Lebih Ramah Lingkungan, Siswa SMA Ini Buat Tas dari Teh Kombucha

23 Juli 2024
Ignacio Rayden Yap saat showcase di WWF. (Foto: Komib.id)

Ignacio Rayden Yap (16), siswa kelas 12 di Jakarta Intercultural School (JIS) membuat beragam kerajinan tangan daru kulit scoby kombucha. Bagaimana prosesnya?

Sampai saat ini, Rayden sudah membuat berbagai macam produk dari kulit scoby kombucha. Di antaranya pouch, tempat iPad, dompet, tempat botol minum, jaket, sampai tote bag.

Dalam sebulan, Rayden bisa memproduksi 2-3 macam kerajinan. Waktu pembuatan kerajinan ini pun tergantung pada produknya.

Ada yang membutuhkan waktu 3 hari seperti pouch, tetapi ada juga yang butuh waktu 2 minggu seperti jaket.

Bisa dibilang, kata Rayden, tantangan tersulit dari pembuatan kerajinan ini adalah bagaimana menemukan produk yang cocok untuk dibuat menggunakan kulit scoby kombucha.

“Saya masih terus belajar dan melakukan riset setiap saat, untuk dapat menghasilkan produk produk yang bagus dan berkualitas,” ujar Rayden kepada DAAI TV, Selasa (23/7).

Rayden sendiri merupakan anggota dari Karya Pelajar Mengabdi Bangsa (Komib). Komib merupakan wadah untuk para pelajar indonesia, baik tingkat SD, SMP, SMA, maupun SMK di seluruh Indonesia yang mau berdaya bersama dan mengisi masa sekolah dengan berkarya dan berprestasi.

(Dompet dari kulit kombucha)

 

Awal Mula Membuat Kerajinan Tangan dari Kulit scoby kombucha

Inovasi pembuatan produk kerajinan ini, berawal dari ketertarikan Rayden di dunia teknik lingkungan hidup. Di waktu senggang, Reydan biasanya suka mencari cara untuk berpartisipasi secara aktif dalam mencegah pencemaran lingkungan.

“Pada bulan Juli 2023, saya sedang ikut summer program di New York, Amerika Serikat. Saat sedang berada di Soho, saya melihat seseorang sedang mendaur ulang jas lamanya. Saya pun sangat terinspirasi dan berpikir untuk melakukan hal yang mirip,” kata Rayden.

Rayden sendiri sangat suka mengunakan produk dari bahan kulit. Akhirnya, ia pun berpikir untuk mencoba membuat kulit sendiri yang ramah lingkungan.

“Setibanya di Jakarta, saya segera melakukan riset dan menemukan bahwa teh kombucha yang sering diminum oleh mama saya ternyata bisa diubah menjadi kulit yang kuat, fleksibel, dan menyerupai kulit asli,” jelasnya.

Pada September 2023, Rayden pun melakukan penelitian lebih mendalam mengenai kombucha. Ia mulai banyak membaca literasi yang berkaitan dengan kombucha. Mulai dari komposisi kombucha, hingga cara mengolahnya manjadi bahan kulit.

Setelah lebih dari tiga bulan saya membaca dan melakukan riset, Rayden menyimpulkan bahwa kulit scoby kombucha sebetulnya terbentuk dari bakteri dan jamur yang berkembang, serta membentuk benang benang menyerupai kulit jika dilihat dengan mata telanjang.

“Ini sungguh sebuah alternatif yang layak untuk dicoba,” ungkapnya.

Kemudian, menjelang liburan sekolah di awal Desember 2023, Rayden memberanikan diri menceritakan ide ini ke orang tuanya, serta meminta ijin untuk melakukan percobaan pertama membuat kulit scoby kombucha.

“Percobaan ini ternyata tidak semudah yang saya baca dan saya lihat di internet. Ternyata percobaan ini butuh kesabaran yang banyak. Masalahnya, adalah kita perlu menunggu cukup lama untuk melihat apakah percobaan berhasil atau gagal,” lanjut Rayden.

(Tas dari kulit kombucha)

 

Proses Pembuatan Kerajinan Menggunakan Kulit Scoby kombucha

Sebelum menjadi sebuah produk kerajinan tangan, Rayden membuat kulit scoby kombucha terlebih dahulu. Bahan yang digunakan di antaranya air bersih, teh hitam atau teh hijau tanpa pewarna dan perasa, gula pasir, dan Symbiotic Culture of Bacteria and Yeast (scoby).

Peralatan yang dibutuhkan untuk membuat kulit pun sederhana. Rayden hanya membutuhkan panci untuk merebus teh, kontainer untuk menyimpan teh, serta kain bersih untuk penutup kontainer.

Meskipun pembuatan kulit scoby kombucha tidak sulit, tetapi dibutuhkan kesabaran ekstra karena kulitnya memerlukan waktu selama tiga minggu untuk tumbuh sempurna.

Saat siap dipanen, kulit scoby terlihat seperti lembaran jelly raksasa. Lembaran jelly tersebut kemudian dicuci bersih dengan air sabun untuk menghilangkan lendir dan bau asamnya. Setelah itu, scoby dikeringkan dengan cara dijemur di bawah terik matahari selama 5-7 hari.

“Setelah kering, bisa dilihat bahwa kulit scoby kombucha ini menyerupai kulit dengan tekstur yang unik, bahkan sebetulnya kita bisa membentuk tekstur kulitnya sesuai yang kita inginkan,” jelas Rayden.

Perjalanan membuat kulit scoby kombucha ini cukup panjang. Rayden mengaku, butuh waktu minimal satu bulan untuk menjadi lembaran kulit yang siap dipakai untuk memproduksi barang-barang.

Setelah kulit scoby kombucha telah jadi, Rayden pun bekerja sama dengan sejumlah perajin lokal untuk menjahit produk dan mengubahnya menjadi pouch, dompet, tempat iPad, jaket, tote bag, sampai tempat botol minum.

Rayden melanjutkan, “Sebuah terobosan baru membuat kulit alternatif dari teh kombucha yang mudah dibuat. Kulitnya menyerupai kulit asli dengan tekstur unik, lentur, fleksibel, kuat dan tidak memerlukan modal yang besar, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.”

(Pelatihan pembuatan produk dari kulit scoby kombucha)

 

Memberdayakan Perajin Lokal

Kulit scoby kombucha yang akan digunakan untuk membuat produk, dibuat sendiri oleh Rayden dari rumah. Bahan yang dibutuhkan pun mudah ditemukan karena sering digunakan sehari-hari di rumah.

“Dalam proses pembuatan kulit scoby kombucha ini, riset dan eksekusinya saya lakukan sendiri. Mulai dari merebus teh, memasukkan teh ke dalam kontainer, sampai panen, cuci, dan jemur semua saya lakukan sendiri,” aku Rayden.

Setelah kulit scoby jadi, barulah Rayden berkolaborasi dengan perajin lokal di berbagai daerah untuk membuat kerajinan.

Rayden mencontohkan, “Seperti membuat tote bag, dibuat oleh ibu-ibu perajin di Bantul, Yogyakarta, atau jaket yang dibuat oleh tukang jahit di Pasar Tebet.”

Rayden sendiri, memang punya keinginan untuk membantu usaha kecil menengah di berbagai daerah. Rayden mengaku, ia sempat tersentuh dengan ketulusan para perajin saat membantunya membuat produk pertama dari kulit scoby kombucha.

Para perajin lokal ini juga sangat antusias untuk belajar mengenai proses pembuatan kulit scoby kombucha, serta menjadikan kerajinan kulit scoby kombucha sebagai usaha sampingan mereka.

“Saya mengunjungi desa di Bantul pada saat liburan sekolah dan memberikan pengajaran secara langsung. Selain itu, saya juga mengunjungi wilayah Cilacap, Jawa Tengah, untuk mengajarkan ibu-ibu perajin membuat kulit scoby kombucha. Saya tidak pernah membayangkan bahwa saya dapat memberikan sumbangsih yang cukup berarti, khususnya untuk teman-teman di Bantul dan Cilacap. Saya berharap, dalam waktu beberapa minggu mendatang sudah dapat melihat hasil produk dari UMKM di Bantul dan Cilacap,” ujar Rayden.

 

Kendala Saat Membuat Kerajinan

Rayden menjelaskan, ia baru berhasil membuat kulit scoby kombucha yang sempurna di percobaan ketiga.

Ia mengatakan, percobaan pertama gagal karena takaran teh dan gula yang belum pas. Kemudian, percobaan kedua gagal karena ternyata pembuatan scoby harus ditutup kain. Pasalnya, bakteri dan jamurnya butuh aliran udara untuk bisa berkembang biak, serta harus ditaruh ditempat yang sirkulasi udara bagus dan tidak berdebu.

Percobaan ke-3, setelah menunggu selama 3 minggu akhirnya teh kombucha buatan Rayden berhasil tumbuh dengan sangat bagus.

“Ada berbagai kendala saat membuat produk produk yang saya inginkan. Mulai dari yang kulitnya tidak bisa nempel karena saya salah wax dan sebagainya, sampai akhirnya jadi produk pertama saya, yaitu tempat iPad dan pouch,” ucap Rayden.

(Pouch dari kulit scoby kombucha)

 

Tampil di Event Internasional

Produk buatan Rayden ini baru bisa dibeli melalui skema pre-order secara terbatas. Harganya pun beragam bergantung dari jenis produk yang dipesan, dengan kisaran mulai dari Rp100 ribu sampai Rp3 juta.

Meskipun belum dijual secara umum, tetapi produk ini sudah mengikuti pameran yang ada dalam event World Water Forum di Bali beberapa waktu lalu.

Ke depannya, Rayden akan melakukan beberapa percobaan untuk memperluas hasil produknya ke produk sepatu, sandal, lampu meja, vest wanita, hingga tatakan piring.

Rayden berharap, inovasinya bisa meyakinkan lebih banyak orang bahwa kulit scoby kombucha merupakan alternatif ramah lingkungan yang kualitasnya tidak kalah dengan kulit sintetis lainnya.

“Saya berharap, dapat membuat lebih banyak produk fashion dan desain interior yang bagus dan berkualitas. Saya juga mau memastikan, bahwa kerajinan kulit scoby kombucha ini dapat berhasil menjadi salah satu sumber penghasilan untuk usaha kecil dan menengah,” tutup Rayden.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: