Satu-satunya di Los Angeles, Pria Ini Sediakan Rumah untuk Rawat Puluhan Anak yang Sakit Parah
Mohamed Bzeek (69), seorang ayah tunggal di Los Angeles, Amerika Serikat (AS), telah mengasuh puluhan anak yang sakit parah selama lebih dari 30 tahun terakhir.
Kebaikan hati manusia tidak mengenal batas. Hal ini tecermin dari tindakan Bzeek, pria kelahiran Libya yang tinggal di AS dan telah mengasuh lebih dari 80 anak selama lebih dari 30 tahun terakhir.
Menyitat dari My Modern Met, setelah pindah ke AS, Bzeek mulai merawat anak-anak asuh bersama mendiang istrinya, Dawn, pada tahun 1989.
Mereka membuka rumahnya untuk anak-anak di panti asuhan yang sakit parah, serta menawarkan kehangatan rumah pada mereka.
Bzeek pertama kali mengalami kehilangan salah satu anak asuhnya pada tahun 1991, ketika seorang gadis kecil dengan kelainan tulang belakang meninggal dunia pada tanggal 4 Juli.
Pada pertengahan tahun 1990-an, keluarga Bzeek memutuskan untuk merawat secara eksklusif anak-anak yang sakit parah karena tidak ada orang lain yang mau menerima mereka.
Keluarga Bzeek bekerja sama dengan Departemen Layanan Anak dan Keluarga di Los Angeles County yang akan menelepon mereka setiap kali ada anak yang membutuhkan.
Menghadapi Kehilangan Sang Istri
Mereka mengasuh banyak anak, serta merawatnya bersama dengan anak kandung mereka sendiri yang terlahir dengan kondisi dwarfism dan membutuhkan perawatan khusus.
Setelah merawat banyak anak bersama, Bzeek harus kehilangan istrinya pada tahun 2015 setelah berjuang melawan penyakit yang membuatnya kejang-kejang.
Sejak saat itu, Bzeek harus merawat putra kandungnya dan anak-anak asuhnya sendirian. Terlepas dari cobaan yang ia hadapi, Bzeek tertap berdedikasi dalam membantu orang lain yang membutuhkan.
“Satu-satunya rumah yang menerima anak yatim piatu dan anak-anak yang akan meninggal di Los Angeles adalah rumah saya. Saya telah menangani 80 anak sejak tahun 1989. Selama itu, ada 10 anak yang meninggal dunia selama perawatan penyakitnya,” ungkap Bzeek.
Bzeek sendiri, telah memiliki lisensi untuk memberikan perawatan kepada anak-anak yang dianggap rentan secara medis ketika keluarga mereka sendiri tidak mampu merawat mereka.
(Mohamed Bzeek)
Ingin Menjadi Orang tua bagi Banyak Anak
Bzeek mengaku, komitmennya dalam menjaga anak-anak yang sakit juga didorong dari pengalaman pribadinya. Kala itu, Bzeek pernah didiagnosa menderita kanker usus besar dan harus dioperasi.
Satu hari sebelum hari ulang tahunnya, Bzeek merasa sangat takut karena dirinya sudah tidak muda lagi dan tidak punya siapa-siapa yang bisa mendukungnya. Pasalnya, sang istri telah meninggal dunia dan putra semata wayangnya mengalami kondisi medis yang sulit.
“Saya sangat takut dan merasakan apa yang anak-anak rasakan ketika mereka sendirian. (Hal ini) yang membuat saya melakukan lebih banyak hal untuk anak-anak ini. Karena saya pernah berada di posisi mereka,” ungkap Bzeek.
Bzeek percaya, setiap anak memiliki hak untuk memiliki keluarga, ayah dan ibu, saudara laki-laki dan perempuan.
Namun, kata Bzeek, pada kenyataannya tidak sedikit orang yang telah melupakan dan tidak berbicara kepada mereka.
“Jadi anak-anak itu membutuhkan seseorang untuk membawa mereka ke rumah, serta membuat mereka merasa memiliki keluarga yang hangat, serta seseorang yang merawat, mengasihi, dan memberi mereka rasa aman,” pungkasnya.
(Mohamed Bzeek)
Menciptakan Rumah yang Penuh Kasih
Bzeek menyadari betapa besar dampak dari tindakannya yang membuat anak-anak mendapatkan manfaat dari lingkungan yang penuh kasih.
“Bagaimanapun, ketika saya membawa mereka, mereka merasakan suasana kekeluargaan. Mereka merasa aman dan dicintai hingga akhir hayatnya,” katanya.
Koordinator penerimaan Departemen Layanan Anak dan Keluarga di wilayah tersebut, Melissa Testerman, memuji Bzeek atas dedikasinya dan cinta yang tak pernah surut yang ia tunjukkan kepada anak-anak yang diasuhnya.
“Dia adalah satu-satunya orang yang mau menerima anak yang mungkin tidak akan hidup dalam waktu lama. Jika ada orang yang menelepon kami dan berkata, ‘Anak ini harus pulang ke rumah sakit,’ hanya ada satu nama yang kami pikirkan, yakni Bzeek,” kata Melissa.
Bzeek bercerita, dirinya pernah merawat seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang buta, tuli, dan lumpuh akibat kondisi otak yang langka. Anak tersebut bahkan membutuhkan perawatan sepanjang waktu.
“Saya tahu dia tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat, tapi saya selalu berbicara dengannya. Dia memiliki perasaan. Dia memiliki jiwa. Dia adalah seorang manusia,” jelasnya.
Bzeek melanjutkan, tidak sedikit orang yang menolak untuk mengadopsi anak-anak yang sakit karena mereka tidak ingin mengeluarkan banyak biaya.
Maka dari itu, banyak anak dengan penyakit parah akan tinggal di rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang tidak memiliki kehangatan seperti rumah.
“Mereka memberi tahu saya ketika ada anak yang akan meninggal dan bertanya apakah saya bisa mengadopsi mereka. Mereka tahu bahwa saya tidak ragu-ragu untuk menerimanya. Jika tidak, mereka akan dikirim ke rumah sakit dan tidak memiliki keluarga atau rumah,” kata Bzeek.
Bzeek berkomitmen untuk terus mengasuh anak-anak selama ia mampu, serta memberikan perawatan yang terbaik bagi mereka.
Bzeek juga selalu menganggap anak asuhnya seperti anak kandung sendiri, sehingga dirinya sangat senang ketika melihat anak-anak tertawa dan melihat senyuman di wajah mereka.
“Kita adalah manusia, kita harus saling membantu satu sama lain. Tidak peduli jenis bantuannya, baik secara finansial, spiritual, maupun medis. Berikan bantuan apa pun yang bisa Anda bantu. Anda harus membantu karena kita adalah manusia dan kita seharusnya saling membantu. Tidak peduli apa warna kulitnya, apa agamanya, apa negaranya, kita sebagai manusia harus hidup rukun dan bersatu, tidak boleh terpecah belah,” tutup Bzeek.