Ibu yang melakukan percobaan bunuh diri (Foto: tangkapan layar TikTok/akaross)
Baby blues syndrome merupakan kondisi yang sering kali dialami oleh ibu yang baru melahirkan. Meski terlihat sepele, tetapi kondisi ini bisa bertambah parah jika tidak segera ditangani.
Baru-baru ini ramai di media sosial yang memperlihatkan seorang penumpang Commuterline (KRL) yang hendak melakukan percobaan bunuh diri di area peron.
Mengutip dari situs KAI, Sebelumnya pengguna tersebut bersama dengan suaminya hendak melakukan perjalanan KRL.
Setelah ditinggal untuk membeli minuman oleh suaminya, pengguna tersebut terlihat berdiri dipinggir peron jalur 2 Stasiun Pasar Minggu dengan menggendong anaknya.
Petugas pengamanan yang berdinas di peron 1 dan 2, dengan sigap segera mengamankan pengguna dan menyelamatkan nyawa ibu dan anak tersebut.
Setelah didalami, diketahui bahwa wanita tersebut memiliki masalah keluarga, sehingga pengguna tersebut berniat untuk melakukan percobaan bunuh diri dengan cara melompat ke rel kereta saat KRL melintas. Setelah dilakukan mediasi, wanita itu pun akhirnya meminta maaf lantaran melakukan percobaan bunuh diri.
Aksi petugas yang menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya tersebut juga mendapatkan apresiasi dari banyak pihak, tidak terkecuali Menteri BUMN Erick Thohir.
“Apresiasi untuk para petugas keamanan KAI yang sigap menenangkan sang ibu,” ujar Erick dikutip dalam keterangannya, Rabu (6/9).
Baby Blues
Warganet yang melihat cuplikan video tersebut sebelumnya berasumsi bahwa sang ibu mengalami sindrom baby blues.
Pasalnya, sindrom baby blues kerap dialami oleh ibu yang baru melahirkan, sehingga dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat sangat dibutuhkan.
Psikolog Novi Kosalina, M.Psi., menjelaskan baby blues adalah gangguan suasana hati yang dialami oleh orang tua sesaat setelah melahirkan.
Setidaknya, 4 sampai 5 ibu pernah mengalami baby blues pada minggu awal atau hari ke 3-5 setelah melahirkan. Orang tua bisa mengalami baby blues selama beberapa hari atau sampai dua minggu. Namun, jika sudah lewati dua minggu, kondisi ini disebut post-partum depression.
(Ibu yang hendak lompat ke rel kereta)
Penyebab Baby Blues
Meskipun masih belum diketahui secara pasti, ada beberapa faktor yang dinilai bisa menyebabkan baby blues.
Di antaranya adalah kesulitan beradaptasi sebagai seorang ibu, perubahan hormon, kelelahan dan kurangnya istirahat, depresi, punya gangguan kecemasan, mengidap stres sebelumnya, ataupun bipolar.
Gejala Baby Blues
Beberapa gejala baby blues yang bisa dilihat jika seseorang mengalami baby blues, adalah kecenderungan mood swing.
“Jadi satu hari atau di suatu waktu dia happy, bangga, senang sekali dengan kelahiran anaknya. Di beberapa waktu kemudian dia merasa sedih, khawatir, takut. Berikutnya dia excessively crying atau menangis terus menerus,” ujar Novi dikutip dalam tayangan YouTube DAAI Family, Rabu (6/9).
Kemudian, gejala lainnya adalah perubahan nafsu makan dan pola tidur, sampai adanya kekhawatiran berlebih.
Pencegahan Baby Blues
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk melewati fase baby blues, sekaligus menjaga kesehatan fisik dan mental.
Di antaranya adalah menerima bantuan dan dukungan emosional dari keluarga atau sahabat, memastikan pola makan yang sehat dan bergizi, ambil kesempatan untuk beristirahat saat bayi tidur, istirahat sejenak dari pekerjaan rumah, serta kelola stres.
“Usahakan juga untuk bicarakan kekhawatiran ke orang lain yang suportif. Kalau tidak ada orang yang bisa mendukung, bisa mencoba ke konselor atau psikolog untuk mendengar keluh kesah kita agar situasinya bisa membaik,” tutup Novi.