Kudapan Sisa Jadi Istimewa, Mahasiswa Jember Ubah Limbah Ubi Jadi Kukis untuk Anak Autisme
28 November 2024
Mahasiswa Politeknik Negeri Jember (Polije) mengembangkan produk inovatif berbahan dasar ubi reject yang diolah menjadi soft cookies untuk anak autisme.
Inovasi soft cookies dari tim mahasiswa Program Studi Teknologi Industri Pertanian Polije ini, bisa menjadi alternatif camilan yang sehat, terutama untuk anak-anak penyandang autisme karena bebas gluten dan bahan pengawet.
Menyitat dari situs web Ditjen Vokasi, soft cookies yang diberi nama Monster Cookies ini diolah dengan memanfaatkan ubi reject, atau ubi yang tidak terpakai dari PT Mitra Tani 27 Jember.
Alih-alih dibuang, ubi-ubi tersebut diolah menjadi produk pangan yang bernutrisi tinggi yang baik untuk kesehatan.
Mahasiswa sekaligus tim PBL Monster Cookies Isbatul Lailla mengatakan, projek ini tidak hanya memberikan solusi bagi industri dalam menghadapi limbah pangan, tetapi juga memiliki manfaat besar bagi kelompok masyarakat tertentu.
Khususnya, anak-anak penyandang autisme yang sering kali memerlukan perhatian khusus terkait dengan kandungan makanan yang dikonsumsi.
“Kami memproses ubi reject menjadi pasta ubi yang kemudian digunakan untuk membuat soft cookies. Produk ini unggul karena tidak mengandung bahan pengawet dan bebas gluten, menjadikannya sangat cocok untuk anak-anak penyandang autisme yang sering kali sensitif terhadap kandungan gluten dalam makanan,” ujar Isbatul dalam keterangannya, dikutip Kamis (28/11).
(Monster Cookies. Foto: Ditjen Vokasi)
Keunggulan Monster Cookies
Menggunakan bahan dasar ubi yang tinggi serat dan rendah gluten, Monster Cookies menjadi alternatif camilan sehat yang dapat mendukung kebutuhan gizi anak-anak autisme, tanpa khawatir akan dampak negatif dari bahan kimia atau gluten.
Keunggulan lain dari Monster Cookies adalah kandungan gizinya yang bermanfaat, seperti vitamin dan mineral yang terdapat dalam ubi.
“Produk kukis ini merupakan camilan yang tidak hanya lezat tetapi juga menyehatkan, memberikan asupan yang optimal bagi tubuh anak-anak dengan autisme yang membutuhkan diet khusus,” kata Isbatul.
Aulia Brilliantina selaku Koordinator Program Studi Teknologi Industri Pangan, menekankan bahwa dalam program project-based learning (PBL) kali ini, mahasiswa diminta untuk merespons permasalahan yang ada di industri, seperti yang terjadi di PT Mitra Tani 27 yang memiliki banyak produk edamame dan ubi jalar reject.
“Selain berinovasi, mahasiswa juga dilatih untuk menguji kandungan gizi setiap bahan yang digunakan dalam produk mereka. Hal ini penting untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan tidak hanya inovatif, tetapi juga memenuhi standar gizi yang dibutuhkan, terutama untuk anak-anak,” terang Aulia.
Dengan menguji kandungan gizi, mahasiswa tidak hanya belajar mengenai proses pembuatan produk, tetapi juga memperoleh pemahaman mendalam tentang pentingnya kualitas dan keseimbangan nutrisi dalam setiap komposisi bahan yang digunakan.
Proses ini memastikan bahwa produk yang mereka buat, benar-benar memenuhi kebutuhan gizi yang sesuai dengan standar kesehatan dan aman dikonsumsi oleh kelompok sasaran.
Program PBL tidak hanya memberikan solusi inovatif untuk mengatasi limbah edamame dan ubi reject, tetapi juga memberikan manfaat sosial yang besar.
Melalui Monster Cookies, anak-anak dapat memperoleh camilan sehat yang tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi mereka, tetapi juga membantu mereka dalam perkembangan kesehatan jangka panjang.
Inovasi ini juga membuka peluang untuk lebih banyak produk serupa yang dapat dikembangkan di masa depan yang dapat memberikan manfaat lebih luas untuk masyarakat.
“Melalui Monster Cookies, kami berharap dapat membantu anak-anak mendapatkan camilan yang sesuai dengan kebutuhan diet mereka, tanpa mengorbankan rasa dan gizi. Selain itu, kami juga ingin memberikan contoh bagaimana bahan pangan yang tidak terpakai dapat diolah menjadi produk bernilai tinggi yang bermanfaat untuk masyarakat,” tutup Isbatul.
Melalui program-program PBL seperti ini, Polije turut berperan dalam mendukung pengembangan industri makanan yang lebih ramah lingkungan dan lebih peduli terhadap kebutuhan masyarakat.