informasi lebih lanjut mengenai Sahabat DAAI, bisa ditemukan melalui tautan berikut: https://daaitv.co.id/DAAI-WP/sahabat-daai/.

Mengutip petuah bijak dari Kitab Suci Weda, “Apa yang kau lihat, akan menjadi dirimu.” 

Maka, apa yang  sering  kau lihat di televisi atau di sosial media, akan memengaruhi dirimu. Selamat hari ulang tahun ke-17 DAAI TV, 17 Tahun Menginspirasi, tetap menjadi Batu Karang Pelindung Jiwa Kebijaksanaan (Guarding Stone of Wisdom) di era sosial media dan kecerdasan buatan.

 

Penulis: Paulus Florianus

Karyawan DAAI TV 2005-sekarang  

 

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: