Ilmuwan Cilik, Siswa SMP Ini Ciptakan Jendela Pintar yang Bisa Diatur Pakai Aplikasi
Empat siswa kelas 7 Sampoerna Academy L’Avenue membuat proyek futuristik berupa jendela pintar yang bisa mengurangi polusi cahaya. Gimana cara kerjanya?
Keempat siswa tersebut, adalah Alejandro, Jason, Christian, dan Axton. Mereka membuat proyek bernama “Wintint: Flexibility on Demand”.
Wintint merupakan jendela pintar yang dapat berganti-ganti antara transparan dan buram dengan menggunakan energi terbarukan.
Menariknya, opasitas jendela ini dapat disesuaikan melalui aplikasi, sehingga inovasi ini dapat membantu mengurangi cahaya, meningkatkan efisiensi energi, dan meningkatkan privasi.
Untuk membuat jendela pintar ini, mereka menggunakan film Polymer Dispersed Liquid Crystal (PDLC), yakni bahan yang berubah sifat optiknya ketika bersinggungan dengan medan listrik.
Sederhananya, film PDLC bisa berubah dari buram menjadi transparan dan sebaliknya, tergantung pada energi listrik yang diberikan.
Inovasi ini mencerminkan filosofi Sampoerna Academy dalam memupuk kreativitas, pemikiran kritis, dan kolaborasi melalui metode Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics (STEAM).
Metode ini, memberdayakan para siswa untuk memecahkan masalah sehari-hari melalui terobosan teknologi.
(Jendela pintar)
Kendala Pembuatan Jendela
Christian menjelaskan, ada beberapa kendala yang dihadapi selama membuat proyek ini. Pertama, adalah kesalahan penggunaan baterai.
Christian menjelaskan, pada awal perakitan mereka menggunakan baterai dengan daya 3 volt, tetapi ternyata jendela rakitannya tidak bisa berfungsi.
Setelah berkonsultasi dengan penyedia film PDLC, akhirnya mereka berhasil memecahkan masalah dengan mengganti daya baterai menjadi 60 volt.
Kedua, adalah kendala pembuatan aplikasi. Axton mengaku, tidak ada satu pun dari mereka yang mengerti soal cara membuat aplikasi dan menghubungkannya ke sumber eksternal.
“Ini adalah bidang yang belum pernah kami jajaki sebelumnya,” ujar Axton dikutip dari Instagram @sampoerna.academy.
Setelah mengalami banyak trial and error dan berkonsultasi dengan guru di sekolah, akhirnya mereka berhasil membuat aplikasi ini.
Menurut Alejandro, baginya hal yang paling menarik dari pembuatan proyek ini adalah bisa melihat proyeknya berjalan dengan mulus.
“Akhirnya (aplikasinya) bekerja!” tutup Alejandro.
Model Pendidikan STEAM
STEAM adalah cara untuk mendorong dan membantu siswa untuk mengintegrasikan dan menerapkan pengetahuan di berbagai disiplin ilmu, memfasilitasi mereka untuk berpikir dengan cara yang lebih terhubung dan holistik.
Model pendidikan STEAM di Sampoerna Academy, adalah pendekatan instruksional yang menekankan kolaborasi dan pembelajaran yang dipersonalisasi.
Dalam pembelajaran melalui STEAM, kelompok siswa terlibat dalam penyelidikan yang bermakna yang menjadi minat pribadi mereka.
Masalah-masalah ini berorientasi pada kehidupan nyata, baik yang berbasis kurikulum maupun tidak, dan sering kali bersifat interdisipliner.
Peserta didik memutuskan bagaimana mendekati suatu masalah dan kegiatan atau proses apa yang akan mereka lakukan. Mereka mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, kemudian menganalisis, menyintesis, dan memperoleh pemahaman darinya.