Komang Anik pendiri Yayasan Project Jyoti Bali | Foto: Instagram/yayasan_project_jyoti_bali.

Berniat untuk membagikan ilmu dan mencintai lingkungan, Komang Anik Sugiani (33) dirikan sekolah gratis untuk anak Desa Mengening, Bali, dengan menukarkan sampah. 

Menjadi kota dengan tingkat pariwisata yang sangat tinggi, membuat Bali dikenal hingga luar negeri. Namun, apakah sahabat DAAI tahu kalau tingkat pendidikan pada desa di Bali masih rendah?

Salah satunya adalah Desa Mengening. Sebagian dari anak-anak Desa Mengening tidak dapat melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi karena akses menuju Kota Bali terlalu jauh.

Anak-anak desa ini, kebanyakan hanya bersekolah mulai dari sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA).

“Kebanyakan itu tamatan SMA, tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Kalau sarjananya itu masih bisa dihitung jari, Mbak, di sini. Ada sekitar 6 orang itu S1, jadi S3 cuma 1 orang, saya saja. Jadi, masih sangat rendah kalau untuk melanjutkan pendidikan,” ucap Komang dikutip dari tayangan YouTube DAAI Magazine, Kamis (25/1/2024).

Menjadi satu-satunya lulusan S3 dari jurusan Teknologi Pembelajaran di Universitas Negeri Malang membuat Komang ingin membagikan ilmunya kepada anak-anak Desa Mengening.

Ia mendirikan Yayasan Project Jyoti Bali (YPJB) dan sekolah gratis bernama Taman Pintar YPJB agar anak-anak Desa Mengening dapat melanjutkan pendidikannya.

Taman Pintar YPJB | Foto: Instagram/yayasan_project_jyoti_bali

 

Mengumpulkan Sampah untuk Bersekolah

Murid dari Taman Pintar YPJB hanya perlu membawa sampah agar dapat bersekolah. Sampah yang dibawa tidak dibatasi oleh yayasan.

Sampah nonorganik, seperti sampah plastik adalah sampah yang paling banyak dibawa oleh para murid.

“Kemudian, sampah plastik-nya kita jadikan ecobrick, Kita jadikan bantal alas duduk. Kemudian, kita bisa olah menjadi barang bermanfaat dari sampah plastik,” jelas Komang.

Meski demikian, sampah organik juga diterima oleh Komang. Sampah-sampah organik akan dikelola kembali menjadi ekoenzim.

Sampah organik ataupun nonorganik akan diolah menjadi produk yang bisa dijual. Komang mengaku, hasil sampah tersebut sudah dijual kepada warga desa hingga luar Pulau Jawa.

“Hasil dari penjualan itu kita berikan ke anak-anak. Selebihnya kita sisihkan untuk membantu nantinya siswa yang ingin melanjutkan untuk membayar uang sekolahnya dan membelikan perlengkapan sekolahnya. Jadi memang ‘dari dia untuk dia’ itu, adalah bagaimana menumbuhkan kecintaannya terhadap lingkungan, selain dapat ilmu secara gratis di Taman Pintar,” kata Komang.

Sampai sejauh ini, para siswa merasa antusias dalam mengikuti peraturan pengumpulan sampah. Terkadang, para siswa berlomba-lomba untuk mengumpulkan sampah lebih banyak, sehingga memiliki tabungan sampah yang lebih.

“Kalau mereka tidak membawa sampah ke yayasan saat pembelajaran, mereka kayak mau nangis. ‘Mohon maaf, Bu. Saya nggak bawa sampah karena sampahnya sudah dibawa oleh orang tua’. Jadi, antusias-antusias itu yang tidak bisa kita mungkiri bahwa ini sangat berdampak besar bagi mereka,”

Sama seperti daerah Bali lainnya, Komang menjelaskan sejauh ini anak-anak di Desa Mengening memiliki potensi wisata sehingga akan terus dikembangkan ke arah potensi wisata yang lebih baik. Misalnya, seperti belajar Bahasa Inggris dan bagaimana berinteraksi dengan orang luar.

Sebagian di antara anak-anak memiliki potensi seni menari dan seni karate. Oleh karena itu, kemampuan anak-anak ini dianggap sebagai bonus yang perlu dibina jika ingin membawa Desa Mengening sebagai tempat wisata.

“Bali terkenal dengan pariwisatanya ke mancanegara tetapi tidak merata penerimaan manfaatnya dari pariwisata itu, termasuk di Desa Mengening. Mayoritas masyarakat itu adalah petani. Itulah kenapa di Desa Mengening itu masih ada orang yang buta huruf, masih ada orang yang putus sekolah padahal Bali dikenal dengan pariwisata ke mancanegara,” tambah Komang.

 

 

Tidak Hanya Memberikan Ilmu

Selain memberikan pendidikan gratis, YPJB juga membantu anak-anak yang putus sekolah untuk mencari pendamping asuh agar mereka dapat melanjutkan pendidikan.

Sebelumnya, YPJB sudah melakukan analisis pada Kabupaten Buleleng dan sekitar 75 anak telah dibantu untuk mencari pendamping asuh.

“Kita bantu carikan kakak asuh atau orang tua asuh untuk bisa melanjutkan pendidikan, baik di jenjang SMP, SMA, maupun nantinya kuliah, kita carikan juga orang tua asuh,” jelas Komang.

Akhir 2021, semua anak kelas 6 SD berhasil lanjut ke SMP. Jika ada yang anak yang tidak melanjutkan SMP, yayasan akan memberikan tawaran solusi, seperti bantuan untuk meringankan uang sekolah.

 

 

Kendala Sekolah Gratis

Menjalani kegiatan sosial ini tidaklah mudah untuk Komang. Pada awalnya, YPJB mengalami kendala pada dana, tempat, dan tenaga kerja.

Sampai akhirnya, salah satu warga memberikan tempat gratis untuk penyelenggaraan pendidikan Sekolah Taman Pintar.

Dahulu, YPJB juga mengalami kendala pada tenaga pengajar, tetapi karena ada media sosial, kini dalam waktu yang singkat sudah banyak orang yang ingin menjadi relawan.

Untuk mengatasi kendala dana, akhirnya YPJB berhasil dibiayai oleh lembaga lain dengan bantuan dari pemerintah.

“Saya yakin karena niat yang tulus, niat yang mulia pasti akan dimudahkan oleh Tuhan,” tutup Komang.

 

Penulis: Kerin Chang

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: