Dijuluki ‘Dewa Penglihatan’, Pria Ini Operasi Katarak Gratis untuk 130.000 Warga Tak Mampu
07 April 2025

Dokter Sanduk Ruit (70) dari Nepal, dijuluki sebagai “Dewa Penglihatan (God of Sight)” karena telah menyembuhkan lebih dari 130.000 orang dari katarak. Bagaimana kisahnya?
Terlahir di desa terpencil, dr. Sanduk Ruit tumbuh dengan keterbatasan, tanpa cukup uang dan koneksi.
Perjalanan dr. Ruit untuk menjadi “Dewa Penglihatan” di Asia bukanlah perjalanan yang mudah. Tumbuh besar di kaki bukit Himalaya di perbatasan dengan Tibet, ayah Ruit adalah seorang pedagang garam.
“Ayah saya selalu mengatakan kepada saya bahwa jika ada jalan yang mudah atau jalan yang sulit, pilihlah jalan yang paling sulit,” ujar Ruit dikutip dari The Standard, Senin (7/4)
Pada usia 7 tahun, dr. Ruit meninggalkan orang tuanya dan berjalan kaki melintasi pegunungan selama 2 minggu untuk mencapai sebuah sekolah asrama Yesuit di Benggala Barat.
Kemudian, ketika ia berusia 19 tahun dan sedang belajar ujian masuk kedokteran, Ruit kehilangan adik perempuannya Yang La akibat TBC.
“Saya kehilangan tiga saudara kandung saya karena penyakit yang seharusnya bisa disembuhkan dengan mudah di Barat. Saya kehilangan seorang saudara laki-laki karena demam, seorang saudara perempuan karena diare, dan Tang La karena TBC. Saya merasa hal itu tidak dapat diterima, sama sekali tidak dapat diterima,” ungkapnya.
Kondisi fasilitas kesehatan yang kurang memadai, membuat Ruit yakin bahwa masyarakat kurang mampu sekalipun juga berhak mendapatkan perawatan mata yang aman, terjangkau, dan berkualitas tinggi seperti orang lain. Inilah yang memotivasi Ruit menjalankan misinya untuk memberantas kebutaan.
(dr. Sanduk Ruit melakukan pengobatan gratis. Foto: AP/Photo)
Mendirikan Rumah Sakit Mata
Menyitat dari CNN World, pada tahun 1980-an, dr. Ruit menjadi murid dokter spesialis mata Fred Hollows, mengembangkan lensa intraokular berbiaya rendah, serta teknik bedah yang digunakan di lebih dari 60 negara dan diajarkan di sekolah-sekolah kedokteran di Amerika Serikat.
Kemudian, pada tahun 1994 Ruit bergabung dengan Fred Hollows untuk mendirikan Tilganga. Tilganga merupakan rumah sakit mata di Kathmandu yang didedikasikan untuk menyediakan perawatan mata kelas dunia bagi masyarakat Nepal.
Rumah sakit ini, memproduksi lensa canggih yang biasa digunakan untuk mengobati katarak atau miopia dan mengekspornya ke lebih dari 30 negara di seluruh dunia.
Setidaknya, dr. Ruit telah menyembuhkan lebih dari 130.000 orang dari kebutaan dengan menggunakan metode berbiaya rendah.
Bagi mereka yang tidak dapat menjangkau daerah perkotaan, Ruit dan timnya mengadakan kamp mata keliling di daerah terpencil di Nepal dan negara-negara tetangga.
Mereka kerap melakukan perjalanan berhari-hari dan membersihkan bangunan seperti tenda, ruang kelas, atau bahkan kandang untuk digunakan sebagai ruang operasi sementara.
“Tidak ada yang menyangka bahwa seseorang dari Nepal akan menciptakan teknik baru ini dan kemudian menyebarkannya ke seluruh dunia. Sebagai orang miskin dan berkulit cokelat, saya harus bekerja lebih keras daripada orang lain. Namun, hal ini juga menjadi keuntungan bagi saya karena saya memahami orang-orang yang saya operasi jauh lebih banyak daripada dokter pada umumnya,” ungkap dr. Ruit.
Atas jasanya, Ruit tumbuh menjadi salah satu ahli bedah mata yang paling dihormati di dunia dan dianugerahi penghargaan Ramon Magsaysay Award di tahun 2006.
“Karena latar belakang saya, keluarga saya, dan tempat saya dibesarkan, saya memahami mereka. Saya telah mengalami kehidupan mereka. Ini bukan hanya ide intelektual. Mereka adalah orang-orang yang paling berhak di dunia, dan saya bertekad untuk melakukan semua yang saya bisa untuk mereka,” jelas dr. Ruit.
(dr. Sanduk Ruit melakukan pengobatan gratis. Foto: AP/Photo)
Kini, dr. Ruit telah memulai proyek baru yang ambisius untuk menyaring 1.000.000 orang dari kebutaan katarak dan menyembuhkan 300.000-500.000 pasien baru pada tahun 2026.
Untuk mewujudkannya, dr. Ruit bekerja sama dengan ahli teknologi, Tej Kohli, untuk mendirikan Tej Kohli & Ruit Foundation.
Yayasan ini bertujuan untuk mengobati katarak pada masyarakat miskin dan kurang terjangkau di wilayah Asia Selatan dan Afrika Sub-Sahara.
Misinya akan dilakukan dengan mendirikan kamp mata keliling yang sering kali menggunakan tenda, ruang kelas, dan bahkan kuil sebagai ruang operasi darurat.
“Sejak awal saya yakin bahwa tugas saya adalah memberikan perawatan medis kepada orang-orang ini. Sering kali (setelah operasi) mereka terlihat 10 tahun lebih muda. Banyak yang mengingatkan saya pada tanaman yang membentang ke arah matahari. Mereka datang dengan membungkuk dan pergi dengan berdiri tegak. Kami mengembalikan kehidupan mereka karena mereka dapat bekerja kembali dan dapat berkontribusi untuk keluarga mereka. Saya sangat bersyukur bahwa saya dapat membuat perbedaan dalam kehidupan banyak orang,” kata Ruit.
(dr. Sanduk Ruit melakukan pengobatan gratis. Foto: AP/Photo)
Meraih Penghargaan di Bidang Kemanusiaan
Belum lama ini, dr. Ruit mendapatkan penghargaan Isa Award for Service to Humanity yang merupakan penghargaan sipil tertinggi di Bahrain.
Penghargaan ini diberikan atas jasanya untuk menemukan metode baru dalam pengobatan katarak. Selain itu, dr. Ruit juga mampu mengembangkan lensa baru yang ditanamkan di dalam bola mata yang dapat diproduksi dengan harga lebih murah daripada lensa lainnya.
Hal ini membantunya dalam melakukan operasi katarak dalam waktu kurang dari lima menit, di mana ia mengangkat katarak tanpa jahitan melalui sayatan kecil, dan menggantinya dengan lensa buatan yang hemat biaya.
Melalui penghargaan ini, dr. Ruit mendapatkan hadiah uang tunai sebesar USD 1 juta (sekitar Rp17 miliar), sertifikat penghargaan, dan medali emas.