Pendiri Yayasan Jage Kastare, Ahmad Junaidi (Foto: Instagram @junaydfloyd)

Ahmad Junaidi telah 10 tahun mendirikan Yayasan Jage Kastare (JKF) untuk menyediakan program belajar bahasa Inggris gratis bagi anak-anak dan remaja di Desa Ungga, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Ahmad merupakan Dosen Bahasa Inggris di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mataram di Lombok, NTB.

Mengutip dari Australia Awards in Indonesia, Ahmad telah merasakan panggilan untuk menjadi seorang pendidik ketika dia duduk di bangku SMA.

Bahasa Inggris adalah mata pelajaran yang ia sukai, meskipun dirinya memiliki awal yang sulit dalam mempelajarinya. Ahmad bahkan pernah mendapat nilai nol pada tes bahasa Inggrisnya karena dia tidak tahu tata bahasa apa pun, tetapi sejak saat itu Ahmad bekerja keras untuk menebusnya.

“Pada tahun senior, saya bergabung dengan tim debat bahasa Inggris, dan kami memenangkan kompetisi di provinsi tersebut. Saya juga membimbing teman-teman saya, serta menulis di buku tahunan bahwa saya ingin menjadi seorang guru,” ujar Ahmad dalam keterangannya, dikutip Sein (17/4).

 

Latar Belakang

Ahmad lahir dan dibesarkan di Lombok Tengah dari keluarga yang sangat sederhana. Awalnya, dirinya berencana untuk bergabung dengan angkatan kerja setelah lulus SMA. Namun, ia menempati peringkat keempat dalam nilai Ujian Nasional di tingkat provinsi yang mengantarkannya mendapatkan beasiswa untuk masuk ke universitas.

“Saya ditawari beasiswa penuh dari universitas swasta. Namun, ayah saya bertanya kepada saya tentang universitas terbaik di Lombok. Waktu saya jawab Universitas Mataram, beliau malah menyuruh saya mendaftar ke sana walaupun harus bayar dengan uang sendiri,” ujarnya.

Ahmad yang bergantung pada beasiswa, berhasil memperoleh gelar sarjana pendidikan dan lulus dengan pujian (cumlaude). Momen bahagianya semakin lengkap, saat sang ibu lulus dari kelas literasi dasar di waktu yang bersamaan.

Tidak hanya mengajar, Ahmad juga seorang aktivis pendidikan. Setelah mendapatkan gelar master dalam bidang linguistik terapan dari University of Adelaide, ia ikut mendirikan dan menjadi direktur Yayasan Jage Kastare (JKF) pada tahun 2013.

Singkatnya, JKF adalah yayasan berbasis kerelawanan yang bergerak di bidang pendidikan, kewirausahaan sosial, dan kesehatan yang berbasis di Desa Ungga, Kec. Praya Barat Daya, Kab. Lombok Tengah, NTB.

JKF menyediakan program belajar bahasa Inggris gratis, khususnya untuk anak-anak di sekolah kurang mampu yang tidak menerima bantuan pemerintah. Bisa dibilang, yayasan tersebut membantu mengajarkan keterampilan yang relevan untuk kebutuhan masa depan anak-anak, serta mengembangkan minat dan bakat mereka dalam kearifan lokal, budaya, dan seni.

Selain itu, JKF juga menginisiasi program beasiswa pendidikan, penghijauan ambang jalan desa, pengobatan gratis, bantuan sembako, lokakarya bahan ajar bahasa Inggris, karnaval budaya, dan beragam program lainnya.

Kini, JKF diberdayakan melalui upaya para sukarelawannya yang terdiri atas mahasiswa, serta teman-teman Junaidi dari Indonesia dan luar negeri.

 

Kegiatan di JKF

Ahmad yang baru saja menyelesaikan program PhD di Monash University mengatakan, “Anak-anak di sini memiliki masalah dengan keaksaraan dasar, dan pada saat mereka berusia pertengahan remaja, mereka memiliki masalah besar dengan keterampilan memahami teks. Ini sangat menyedihkan.”

Menurut Ahmad, JKF tidak semata mengajarkan bahasa Inggris saja kepada anak-anak. Lebih dalam, JKF juga mengajari mereka tentang simbol, huruf, dan keterampilan membaca.

“Kami melihat kemajuan dalam kepercayaan diri mereka, membangun kesiapan mental mereka untuk belajar bahasa asing, dan tidak melihat bahasa Inggris sebagai sesuatu yang menakutkan,” tegas Ahmad.

Saat ini, JKF mengajar sekitar 150 anak di 3 sekolah, serta membantu membayarkan biaya sekolah dari 4 mahasiswa. Untuk membantu mengelola yayasan, Ahmad mempekerjakan 10-15 orang sukarelawan.

Setelah melalui perjalanan panjang, kini sudah ada banyak relawan mahasiswa penerima beasiswa yang mengejar gelar master dan memulai pusat pembelajaran di desa mereka masing-masing.

Gamifikasi memang menjadi alat yang digunakan Ahmad dalam mendidik anak-anak. Dia biasanya meluangkan waktu di Jumat sore, untuk mendorong keterampilan literasi bahasa Indonesia dan bahasa Inggris anak-anak di desa.

Untuk membuat pelajaran tidak membosankan, beberapa pengajar menggunakan flash card untuk mengasah pengetahuan murid. Tidak jarang, anak-anak juga turut berpartisipasi dalam permainan fisik dan berakting dalam drama mini.

“Setiap kegiatan adalah kegiatan belajar. Jika mereka menyukai pengalaman belajarnya, mereka akan lebih termotivasi. Bertemu orang baru juga merupakan latihan kecerdasan antar pribadi,” tutup Ahmad.

Ahmad berharap, JKF bisa memotivasi anak muda lain untuk ikut membuat komunitas serupa di lingkungan mereka.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: