Transformasi Lahan Terbatas, Kebun Kumara Hidupkan Kembali Pertanian Perkotaan di Indonesia

28 Februari 2025

Siti Soraya Cassandra pencetus Kebun Kumara. (Foto: DAAI TV)

Kebun Kumara memiliki komitmen kuat terhadap pertanian Indonesia, terutama dalam konteks pertanian perkotaan (urban farming) dan keberlanjutan.

Pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia, sering kali diiringi dengan penyusutan lahan pertanian.

Alih fungsi lahan menjadi bangunan komersial dan permukiman, semakin mempersempit ruang hijau, menimbulkan kekhawatiran akan ketahanan pangan dan keseimbangan ekosistem perkotaan.

Di tengah tantangan ini, muncul kesadaran akan pentingnya mencari solusi alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat urban.

Menjawab persoalan tersebut, Kebun Kumara pun lahir dengan membawa konsep pertanian perkotaan (urban farming) dan menawarkan harapan baru untuk memanfaatkan ruang-ruang terbatas di kota besar untuk menumbuhkan bahan pangan secara mandiri.

Berdiri sejak 2016, Kebun Kumara yang bermarkas di Pulau Situ Gintung, Ciputat, Tangerang Selatan, telah mengembangkan program untuk menyederhanakan keberlanjutan melalui solusi yang dapat ditindaklanjuti untuk konteks perkotaan. Kebun Kumara menyelenggarakan workshop publik untuk memperkuat kesadaran, pemahaman, dan pemberdayaan terhadap lingkungan.

Cita-cita di balik “People, Planet, Profit” adalah sesuatu yang dieksplorasi Kebun Kumara dalam konteks yang lebih luas, baik dalam ranah pribadi tentang bagaimana kita membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam proyek-proyek pribadi yang berupaya menciptakan dampak dalam skala besar.

Melalui Kebun Kumara, Siti Soraya Cassandra (36) ingin menggalakkan konsep urban farming (pertanian perkotaan) untuk menciptakan kehidupan yang sehat dan lestari di kota.

“Inilah yang harusnya kita dapatkan di kota. Jadi kami ingin mengambil peran sedikit, membawa kesadaran itu di kota dengan adanya Kebun Kumara,” ujar Sandra kepada DAAI TV.

(Sandra sedang memupuk tanaman di Kebun Kumara)

 

Terinspirasi dari Kehidupan Harmoni dengan Alam

Pada 2016, Sandra bersama sang suami menginjakkan kaki di Bumi Langit Institute, Yogyakarta. Selama kunjungan tersebut, Sandra terpukau dengan gaya hidup pendiri Bumi Langit Institute, Iskandar Waworuntu, yang hidup harmonis dengan alam di rumahnya sendiri.

Sandra bercerita, Iskandar memiliki warung dan kafe yang operasionalnya mengandalkan hasil alam. Mulai dari menanam makanannya sendiri, membuat kompos, bahkan memanfaatkan biogas dari kotoran sapi untuk kebutuhan dapurnya.

Melihat hal tersebut, mereka pun bertanya-tanya mengapa gaya hidup seperti ini tidak diajarkan di kota? Mengapa tidak ada edukasi tentang pelestarian lingkungan yang sederhana dan cerdas dalam kehidupan sehari-hari?

Akhirnya, Sandra dan suami pun merasa perlu membawa contoh nyata ini ke perkotaan. Mereka menyadari, kontribusi pada kelestarian lingkungan dapat dimulai dari rumah sendiri, dengan menanam makanan dan mengelola sampah. Mereka ingin mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama di lingkungan mereka.

Inilah yang akhirnya mengawali lahirnya Kebun Kumara dengan visi menanamkan budaya dan ruang lestari di perkotaan sejak dini.

(Data urban farming di Indonesia. Sumber: BPS 2023)

 

Urban Farming di Indonesia

Konsep urban farming merujuk pada kegiatan pertumbuhan, pengolahan, dan distribusi pangan, serta produk lainnya melalui budi daya tanaman dan peternakan yang intensif di perkotaan dan daerah sekitarnya.

Urban farming merupakan salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan akan konsumsi hasil pertanian yang cukup tinggi dengan lahan pertanian di perkotaan yang semakin sempit. Masyarakat perkotaan menyediakan produk pertanian sendiri pada lahan terbatas dengan media tanam menggunakan pot/polybag, sehingga mudah dipindahkan pada lahan.

Konsep ini pun sudah tak asing di Indonesia karena sudah mulai marak dilakukan di kota-kota besar. Berdasarkan hasil Sensus Pertanian Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, jumlah RTUP urban farming di Indonesia sebanyak 12.919 rumah tangga.

Provinsi dengan RTUP urban farming terbanyak, yaitu Provinsi Jawa Barat dengan jumlah sebanyak 3.213 rumah tangga atau sekitar 24,87% dari keseluruhan RTUP urban farming di Indonesia.

Selanjutnya, provinsi dengan jumlah RTUP urban farming terbanyak kedua dan ketiga, yaitu Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Tengah yang masing-masing sebanyak 2.448 rumah tangga (18,95%) dan 1.947 rumah tangga (15,07%).

(Tanaman di Kebun Kumara)

 

Edukasi Lingkungan dari Hal Kecil

Sebagai sebuah bisnis berkelanjutan, Kebun Kumara menyediakan edukasi lingkungan melalui dua metode, yakni melalui edukasi program dan jasa lanskap (design and build).

Adapun edukasi program ditujukan untuk orang tua, anak, perusahaan, sekolah, sampai publik secara umum. Program edukasinya dilakukan melalui workshop, berkebun, tur kebun, dan sebagainya.

Kebun Kumara menyediakan kebun sayuran seperti jagung, sawi, bayam, dan berbagai rempah sebagai sarana edukasi anak dalam mengenal alam dan berkebun.

Kemudian, untuk Design and Build Ecosystems, Kebun Kumara berperan untuk membantu masyarakat umum, korporasi, atau komunitas dalam mendesain, menumbuhkan, sampai merawat kebun.

Misalnya kebun pangan, baik itu di rumah, sekolah, hotel, taman kota, dan sebagainya, melalui pendekatan kantong hutan sebagai bagian dari menjaga ketahanan suplai air dan penunjang berkebun.

(Data petani perempuan di Indonesia. Sumber: BPS 2023)

 

Gerakan Kartini Tani Indonesia

Sebelumnya, Kebun Kumara juga pernah berkolaborasi bersama PT Pupuk Indonesia dan Yayasan Benih Baik, dalam peluncuran Gerakan Kartini Tani Indonesia, pada Februari 2024 lalu.

Acara yang diselenggarakan di Kampung Agro Edu Wisata Organik Mulyaharja, Bogor Selatan, Jawa Barat, ini merupakan inisiasi dari Persatuan Istri Karyawan (PIKA) Pupuk Indonesia.

Dalam agenda tersebut, Kebun Kumara hadir untuk mendukung sesi talkshow mengenai peluncuran inisiatif ini untuk memperkuat kelompok tani perempuan.

Sebagai informasi, Kartini Tani Indonesia merupakan program pemberdayaan perempuan di bidang pertanian. Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat, memperkuat ketahanan pangan, serta mendorong terbentuknya sistem pertanian berkelanjutan berbasis pemberdayaan masyarakat.

Adapun program Kartini Tani di Mulyaharja ini, melibatkan wanita tani dalam budidaya padi organik, dengan menggunakan pupuk NPK Phonska Alam yang terbuat dari bahan mineral alam yang dapat digunakan dalam sistem pertanian organik.

Sebagai hasilnya, program ini mampu menghasilkan budi daya padi organik sebesar 9 ton per hektare, atau naik sekitar 34% dibandingkan dengan masa panen sebelumnya.

Ketua Umum PIKA Tata Rahmad Pribadi mengatakan, Kartini Tani telah menyasar lima titik wilayah yang meliputi Mulyaharja-Bogor, Indramayu, Banyuasin, Banyuwangi, dan Magelang yang dijalankan spesifik sesuai dengan kebutuhan, seperti komoditas buah naga, melon, cabai, dan lainnya.

Menurutnya, peran perempuan dalam pertanian sangat krusial, terlebih jumlah petani perempuan mencapai 14,4% dari jumlah petani yang ada di Indonesia.

“Kartini Tani ini dirancang untuk memperkuat peran perempuan melalui langkah-langkah konkret yang mencakup penguatan kelembagaan, pengembangan agribisnis, peningkatan kompetensi, dan digitalisasi usaha pertanian secara berkelanjutan,” kata Tata.

Sandra mengaku, isu dan edukasi soal lingkungan harus diselesaikan secara kolektif dan tidak bisa hanya dipikul satu lembaga atau instansi saja, tetapi harus melibatkan seluruh masyarakat.

Untuk itu, Sandra berharap masyarakat bisa semakin sadar akan pentingnya ketahanan pangan lokal dan kelestarian lingkungan, membangun komunitas yang peduli dan aktif, serta mendorong perubahan perilaku konsumen menjadi lebih bijak dalam memilih produk lokal dan ramah lingkungan.

Ke depannya, Sandra melalui Kebun Kumara akan terbuka untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk memberdayakan masyarakat dengan keterampilan berkebun dan pengetahuan tentang pangan.

“Jadi membahas ini (isu lingkungan) harus ramai-ramai dan solusinya pasti beragam, tergantung siapa pelakunya. Jadi enak kalau kita bisa terus berkolaborasi untuk menggalakkan kembali langkah-langkah pelestarian dalam keseharian di skala masyarakat. Semoga melalui upaya ini, masyarakat bisa lebih sadar dalam berkonsumsi, serta lebih mengapresiasi alam dan apa yang telah diberikan kepada kita,” tutup Sandra.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: