Bangga, Agroforestri Salak Bali Ditetapkan Sebagai Sistem Warisan Pertanian Penting Dunia

26 September 2024
Ilustrasi salak bali. (Foto: Artush dari Getty Images)

Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), resmi menetapkan agroforestri atau sistem budi daya salak bali sebagai Sistem Warisan Pertanian Penting Dunia, atau Globally Important Agricultural Heritage Systems (GIAHS).

Sistem ini resmi ditetapkan ke dalam Kelompok Penasehat Ilmiah GIAHS pada, Kamis (19/9). FAO menjelaskan, salak bali memiliki arti penting bagi pertanian global.

Pasalnya, sistem tanamnya menunjukkan penghidupan dan keanekaragaman hayati, serta praktik pengetahuan yang berkelanjutan.

Lanskap pertanaman salak bali juga dinilai menakjubkan, serta memiliki nilai-nilai kebudayaan dan praktik-praktik ketahanan pangan. Sistem tersebut, memiliki arti yang sangat penting pada kelestarian dan mata pencaharian.

Melalui tambahan terbaru ini, maka daftar sistem Warisan Pertanian Global FAO kini terdiri aras 89 sistem di 28 negara di seluruh dunia.

 

Apa Pertimbangannya?

Di bawah program unggulan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), situs-situs yang dipilih memiliki kepentingan global, yakni sebagai berikut.

Menunjukkan keamanan pangan dan mata pencaharian, keanekaragaman hayati pertanian, sistem pengetahuan dan praktik berkelanjutan, nilai-nilai sosial dan warisan budaya, serta memiliki lanskap yang menakjubkan.

Selain itu, sistem agroforestri di Karangasem, Bali, mampu mengintegrasikan budidaya buah salak (snake fruit) dengan beragam tanaman.

Sistem ini dikembangkan oleh masyarakat adat Bali menggunakan sistem subak tradisional dalam pengelolaan air.

Sistem ini, juga menjadi kawasan tangkapan air penting dan menyediakan pasokan air untuk hampir seribu hektare sawah dan keperluan bagi 10 desa di sepanjang Sungai Buhu.

Setiap bagian dari pohon salak juga dimanfaatkan oleh masyarakat, sehingga menjadikannya tanaman tanpa limbah. Praktik ini meningkatkan keberlanjutan dan efisiensi sumber daya.

Sementara itu, masyarakat Bali juga mengintegrasikan sistem agroforestri dengan tanaman mangga, pisang, dan tanaman obat, sehingga mampu memperluas diversifikasi tanaman​.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, Mochamad Arief Cahyono mengatakan bahwa sektor pertanian adalah sektor yang paling strategis karena berkaitan dengan berbagai aspek. Termasuk berkaitan dengan sejarah dan sistem budidaya yang dilakukan sejak lama.

“Pertanian kita memiliki ragam komoditas yang kalau kita kembangkan mampu memiliki aspek lain seperti peningkatan ekonomi, daya saing dan yang pasti warisan sejarah yang terus dijaga,” katanya.

(Ilustrasi salak bali. Foto: Kementerian Pertanian)

 

Keunikan Salak Bali

Bali dikenal kaya dengan berbagai jenis flora dam fauna yang beberapa di antaranya bersifat endemik. Di antara jenis tanaman endemik Bali adalah salak bali.

Salak bali terkenal karena memiliki rasa yang khas, daging buah tebal, rasanya manis dengan sedikit masam dan masir.

Salak bali diperkirakan berasal dari Desa Sibetan, sebuah desa di Kecamatan Bebandem, Karangasem, yang memiliki ketinggian sekitar 500-600 meter di atas permukaan laut, merupakan daerah lahan kering beriklim basah dengan jenis tanah yang dominan laterit.

Kini salak bali di Karangasem telah berkembang di 4 kecamatan, yakni Kecamatan Bebandem, Selat, Sidemen, dan Rendang, dengan populasi tanaman sekitar 8.100.000 pohon.

Saat ini, salak bali bahkan telah berkembang pula di beberapa kabupaten di luar Karangasem, seperti di Kabupaten Gianyar, Bangli, Badung, Tabanan, dan Buleleng.

Namun, salak asal Sibetan Karangasem tetap merupakan primadona karena rasa buahnya yang sulit disamai oleh salak lain.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: