Hujan Es Melanda Wilayah Solo, Apa Penyebab dan Cirinya?

22 Oktober 2024
Ilustrasi hujan es. (Foto: soupstock)

Warga Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, Jawa Tengah, dilanda hujan es disertai angin kencang, pada Senin (21/10). Apa penyebabnya?

Belum lama ini, media sosial diramaikan dengan unggahan salahs atu warganey yang membagikan informasi dan foto terkait fenomena hujan es yang mealnda wilayahnya.

Pengguna Facebook dengan nama akun Jhon Katrok membagikan unggahan ke dalam grup ICS Info Cegatan Solo.

Di dalam unggahannya, Jhon menulis, “Hati-hati lur… Solo tgl 21/10/24 jam 15.00 Hujan es bawa angin besar. Area mojo9 solo utara.”

Meski dilanda hujan deras, tetapi fenomena hujan es kemungkinan hanya terjadi di sebagian wilayah Mojosongo.

Hujan es disertai aing kencang tersebut, berlangsung selama 30 menit. Akibatnya, ada kejadian satu pohon tumbang akibat hujan es tersebut.

 

Apa Itu Hujan Es?

Hujan es adalah salah satu fenomena cuaca ekstrem yang terjadi dalam skala lokal, ditandai dengan adanya jatuhan butiran es yang jatuh dari awan. Hujan es dapat terjadi dalam periode beberapa menit.

Menyitat dari situs web BMKG, fenomena hujan es merupakan fenomena cuaca alamiah yg biasa terjadi.

Kejadian hujan es yang disertai kilat atau petir dan angin kencang berdurasi singkat, lebih banyak terjadi pada masa transisi atau pancaroba musim, baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.

 

Penyebab Hujan Es

Hujan es terjadi karena adanya awan Cumulonimbus yang membawa tetesan air hujan ke area atmosfer yang sangat dingin:

Tahap awal, udara hangat dan lembap di permukaan bumi naik ke atas melalui proses konveksi. Selanjutnya, suhu udara turun dan uap air pada udara tersebut kondensasi membentuk tetesan air.

Kemudian, tetesan air membeku menjadi partikel es pada ketinggian tertentu. Kristal es dan butiran air akan menyatu membentuk bongkahan es yang berukuran besar.

Nantinya, bongkahan es yang sudah berukuran besar dan berat jatuh ke bumi akibat gaya gravitasi.

Hujan es biasanya terjadi saat pancaroba atau peralihan antara musim hujan dan kemarau. Awan Cumulonimbus yang menyebabkan hujan es memiliki bentuk berlapis-lapis yang menyerupai kembang kol. Hujan es biasanya akan diiringi dengan angin puting beliung.

Hujan es dapat merusak pesawat, rumah, dan mobil, serta dapat mematikan ternak dan manusia.

 

Ciri-ciri akan Terjadi Hujan Es

Ada beberapa indikasi yang bisa menjadi acuan sebelum terjadinya hujan es, yakni sebagai berikut.

  1. Satu hari sebelumnya, udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.
  2. Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat. Ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5°C), disertai dengan kelembapan yang cukup tinggi, ditunjukkan oleh nilai kelembapan udara di lapisan 700 mb (> 60%).
  3. Mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis-lapis). Di antara awan tersebut, ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol.
  4. Tahap berikutnya, awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus).
  5. Pepohonan di sekitar tempat kita berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat.
  6. Terasa ada sentuhan udara dingin disekitar tempat kita berdiri.
  7. Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba-tiba, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat kita.
  8. Jika 1-3 hari berturut-turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang, baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: