Bukan Sekadar Potong Lambung, Kenali Apa Itu Operasi Bariatrik?

 

6 Juni 2024
Ilustrasi operasi bariatrik. (Foto: Capifrutta via Getty Images Signature)

Operasi bariatrik merupakan jenis pembedahan untuk menurunkan berat badan dan menghilangkan risiko kesehatan bagi penderita obesitas yang sulit diatasi lewat olahraga.

Menyitat dari situs web Mayo Clinic, operasi bariatrik dilakukan ketika pola makan dan olahraga tidak berhasil menurunkan berat badan penderita obesitas.

Operasi bariatrik juga dilakukan untuk mengatasi komorbid atau penyakit bawaan yang diderita pasien obesitas.

Misalnya, seperti sakit kepala, hipertensi, mendengkur keras (Obstructive Sleep Apnea), diabetes, batu empedu, sakit jantung, sesak napas, cepat lelah, sakit lutut, varises, menstruasi tidak teratur, sampai banyak jamur pada lipatan paha.

Spesialis Bedah, Konsultan Bedah Digestif dan Bariatrik dari RS Premier Bintaro Dr. dr. Errawan Wiradisuria, SpB.-KBD., M.Kes., menjelaskan, komorbid itulah yang nanti menjadi salah satu alasan untuk operasi bariatrik.

“Jadi kita melakukan operasi adalah untuk menghilangkan atau menurunkan komorbid,” ujar dr. Errawan disitat dari tayangan YouTube Bincang Sehati, Kamis (6/6).

Meskipun operasi bariatrik menawarkan banyak manfaat, tetapi semua bentuk operasi penurunan berat badan juga dapat menimbulkan risiko dan efek samping.

Selain itu, operasi bariatrik membuat pasien harus melakukan perubahan pola makan dan gaya hidup sehat secara permanen, untuk membantu memastikan keberhasilan operasi bariatrik dalam jangka panjang.

 

Jenis-Jenis Operasi Bariatrik

Menyitat dari Alodokter, ada beberapa jenis operasi bariatrik yang umum dilakukan, yakni sebagai berikut.

  1. Gastric Bypass

Dalam prosedur ini, dokter bedah akan memisahkan lambung menjadi dua bagian, yaitu bagian atas yang berukuran lebih kecil dan bagian bawah yang lebih besar.

Usus halus juga akan dipotong menjadi lebih pendek dan langsung disambungkan dengan bagian lambung yang berukuran kecil tadi.

Tujuannya, adalah untuk mengurangi ruang tampung makanan di lambung dan mengurangi penyerapan nutrisi dari makanan di usus halus.

 

  1. Sleeve Gastrectomy

Metode ini dilakukan dengan membuang sekitar 75-80% bagian lambung. Bagian lambung yang disisakan berbentuk ramping dan memanjang seperti tabung.

Dengan demikian, daya tampung lambung pun berkurang secara signifikan dan pasien akan menjadi lebih cepat kenyang setelah menjalani operasi pemotongan lambung.

Prosedur operasi ini membuat pasien bisa menurunkan berat badan dengan cepat, tanpa adanya perubahan rute usus.

 

  1. Adjustable Gastric Band

Pada operasi jenis ini, lambung akan diikat dengan sebuah alat khusus yang berbentuk menyerupai cincin.

Dokter akan memasang alat ini, kemudian mengencangkan atau mengendurkannya sesuai keperluan. Ikatan di lambung tersebut akan membatasi jumlah makanan yang dapat dimakan dan membuat cepat kenyang.

 

  1. Biliopancreatic Diversion with Duodenal Switch

Pada tindakan ini, lambung akan dipotong dan disambungkan langsung dengan bagian akhir usus halus. Setelah menjalani prosedur ini, makanan tetap akan bercampur dengan asam lambung, cairan empedu, dan enzim pencernaan di usus besar, tetapi nutrisi yang terserap tubuh akan jauh berkurang.

Dari seluruh tipe operasi bariatrik, metode ini adalah yang paling berisiko menyebabkan kekurangan gizi.

Setiap jenis operasi bariatrik memiliki keuntungan dan risikonya masing-masing. Untuk menentukan jenis operasi bariatrik yang paling cocok dan efektif, dokter akan melakukan pemeriksaan kesehatan lengkap terlebih dahulu kepada pasien. Kemudian dokter akan menentukan pilihan operasi bariatrik yang sesuai dengan kondisi pasien.

 

Siapa yang Boleh Operasi Bariatrik?

Operasi bariatrik tidak selalu cocok untuk orang yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Ada beberapa syarat atau ketentuan yang harus dipenuhi pasien, sebelum direkomendasikan untuk melakukan operasi bariatrik.

  1. Menderita obesitas ekstrem, dengan indeks massa tubuh (BMI) 40 atau lebih tinggi.
  2. Obesitas morbid, yaitu obesitas dengan indeks massa tubuh mulai dari 35 sampai dengan 39,9. Namun, memiliki masalah kesehatan serius terkait obesitas, seperti diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan gangguan OSA.

 

Pemeriksaan Sebelum Operasi

Sebelum direkomendasikan untuk melakukan operasi, dokter akan melakukan persiapan dan pemeriksaan menyeluruh kepada pasien.

“Kita periksa yang namanya perioperative treatment di mana si pasien harus dipersiapkan. Jadi ada lima organ tubuh manusia yang wajib kita periksa, yakni otak, jantung, paru-paru, hati, dan ginjal, kelima organ itu harus kita lihat namanya toleransi operasi. Jika dibutuhkan, kita juga bisa konsultasi dengan psikiater,” ungkap dr. Errawan.

Selain itu, 10-7 hari sebelum operasi biasanya pasien akan dianjurkan untuk berpuasa konsumsi makanan padat. Artinya, pasien hanya boleh mengonsumsi makanan cair seperti susu kedelai, sari buah, jus, atau air mineral.

Hal ini dilakukan untuk membersihkan kotoran di usus, mengurangi lemak pada liver, dan menurunkan berat badan pasien secara alami.

“Lambung Itu posisinya di bawah liver. Jadi untuk kita mengecilkan lambung, liver mesti diangkat,” jelas dr. Errawan.

 

Manfaat Operasi Bariatrik

Operasi bariatrik bisa memberikan beragam manfaat, baik secara fisik maupun psikologis. Di antaranya sebagai berikut.

  1. Mampu menurunkan berat badan yang bertahan dalam jangka waktu lama.
  2. Mampu meningkatkan angka harapan hidup.
  3. Mampu mencegah, atau membantu proses pengobatan gangguan kesehatan lain terkait obesitas. Contohnya adalah diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, sleep apnea, nyeri lutut karena radang sendi (arthritis), penyakit asam lambung, kolesterol tinggi, dan perlemakan hati.
  4. Mampu meningkatkan kualitas hidup dan memperbaiki kondisi psikologis

 

Risiko Operasi Bariatrik

Sama seperti operasi besar lainnya, operasi bariatrik mempunyai potensi risiko kesehatan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Beberapa risikonya berupa pendarahan berlebihan, infeksi, reaksi terhadap anestesi, gumpalan darah, masalah paru-paru atau pernapasan, kebocoran dalam sistem pencernaan, bahkan sampai kematian.

Risiko dan komplikasi jangka panjang dari operasi penurunan berat badan bisa bervariasi, tergantung pada jenis operasinya.

Beberapa di antaranya seperti sumbatan usus, diare, muka memerah, sakit kepala ringan, mual atau muntah, batu empedu, hernia, hipoglikemia, malnutrisi, bisul, muntah, refluks asam, operasi revisi, atau kematian.

 

Perubahan Gaya Hidup

Pasien yang melakukan operasi bariatrik akan mengalami perubahan gaya hidup secara permanen. Menurut dr. Errawan, ada 5 pantang 4 wajib yang harus dilakukan pasien pasca operasi.

Adapun lima pantang adalah pantang konsumsi alkohol, rokok, makan makanan terlalu pedas, makan makanan terlalu asam, serta konsumsi minuman bersoda.

Sementara itu, empat wajib adalah mengikuti saran makan sesuai dengan rekomendasi ahli gizi, wajib olahraga teratur, wajib konsumsi vitamin, dan wajib sering minum air mineral.

“Seseorang yang melakukan operasi bariatrik itu harus ada niat, lalu menerima kenyataan bahwa gaya hidup akan berubah permanen. Tidak bisa makan atau minum banyak. Setelah selesai operasi itu ada latihan lambung dulu. 2 minggu pertama setelah operasi itu makannya cair, 2 minggu setelahnya semi cair, 2 minggu setelahnya semi padat, 2 minggu setelahnya padat, barulah setelahnya bisa konsumsi makanan normal,” tutup dr. Errawan.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: